Prolog

807 104 0
                                    

"Udah semua?"

Mika yang baru saja menutup kopernya, menoleh ke ambang pintu kamar. Mendapati sang kakak berdiri di sana dengan wajah kusut, tak lupa dasi di lehernya terlihat berantakan. Wajar saja, menghadapi begitu banyak pelayat selama seminggu ini pasti membuat Juan kelelahan. Belum lagi mengurusi kepindahannya secara mendadak ini.

"Udah semua, Kakak nggak perlu khawatir." Tangan Mika naik, mengusap pundak Juan penuh kelembutan. Seolah menyuruh Kenan untuk berhenti menanggung beban seorang diri semenjak ayah mereka meninggal. Kini ibu mereka yang menyusul. Sudah waktunya beban itu dibagi, karena sekarang hanya tersisa mereka berdua.

"Di rumah Nenek banyak tikusnya, jadi rajin-rajin beresin rumah. Di sana cuman Nenek yang bisa dipercaya, jangan sembarangan percaya sama orang lain," pesan Juan tenang, melirik passport milik sang adik yang diletakkan di atas meja belajarnya.

Mata Mika spontan membulat, ketika Juan menariknya dalam satu pelukan erat. Kakaknya tak mengatakan apa-apa, hanya diam seribu bahasa. Untuk pertama kalinya semenjak Juan beranjak dewasa, ia memeluk Mika. "Jaga diri baik-baik di Indonesia."

"Kalau mau pulang, hubungi Kakak kapan saja."


Hukuman Murid Ke 38Where stories live. Discover now