Chapter 5 : The good old days

1.4K 227 6
                                    

kasian Anne sedih2 an mulu. Hari ini ada kisah seneng2 nya dikit lah. Btw rada mlencneg ke Oliver yak! gatau kenapa huhu.

.

.

Sebuah keajaiban bahwa Anne bisa tidur di kamarnya, tanpa Fred dan George. Hal itu hanya bisa dilakukan Anne di Hogwarts saja entah mengapa. Pagi ini Anne terbangun dengan mata bengkak, untung saja dia punya sebuah mantra untuk menghilangkannya.

Setelah dia bersiap siap, Anne keluar ke ruang rekreasi untuk menyapa manusia manusia yang sudah bangun disana.

"Selamat pagi." Anne menyapa.

"Pagi.." Neville Longbottom, sedang terlihat menyiram tanaman di jendela ruang rekreasi.

"Wah kau rajin sekali menyiram tanaman." Anne memuji Neville.

"Terimakasi--" Neville berbalik untuk berterima kasih pada Anne.

"Err....kau siapa?" Neville bertanya.

"Oh..! aku...emm..mantan murid disini..aku kembali..emmm ada urusan..hehe" Anne berbicara dengan belepotan.

"Oh...y-ya aku Neville, Neville Longbottom." Neville tersenyum canggung.

"Oh ya, aku Annelyn Weasley." Anne tersenyum lebar.

"Ah..kau kakaknya Fred dan George?" Neville bertanya.

"Um..bukan aku..adiknya." Anne berkata.

"Uhm...Ha?" Neville menunjukan muka kebingungan. Sebelum Anne mau menjelaskan dia dipanggil Harry dan Ron.

"Bye Neville, kau bisa bicara dengannya lain kali." Ron menarik Anne pergi.

"Hey kita mau pergi kemana?" Anne ya mau mau aja ditarik.

"Fred dan George menyuruh kami membawamu ke lapangan." Harry berkata.

"Quidditch," Anne memutar bola mata. Dulu saat masih sekolah Anne juga anggota tim Quidditch Gryffindor. Walaupun dulu badan Anne tidak terlalu besar, dia tergolong kebanggaan Gryffindor.

"Dia sudah datang Oliver." Fred memanggil Oliver, dengan wajah yang membuat Anne kesal.

"Oh...! Anne, kau datang!" Oliver mendekati Anne. Yah muka Anne langsung berubah tersenyum lebar.

"Wah..Oliver sudah lama."Anne menjabat tangan Oliver. Anne langsung diajak memasuki lapangan.

"Wah tidak banyak berubah Oliver." Anne memandang lapangan. Lapangan Quidditch itu tidak berubah sejak saat Anne menapakan kakinya saat umur 9 tahun.

"Ya kau mau bagaimana? ingin rumputnya berubah menjadi warna Ungu?" Oliver berkata.

"Kau juga tidak berubah Oliver." Anne tertawa bersama Oliver. Bisa dilihat bertahun tahun bermain Quidditch bersama membuat Oliver dan Anne memiliki hubungan yang sangat dekat. Tidak tahu menahu, dua orang pria di belakang mereka sedang mengolok olok Anne dan Oliver dengan muka konyol. Bukan Anne kalau tidak tahu kenakalan Fred dan George, Anne langsung memukul wajah kedua pria dibelakangnya. Juga bukan Fred dan George namanya kalau tidak bisa menghindar dari pukulan seorang Annelyn Weasley. Anne jengkel dengan sikap kedua kakaknya itu dan mengamuk, untung saja Oliver sudah memeluk tubuh Anne dari belakang. Anne sama layaknya ABG yang lain, langsung lemas dengan muka merah.

"Kumohon jangan lakukan itu lagi Oliver." Anne sudah siap dengan sapu kesayangannya.

"Kau akan meledakan seluruh lapangan Anne." Oliver terkekeh. Kekehan Oliver mengalihkan dunia Anne. Flashback ketika dulu Anne memiliki rasa pada Oliver, namun ia sadar diri bahwa dirinya hanya seorang anak kecil saat itu. Sekarang rasa kagumnya yang dulu itu sudah berubah menjadi rasa sayang sesama anggota Quidditch seiring bertambahnya usia Anne. Ron dan Lee Jordan ada di pinggir lapangan menonton latihan itu.

"Kenapa kalian memanggil Anne?" Ron bertanya pada Jordan.

"Dia adalah legenda di Quidditch Gryffindor bung!" Jordan memandang Anne yang sudah terbang.

"Kenapa?"

"Kau saudaranya bung! lihat saja dia!" Jordan menunjuk Anne yang sedang berbisik pada Harry.

"Seorang Seeker termuda dengan penglihatan super tajam!" Jordan memukul angin.

"Namun bukan posisi Seeker yang didapatnya, melainkan Beater dengan prestasi yang luar biasa." Bukan Jordan yang melanjutkan.

"Hermione!" Ron menyapa.

"Kubaca dari buku, Annelyn Weasley Beater dari Gryffindor. Pukulunnya cukup kuat untuk membuat Bludger keluar pembatas stadion." Hermione menunjuk Anne yang memukul satu Bludger keluar lapangan.

"Dia juga dapat membuat seluruh anggota tim lain jatuh dari sapunya hanya dengan satu Bludger!" Jordan menunjuk anggota tim lawan tanding Anne yang sudah tepar di tanah, mencoba naik kembali. Karena adanya kelonggaran Tim anne berhasil memasukan beberapa poin, Golden Snitch pun telah ditemukan Harry. Tinggal menunggu waktu Tim Anne akan menang.

"Satu hal saja.." Jordan tersenyum miring.

"Dia bodoh saat melempar Quaffle." Saat Hermione mengatakannya benar saja, bukan ke arah gawang Quaffle mengarah ke kepala Harry. Untung saja dalam waktu sepersekian detik Harry berhasil menyelamatkan kepala nya juga kemenangan Tim nya. Tim Anne menang.

"Ternyata kau juga tak berubah Anne, masih bodoh dengan Quaffle." Oliver membawa koper berisi bola.

"Lihat saja nanti suatu saat nanti bola itu akan ku lempar dengan pemukul ini." Anne menunjukan tongkat pemukulnya. Oliver tersenyum.

"Kau lucu Anne." Oliver pergi meninggalkan Anne. Anne terdiam. Dia ngeblush.

Tapi itu semua sebelum negara api menyerang.

"ANNELYN~~" Dua biang kerok memanggilnya.

"APA?!" ngegas si Anne.

"Mau di gendong?" Fred bertanya. Anne diam.

"Mau dibeliin sesuatu? capek? haus?" George bertanya.

"Bah pasti ada maunya ini." Anne menunjuk sinis 2 orang itu.

"Nggak kok." Fred menepis tanggapan Anne.

"Kami cuma pengen sekali kali memberikan kasih sayang padamu." George menyambung.

"Aku tidak yakin.." Tatapan Anne makin sinis.

"Ah sudahlah George ayo kita pulang." Fred putus asa.

"Kuy lah gas." George berkata. Dan mereka disappear gitu aja.

"EH!? TUNGGU! AKU BECANDA!" Anne mulai sadar akan keputusannya, yang salah besar.

.

.

Akhirannya gaje banet, kurang inspiration.

I am Weasley ✅Where stories live. Discover now