Chapter 10

77 17 13
                                    

"Kamu mau dijemput jam berapa?" Kini Bara sedang mengancingkan lengan kemejanya dan melirik Gladis yang sedang berdandan dimeja rias.

"Tidak usah dijemput. Aku mau bawa motor sendiri"

"Emang sudah berani,bawa motor sendiri?" Kini Bara memfokuskan melihat gerak-gerik istrinya.

"Mau sampai kapan takut terus. Nanti motornya rusak kelamaan nganggur. Kan sayang dibeli bukan untuk pajangan" Gladis bergegas memasukkan peralatannya di tottebag punyanya.

"Yah kan siapa tahu kamu masih belum berani keluar sendiri,makanya aku tawarin antar jemput" Bara pun telah selesai bersiap dan membuka pintu kamar saat Gladis akan keluar kamar duluan.

"Makanya ini cepet kekampus padahal kuliahnya jam sepuluh. Mau jalan pelan-pelan dulu. Dan aku gak mau nanti ada yang liat kamu antar kekampus. Nanti dianggapnya ada Affair lagi sama dosen tamu" Bara dan Gladis berjalan beriringan turun kelantai satu.

"Ya kali affair itu untuk yang hubungan terlarang, Nah kita kan Sah dimata hukum dan agama sebagai pasangan. Mana ada affair coba" Bara hanya menggeleng-gelengkan kepalanya karena ucapan ngawur istrinya.

"Kan yang tahu cuma keluarga kita, anak-anak kampus mana ada yang tahu" Gladis menyodorkan kopi yang sudah dibuatnya ke Bara.

"Ada racun gak nih?" Bara mengendus-ngendus bau kopi miliknya.

Sedangkan Gladis hanya memutar bola matanya.

"Ada. Sianida. Biar kamu cepat mati,aku suami baru" Gladis menggigit roti miliknya dan kaget melihat suaminya yang tersendak kopi.

"Hati-hati.. Tidak ada yang mau juga sama kopi sianida" Gladis kini meninggalkan suaminya dan berjalan kearah garasi.

"Istri kurang asem,Huk.. Huk.. Huk. Suaminya tersendak mana ditinggalin lagi" Bara menyusul Gladis ke garasi.
"Enak saja mau bersuami lagi. Satu suami saja dia gak becus apalagi dua" Bara menggerutu.

-*-*-*-*-

Sejak tadi pagi hingga kini tak henti-hentinya Bara mengecek notifikasi handphonenya jaga-jaga siapa tahu ada telefon atau setidaknya pesan singkat, tapi ternyata nihil. Bahkan pesannya sejak tadi pagi tak ada balasan. Telefonnya tidak ada tanggapan.

"Bara" Dimas rekan sejagadnya memanggil Bara yang sudah siap-siap pulang.

"Yoii" Mengalihkan fokus Bara dari gawai miliknya dan memasukkan dikantong celana.

"Mau ikutan nongkrong gak?"

"Dimana?"

"Caffe baru dekat kampus UHG"

"Kampus UHG ?"

"Hemm.. Mau gak? Dengar-dengar gebetanmu sejak kuliah ternyata jadi dosen loh disana"

"Gebetanku siapa?" Bara mencoba mengingat-ngingat siapa yang dimaksud Dimas.

"Renata. Anak bisnis ituloh. Sekarang katanya magang disana jadi dosen"

"Renata.. Renata yang mana yah?"

"Astaga.. Itu anak bisnis yang bodynya kayak model itu yang jadi inceran anak-anak dikelas tapi tidak ada yang dapat-dapat. Malah kecantol sama dosen kita lagi. Ingat gak?"

Bara mencoba menggali ingatannya, dan menemukan siapa yang dimaksud.

"Ohh Renata yang itu. Terus apa hubungannya dengan ajakan nongkrong tadi?" Kini Bara dan Dimas berjalan beriringan menyusuri gedung Lab.

ONLY YOUМесто, где живут истории. Откройте их для себя