chapter 4

88 25 2
                                    

****

"Ini rumah kita?"

"Bukan rumah pinjaman kan?"

"issh,menyebalkan. Dijawab pun tidak"

"Dulu kuliah dimana?"

"Jurusan apa?"

"Sekarang kerja dimana?"

"Mukamu bisa diganti tidak?"

"Rasanya mau ku cakar saking menyebalkannya"

"Huff.. Capek ngomong sama tembo kusam"

Sejak tadi pertanyaan Gladis tak ada satupun dijawab oleh Bara.

Setelah bersih-bersih dan untungnya keadaan rumah rapi sejak kedatangannya dan hanya perlu membereskan baju-bajunya saja tapi itupun capeknya luar biasa.

Bagaimana tidak lima koper miliknya ditambah satu koper kecil milik Bara. Ternyata walk in closet dikamar ini sebagian sudah terisi perlengkapan milik Bara dan sisa miliknya saja yang harus dibereskannya.

Setelah memesan makanan karena tidak sempat masak atau lebih tepatnya malas masak, disinilah sekarang Gladis berada. Dikamar utama mereka yang lumayan luas dengan ranjang king size dan jendelanya pun besar serta walk in closet yang lumayan luas juga.

Sejak tadi kerjaan Gladis merecoki Bara yang sedang serius menekuni dihadapan laptop yang Gladis sendiri tidak tahu isinya apa. Semakin membuatnya betah mengganggu Bara karena tampilan kacamata yang bertengger di hidung mancung suaminya dan wajah serius menambah kesan pintar tapi lagi-lagi kelakuannya yang luar biasa menyebalkan karena sejak tadi Gladis hanya berbicara sendiri tanpa dijawab. Selain sibuk mengoceh tangannya pun tak tinggal diam, mencoleklah dan sesekali tidur di kaki suaminya yang sedang berselonjor diranjang dan berdampingan dengannya yang sedang berbaring dan dihadiahi visual samping suaminya.

Tapi sayang nyatanya fokus suaminya tidak gampang teralihkan.

Tidak asik.

Gladis rasanya sudah mau mati kebosanan sedangkan kesibukannya sejak tadi selain mengganggu suaminya yaitu mondar mandir,makan,minum,main gawai. Tapi ujung-ujungnya bosan juga.

Gladis rasanya mau menyerah saja saat melihat jam dinding sudah menunjukkan angka sepuluh malam yang artinya ini malam pertamanya dirumah suaminya sekaligus malam kedua pernikahannya. Kantuk sudah sekian kali ditahan namun pada akhirnya menyerah juga.

Sayup-sayup Gladis merasakan badannya diselimuti dan didekap dibalik selimut. Rasanya hangat meskipun ingin protes tapi matanya sudah kalap duluan dengan dunia mimpi.

Ah,sudahlah.. Besok saja marahnya.
Tidur lebih penting.

Hoaamm..

****

"Kapan kita akan berbelanja?"

"Belanja apaan?"

"Kau tak lihat! Ternyata isi kulkas besar itu sana isinya hanya air mineral berbotol-botol. Aku kira semalam kulkas itu isinya bahan makanan,ternyata pas dibuka isinya sampai mau tumpah. Iya tumpah,air maksudnya" Gladis kira pagi ini dia akan menemukan setidaknya bahan makanan yang bisa dibuatnya untuk sarapan. Nyatanya hanyalah kondisi kulkas kosong melompong dijumpainya.

"Nanti sore kita belanja"

"Kok sore? Kita makan siangnya pakai apa?"

"Kamu tidak berencana keluar rumah memang? Kan bisa makan siang diluar"

"Oh iya,aku ada kuliah nanti jam 11"

"Hah? Kamu masih kuliah?" Bara fikir mereka seumuran jadi semestinya sarjananya juga samaan.

ONLY YOUHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin