13. Bimbang

8 0 0
                                    

.

"Sampai kapan menyembunyikannya dari Olivia? Dia bisa salah paham dan menjauh darimu!"

Andi sedikit kaget ketika sedang selonjoran di lantai dingin tanpa alas apapun. Menyendiri di pojokan gelap. Pak Rudy mendekatinya entah dari mana. Karena ia sedang menghadap pintu yang tertutup. Tak henti memandangi pintu itu. Sesekali mengambil nafas panjang dan menghembuskannya kasar. Pintu kamar Olivia.

"Bukankah itu sesuai dengan rencana yang telah kita sepakati, Pa!"

"Bagaimana kalau Olivia menyerah dan malah menerima tawaran yang lain?"

"Papa bisa mengarahkan pilihan Olivia! Sehingga tidak merugikan dirinya sendiri..!"

"Papa hanya berjaga-jaga dengan kemungkinan terburuk!"

"Hanya berharap Papa jangan sampai melepas sedikit pun pengawasan pada putri Papa itu... " tatapan Andi menerawang seolah ingin menembus apa yang di balik pintu yang tertutup itu.

Setelah apa yang mereka lakukan. Olivia menutup rapat pintu kamarnya. Andi ingin mengetuk atau mendobrak pintu itu tapi tidak. Ia memilih mengendurkan syarafnya yang menegang di bawah rintik hujan. Akibat skinship yang mereka lakukan. Menyesal tidak ada gunanya lagi. Andi hanya berusaha memperbaiki kesalahannya.

"Seharusnya aku tidak boleh meninggalkan kalian berduaan saja, ya? Apa kalian sudah...?"

"Kalau maksud Papa hubungan badan... Olivia sedang haid, Pa! Mungkin sedang banyak-banyaknya dan Olivia terlalu lama meracik bumbu ikannya tadi hingga tembus. Jadi saya tidak mungkin menuntut untuk berhubungan intim!" Jawab Andi cepat.

"Papa hampir salah paham tadi karena kalian terlarut dalam kegiatan kalian berdua! Papa ingin tegur tapi Kamu bilang ingin ngetes seberapa peka Olivia dengan situasi yang dihadapinya? Dan mengenai perlindungan, Olivia itu Putri Papa satu-satunya yang paling berharga yang Papa miliki... takkan lepas tanggung jawab itu selama Papa masih hidup meskipun putri Papa sudah bersuami! Raden Ngabehi Widagdo yang jadi saksinya..."

Sosok dalam kegelapan di luar yang berdiri dekat jendela beringsut. Tak berselang lama terdengar pintu diketuk di depan sana dan ada yang mempersilahkan masuk.

"Maaf, Pak ada tamu!" Mang Asep membungkuk hormat.

Pak Rudy hanya mengangkat tangannya sebagai tanda mempersilahkan karena yang dimaksud sudah melewati pintu ruang tengah. Mang Asep permisi keluar.

"Sugeng Ndalu, Raden!"

"Inggih pangestunipun, Bapa! Matur Sembah Nuwun kepareng sowan!" Yang dimaksud menangkupkan tangan diangkat hingga di depan dagu.

"Haruskah ada yang bilang Gusti Pangeran 'ora kopen' ketika sang ratu berada dalam sangkeran?"

Merasa tersindir, sambil melihat Andi sekilas Dodo tertawa tertahan. Bagaimanapun adab kesopanan tetap ia jaga di hadapan sesepuh.

"Saya tau diri, Bapa! Ada yang lebih berhak mengingatkan!"

"Memangnya saya tidak tahu hubungan kalian seperti apa? Tapi rasa terima kasih tak terhingga tidak akan bisa membalas kebaikan hatimu turut serta menjaga Olivia!" Pak Rudy tersenyum penuh arti.

Dodo berdehem dan melirik ke Andi yang tidak bergeming.

"Kalau Bapa ada di posisi saya pasti akan melakukan hal yang sama.. Saya kesini untuk sekedar permisi, Bapa! Lebih baik saya berada di sisi lain yang lebih pas untuk saya karena sepertinya Gusti Pangeran lebih memilih berada disini..." Dodo diam sebentar memantau reaksi Andi yang hanya fokus pada pintu yang tertutup. Telinganya juga ditulikan untuk hal lain kayaknya "Jadi saya tidak perlu khawatir karena keadaannya makin membaik kalau Gusti Pangeran ada disini!"

Gadis Lukisan AndiTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon