14. Pisah

17 0 0
                                    

.

.

Suasana taman di dekat danau begitu lengang. Teman-teman yang membersamai mereka bercengkerama di depan air mancur sana. Bisa melihat dengan leluasa ke arah Olivia dan Malik. Begitu juga sebaliknya.

Olivia merasa bersalah juga. Malik beberapa kali melontarkan lelucon yang berakhir garing. Malik terbahak namun Olivia tetap tidak bergeming. Sedikit memamerkan senyumnya meski terlihat sebagai upaya menyenangkan Malik.

"Apa aku belum bisa bertemu dengan ayahmu?" Setelah lama hanya desau angin yang terdengar. Candaan anak-anak dan teman-teman mereka menyelingi.

"Maaf!" Olivia menjawab cepat dan lantang.

Malik menatapnya penuh tanya.

"Maaf, aku ingin fokus dengan kuliah aku!.. Papa ingin aku konsisten dengan keputusanku!" Olivia tak enak hati. Memutuskan sesuatu yang besar dalam hidupnya, Olivia tidak mau gegabah. Syukurlah papanya mendukung rencananya untuk mengambil jeda guna memikirkan keputusan yang begitu penting dalam hidupnya.

"Memangnya... apa sudah ada nama seseorang yang telah terukir di hatimu?"

Olivia membeku. Malik bersikap romantis. Menggenggam tangannya dengan lembut. Olivia tidak bisa serta-merta menepis tangan itu seperti yang dilakukannya pada Andi.

Olivia tersenyum kecut.

"Maaf!" Perlahan namun pasti, Olivia menarik tangannya dari genggaman Malik "Maafkan aku! Terima kasih atas perhatian kamu selama ini!"

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

"Maaf!" Perlahan namun pasti, Olivia menarik tangannya dari genggaman Malik "Maafkan aku! Terima kasih atas perhatian kamu selama ini!"

"Berikan aku kesempatan, Olivia..!"

Dengan berani, Malik menangkup pipi Olivia yang menghindar.

"Maaf! Tapi aku tidak bisa..!"

Malik mengetahui kedatangan pewaris Memetri itu di ujung sana. Posisi yang pas untuk mengelabuinya. Olivia dengan tepat melepaskan tangkupan tangan Malik. Berhasil!

CEO Memetri yang baru itu terhenti. Memandang nyalang ke arah Malik. Dan Malik begitu siap menghadapi apa yang bakal terjadi.

Olivia menjerit kaget ketika ada pukulan melayang di depannya. Ia serta-merta ditarik oleh Laras dan Tasya untuk menjauh.

Meski syok, Olivia berusaha berontak melepaskan diri.

"Lepaskan! Kenapa dia berbuat seperti itu? Dia tidak bisa melakukan sesuatu sesuka hatinya...!"

Rita dan yang lain membantu menahan Olivia yang panik melihat Andi seperti banteng mengamuk. Bagaimanapun, Olivia tidak ingin temperamental Andi sebagai alasan melakukan tindakan kekerasan.

"A N D I !" Teriak Olivia tidak terima. Yang sedang meluapkan emosi terhenti seketika. Kesempatan itu digunakan Malik untuk membalas. Memang hanya sekali tapi mampu membuat Andi roboh. Padahal tubuh Malik lebih kecil.

Gadis Lukisan AndiDonde viven las historias. Descúbrelo ahora