Tiga Puluh Satu: Maaf yang Tak Tersampaikan

34 8 0
                                    

Butuh waktu 3 jam, hingga Pak Bayu benar-benar siap.

Tak seperti sebelumnya, beliau terlihat lebih bersih dan terawat. Janggut dan kumis dicukur, rambut panjang yang kusut masai kini dipotong pendek, belum lagi wangi segar buah-buahan menguar dari tubuhnya. Tubuh kurusnya terbalut kaos abu-abu dan celana hitam. Pak Bayu terlihat lebih tenang, walau badan meringkuk dan menatap awas penjaga panti yang mendorong kursi rodanya.

Mika masih belum kembali. Setengah jam yang lalu, gadis itu pamit untuk menemui Mas Erik sebab menginginkan sesuatu. Menyisakan Davin menunggu seorang diri di ruang kepala panti, yang mengejutkannya terlihat 'mewah'. Ada televisi layar besar di sudut ruangan, pendingin ruangan dengan merk terkenal, mesin kopi, dispenser, kulkas hingga kamar mandi yang sangat teramat bersih. Benar-benar berkebalikan dengan apa yang ia lihat tadi.

"Nak Davin?"

Kaki Davin yang sedaritadi tak berhenti bergerak, sebab bingung harus melakukan apa sontak berhenti. Matanya mengerjap beberapa kali, sebelum menatap Pak Bayu yang sudah menatapnya tenang. Jenis tatapan yang samar diingatnya, sebab bagaimanapun beliau sempat mengantar jemputnya ke sekolah sebelum menjadi supir pribadi sang ayah. Ia tak pernah menyangka bahwa Pak Bayu masih mengingatnya.

"Tinggalkan kami."

Perintah itu dipatuhi tanpa banyak protesan. Semua pekerja panti yang sedaritadi berusaha memberi sederet alasan mengapa kondisi panti jompo berubah sedemikian rupa kepada Davin, langsung bergegas keluar. Mungkin tak mau Davin kembali mengamuk seperti beberapa jam lalu.

Ketika pintu tertutup rapat, Davin baru berani bangkit dari kursinya. Ia bersimpuh di dekat kursi roda Pak Bayu. Disalimnya tangan kanan Pak Bayu yang terdapat beberapa luka gores. "Bapak, maafin keluarga Davin ya."

Pak Bayu tak berkata apa-apa. Membiarkan Davin mengucap berbagai kata maaf yang tertahan di tenggorokannya sedaritadi. Davin tau ini bukan salahnya. Selama ini ia tak pernah bertanya-tanya akan kehidupan mantan pekerja rumahnya. Namun, mendapati Pak Bayu tersiksa sedemikian rupa di sebuah panti jompo yang jauh dari kata layak jelas hati nuraninya teremas. Apalagi ketika tau kalau panti jompo tersebut berada di bawah naungan ibunya sendiri. Seolah menampar habis Davin untuk kembali mengingat. Sebusuk apa keluarganya.

"Nak, tolong saya pergi dari sini." Pinta tersebut disuarakan Pak Bayu dengan suara seraknya. "Tolong jangan biarkan saya berada disini."

"Iya pak, saya janji akan bawa bapak pergi dari sini." Suara pintu yang terbuka, membuat Davin mengalihkan pandang. Mendapati Mika baru saja masuk dengan sebuah kantong plastik berlogo sebuah toko roti. Di belakangnya turut serta Mas Erik, membawa sebuah map lain. "Cuman setelah bapak menjawab pertanyaan dari teman saya ya."

Ucapan Davin jelas mengundang banyak tanya dari dalam diri Pak Bayu. Kursi rodanya diputar menghadap ke pintu, sehingga dapat melihat jelas siapa yang baru saja memasuki ruangan. Siapa sangka, ketika mata Bayu bertatapan dengan milik Mika wajahnya menjadi pias. "JANGAN MENDEKAT!"

Teriakan histeris itu, jelas membuat Davin terkejut bukan main. Apalagi ketika Mika langsung bersimpuh di hadapan Pak Bayu dengan cepat. Tangannya mencengkram dagu Pak Bayu, memaksa pria itu untuk menatap wajahnya lebih lekat. Tak membiarkan Pak Bayu mengalihkan pandang sedikitpun. "Bapak harus liat saya."

"Maafkan saya. Maafkan saya. Maafkan saya. Maaf-"

Davin hendak maju menerjang, namun gerakannya segera ditahan oleh Mas Erik yang entah sejak kapan berada di dekatnya. "Mika! Jangan kasar!"

Bentakan Davin tak digubris sama sekali oleh sang puan. Wajah Mika yang selalu tenang dan gembira, berubah total layaknya orang yang dirasuki sesuatu. Tangannya terus mencengkram dagu Pak Bayu agar terus menatap wajahnya, tak peduli sekuat apapun Pak Bayu berusaha mendorongnya menjauh Mika tetap tidak bergeming. "Bawa Davin, keluar Mas."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 12 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Hukuman Murid Ke 38Where stories live. Discover now