Ch. 18 : Tes Ketiga

1.1K 138 41
                                    

Ryuu menatap orang yang akan menjadi lawannya. Hu Jia. Putra kedua dari adik ketua salah satu klan yang berpengaruh di Timur, Klan Hu yang bergerak di bidang militer.

"Hu Jia,"

"Kazemaki Ryukikeito."

Keduanya memberi salam. Kemudian, Hu Jia menatap pedang standar yang berada dalam genggaman Ryuu.

"Kulihat, kau satu-dua tahun di bawahku. Kau yakin akan memakai pedang standar? Pakailah pedang warisan milikmu,"

Permintaan Hu Jia sebenarnya sedikit disetujui oleh beberapa penonton. Karena, terlihat sebuah benda di pinggang Ryuu yang berbentuk layaknya pedang pada umumnya. Namun, anak itu memilih untuk memakai pedang standar.

"Ini hanya hiasan,"

Tidak lama, Hu Jia langsung menyerang Ryuu begitu bel mulai berbunyi. Ryuu juga langsung waspada. Dalam pertandingan itu, terlihat bahwa Ryuu lebih dominan menghindar daripada secara langsung menyerang Hu Jia.

Tidak ada yang mengetahui pemikiran anak berusia sepuluh tahun itu. Namun, banyak orang yang diam-diam menikmati pertukaran antara dua pria muda di arena. Itu semua karena fakta bahwa Tuan Muda keluarga Hu, Hu Jia, bukanlah lawan yang mudah, bahkan untuk pemuda berumur 15 tahun yang praktis berada tiga tahun di atasnya.

Melihat Ryuu yang seperti tidak dapat membalas membuat Hu Jia merasa berada di atas angin. Ia merasa inilah titik kemenangannya dan berniat mengakhirinya sesegera mungkin. Namun, Ryuu yang menyadari niat tersebut langsung menyerang seketika, membuat Hu Jia tidak siap. Walaupun begitu, dengan pembelajaran yang matang, Hu Jia tidak melepas pedangnya.

Memanfaatkan situasi tersebut, Hu Jia menyerang lebih gila dan lebih ganas. Ryuu menangkisnya sebisa mungkin, namun pedang yang ia pegang sekarang telah benar-benar tumpul. Jika dibandingkam pedang warisan milik Hu Jia, bukan tidak mungkin pedang biasa di tangan Ryuu dapat bertahan lebih dari 50 pertukaran. Melihat pedang itu bertahan sekitar 100 lebih pertukaran, hal itu dapat membuktikan kemampuan Ryuu.

Trang!

Pedang itu terbelah menjadi dua. Baik Hu Jia, Ryuu, penonton, bahkan para juri terkejut dengan hal tersebut. Masalahnya, pedang yang diayunkan Hu Jia tidak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti. Ryuu langsung mengeluarkan pedang yang tersarung di pinggang kirinya.

Pedang dengan pangkal berwarna hijau bertahtakan permata zamrud di tengahnya itu tersingkap. Para gadis yang melihat pedang indah itu langsung terfokus pada permata nya. Para penonton kebanyakan terpana karena indahnya pedang tersebut, namun, di mata para juri, pedang itu lebih berharga daripada zamrud yang menghiasinya.

Hu Jia terkejut dengan kesigapan milik Ryuu. Ia ingin bermain lebih jauh, namun apa daya, pedangnya telah terlempar dari tangannya setelah Ryuu menebaskan Judge Scale miliknya. Hu Jia tersenyum pasrah kemudian mengajak Ryuu berjabat tangan dan disambut dengan hangat oleh Ryuu.

"Selama ini, kupikir aku seorang jenius. Terima kasih membuka pikiranku,"

"Berpikir menjadi seorang jenius bukan sebuah masalah," balas Ryuu sembari tersenyum simpul.

"Judge Scale... Bukankah itu pedang Judge Scale?" tanya salah satu juri.

Ryuu menoleh dan berkata dengan hormat, "menjawab Misaki-sama, itu benar."

Gempar. Publik gempar dengan fakta tersebut. Bagaimana bisa salah satu dari 12 Pedang Zodiak berakhir di tangan bocah 10 tahun? Namun, melihat kemampuan berpedangnya yang tidak bisa diremehkan semua orang yakin bahwa pedang itu berada di tangan yang benar.

Begitu Ryuu turun panggung, Ryuu ingin segera kembali ke rumah untuk menghadiri tes bakat tahunan adiknya. Dengan cepat ia hendak menuju penginapan bersama Reiji. Namun, sebuah suara menginterupsinya.

Re : Overlord [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang