Ch. 27 : Naga dan Feniks

414 68 127
                                    

Matahari telah terbit, dan seperti biasa, Ryuu bahkan mengalahkan matahari dalam hal membuka mata. Saat semua orang baru bangun dari tidur mereka, Ryuu sudah bersiap dengan pakaian lengkap dan tengah menyesap cokelat panas di meja tulisnya, menunggu Reiji bangun dan pergi sarapan bersama sebelum akhirnya pergi ke ruang kelas baru tempat mereka menempuh ilmu.

"Selamat pagi, dunia!" tanpa aba-aba, Reiji menyerukan hal tersebut, membuat Ryuu hampir tersedak cokelat panas miliknya. Reiji yang tu
tidak memperhatikan bahwa Ryuu sudah bangun dengan cekatan memanjat tangga ranjang, berniat membangunkan Ryuu. Namun ketika ia menemukan Ryuu sudah tidak ada, dirinya menjadi heboh. "Ryuu! Ryuu kau meninggalkan aku? Ryuu! Bagaimana jika aku tersesat? Aku ini buta arah!"

Ryuu yang mendengar seruan panik Reiji mengerutkan keningnya. Anak ini buta atau apa? Jelas-jelas dirinya duduk dengan tenang di meja tulis. Sebelum Ryuu dapat mengucapkan beberapa kata untuk menyatakan kehadirannya, sebuah bantal terlebih dahulu membungkam mulut Reiji. "Berisik! Urus urusanmu sendiri, kepala kuning!"

Karena Ryuu sedang meminum cokelat panas dengan tenang di meja tulis, siapa lagi jika bukan seorang Daisuke Katsuki pelaku pelemparan bantal itu? Reiji yang merasa kesal karena dilempar bantal keras berdebu begitu saja segera menuju ranjang Katsuki dan hendak menyibak selimut orang itu dan mengajaknya berkelahi. Namun sebelum hal-hal diatas direalisasikan, Ryuu berdeham. "Reiji. Aku masih di sini. Cepat mandi atau aku akan benar-benar pergi ke ruang makan sendirian."

Reiji yang menemukan bahwa Ryuu belum pergi segera mengabaikan Katsuki dan masuk ke dalam kamar mandi. Ryuu menghabiskan cokelat panasnya dan meletakkan gelas di sebuah tempat yang menyerupai baki cuci piring. Setelah Ryuu selesai memakai sepatu dengan benar, Reiji berlari keluar dari kamar mandi dengan jubah dalam berwarna putih dan mengambil jubah luar serta jubah seragam dari lemari. Ryuu mengernyitkan dahinya, "Reiji, kau yakin sudah mandi? Tidak sampai lima menit."

"Aku yakin sudah bersih! Sebentar, Ryuu, jangan ajak aku berbicara, jubah berlapis ini sangat merepotkan!" Reiji dengan susah payah berhasil memakai jubah seragam berwarna hijau giok di tubuhnya kemudian mengikat ban pinggang dengan cara yang menurut Ryuu cukup aneh dan tidak cukup kuat untuk menahan pergerakan Reiji yang sangat hiperaktif. "Ganti simpul ban pinggangmu itu. Akan repot jadinya jika terlepas di tengah jalan nanti. Setelah itu, pakai kaus kakimu dan ini sepatumu."

Reiji memasang wajah memelas pada Ryuu. "Aku... Biasanya Ibuku yang memakaikan ban pinggang. Aku tidak pernah memasangnya sendiri, kau tau itu, Ryuu." Ryuu menghela napas berat. "Aku bukan Ibumu, Reiji. Kau sudah akan menginjak usia sebelas tahun tahun depan. Kalau kau bersikap seperti anak-anak terus, kapan kau akan dewasa? Kemari. Aku akan menunjukkan caranya, ingat baik-baik." Setelah Ryuu memberikan contoh, Reiji mengangguk paham kemudian memakai sepatunya sebelum akhirnya keluar dan berangkat menuju ruang makan bersama dengan Ryuu.

✨✨✨

Ketika pelajaran pertama sudah dimulai, suasana ruang kelas sangat hening, bahkan cenderung memberikan tekanan mental kepada semua murid baru di sana. Seorang guru tampak memberikan penjelasan yang sangat panjang dan sangat kaku, membuat banyak orang tidak berani untuk menekuk punggung untuk merelaksasikan otot-otot yang menjadi tegang.

Ryuu yang sudah terbiasa menggunakan fasad serius sejak menjadi Artha sebelumnya sehingga tidak merasakan perbedaan apapun. Menurutnya, ini sama dengan suasana ketika menghadiri kelas fisikanya dulu, tenang dan serius. Sangat kondusif. Namun tidak dengan Reiji. Anak lelaki berambut pirang itu sibuk merendahkan atau menegakkan tubuhnya berkali-kali, sangat tidak bisa berdiam diri mendengarkan ucapan pembukaan suci dari sang guru.

"Uh, kapan pembacaan aturan ini selesai? Ryuu, pinggangmu tidak patah duduk tegap selama dua jam lebih? Atau sebenarnya pinggangmu sudah menanam akar di tempatmu duduk?" bisik Reiji kepada Ryuu yang masih sibuk mendengarkan semua di sesekali mencatat beberapa peraturan penting. Ryuu melirik Reiji dari sudut matanya, "tenanglah, setelah ini kelas bela diri akan dimulai." Mendengar perkataan Ryuu, Reiji menjadi sedikit lebih tenang. Namun, tiba-tiba, sang guru berseru, "kamu yang di sana!"

Re : Overlord [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang