Chapter 4 : Bitter truth

1.5K 254 8
                                    

Haiii kita lanjutkan yah, eit jangan lupa bintangnya di elus itu..kasiannn kurang kasih sayang.. hehe :p

.

.

"Tidak..! aku tak akan menyerahkan bayiku!"

"Kau harus memberikannya! Bayi ini harus ada di pihak kami!"

"TIDAK AKAN! AVADA KEDAVRA!"

"AVADA KEDAVRA!"

Anne terbangun dari tidurnya dengan muka pucat dan berkeringat. Fred dan George yang sejak Anne pingsan setia menemaninya, memanggil Madam Pomfrey ketika melihat mata Anne terbuka.

"Apakah dia baik baik saja?" Fred bertanya.

"Dia baik baik saja, hanya butuh sedikit istirahat." Madam Pomfrey memeriksa mata Anne.

"D-d-dimana Harry?!" Anne bertanya yang terkesan agak cemas.

"Heeey..dude..calm down, calm down.." George menyuruh Anne untuk tenang. Sementara Madam Pomfrey berbicara dengan Fred. Anne ingat yang terjadi terakhir kali, karena dia bersama Harry, dia khawatir Harry akan tidak baik baik saja.

"Dimana Harry?" Sekarang nada suara Anne sudah lumayan tenang.

"Em...di-" Sebelum Fred menjawab sudah muncul seseorang dengan kacamata khasnya.

"Hai?" Harry mengangkat tangan kanannya. Sementara tangan kirinya terbalut perban yang menggantung ke bahunya.

"Kau? kenapa...?" Anne menatap sedih tangan Harry.

"Oh..ini bukan apa apa." Harry berkata dengan nada yang tidak mantap.

"Ugh...Anne, dia baru saja terjatuh dari sapunya." George memberikan alasan yang lebih manusiawi kepada Anne.

"Saat kau pingsan." Fred menambahkan.

Anne agak curiga dengan jawaban si kembar, tapi dia hanya diam tak mengatakannya. Setelah dibolehkan pulang ke asrama, Anne masuk ke kamar lamanya di Gryffindor. Dia hanya sendirian di kamar lamanya itu. Dulu dia bersama beberapa temannya tapi sekarang semuanya sudah pindah. Anne duduk di atas kasurnya dan mulai merenungkan apa yang tadi terjadi.

"Ah..!Sial aku tak bisa mengingat hal yang tadi terjadi!" Anne merutuk pada dirinya. Anne mengetuk ngetuk kepalanya agar dapat mengingat sesuatu, dan sesuatu itu berhasil di ingatnya.

"Dan benar bayi yang ditinggalkan di depan rumah keluarga Weasley adalah putri semata wayang Voldemort."

Anne memandang ke depan dengan wajah syok. Dia mulai menjalankan skenario skenario buruk tentang dirinya dalam kepala.

"Tidak...,aku adalah putri Voldemort. Bagaimana jika keluargaku tak lagi menerimaku? Apa yang akan dikatakan Fred dan George? Bagaimana jika aku dicap sebagai putri penyihir tergelap sepanjang sejarah?" 

Anne tak bisa mengelakan air mata menetes. Dia tak bisa berhenti meneteskannya. Namun Anne tetap diam, dia masih mengkhawatirkan kehidupannya. Tiba tiba saja pintu kamarnya terbuka, terlihat bayangan dua tubuh lelaki.

"Uhm..?" Anne menatap pintu yang terbuka dengan tetap wajah yang datar dan air mata mengalir.

"An..ne.." Fred yang hendak memanggil Anne terhenti karena melihat wajah adiknya itu basah karena air mata.

"Ya?" Anne menjawab datar, sementara Fred dan George bergegas memeluk tubuh Anne.

"Ada apa? Kau tak perlu menanggunggnya sendiri." George mengelus punggung Anne.

"Kami adalah kakakmu, kau bisa ceritakan semuanya pada kami." Fred mengenggam erat tangan Anne. Anne tak bisa menjawab, dia hanya bisa terisak di pelukan sang kakak. Dia hanya bisa mengatakan isi hatinya dalam teriakan teriakannya. George mendekapnya erat erat.

"Tak apa, tak apa.." Fred mengelus puncak kepala Anne. Setelah beberapa menit menangis, tangisan Anne hanya tinggal isakan isakan kecil.

"Sekarang ceritakan apa yang terjadi." George melonggarkan pelukannya.

"A...aku...aku...Akuu..." Anne mencoba menjelaskan. Fred dan George mendengarkan apa yang ingin dikatakan Anne dengan baik.

"Aku...."

"Aku..adalah putri Voldemort..!" Anne kembali terisak. Fred maupun George tak bisa mengatakan apa apa.

"Aku takut..! Kalian akan meninggalkanku....!" Anne semakin menjadi jadi. Fred dan George saling pandang, lalu mereka menghapus air mata Anne.

"Tenang Anne....kami tak akan meninggalkanmu.." George memegang pipi kanan Anne.

"Tidak akan pernah...kau selalu diterima di rumah..." Fred yang satunya.

"T-t-tapi.." Anne memandang nanar kedua kakaknya.

"Karena kau adalah anak keluarga Weasley." Fred dan George berkata bersama. Anne bukannya senang atau bahagia malah makin menangis, tapi kali ini..tangisannya berbeda. Ini adalah tangis bahagia.


Molly yang sedang dirumah, mendapatkan sebuah insting.
"Apakah anak anak baik baik saja? aku sangat khawatir pada trio itu." Tiba tiba saja tangan Molly terkena pisau saat sedang memikirkan hal itu.

"Pertanda buruk biasanya hal yang mengerikan di dunia ini."


Itu yang dipikirkan sang ibu, namun bagaimanakah keadaan asli trio anaknya itu? berikut cuplikannya

"Hei kukira Anne adalah batu, ternyata dia sama seperti kita Fred." George menatap Fred.

"Loh? Batu? Kukira besi.." Fred menjawab.

"Kalian..." Geraman terdengar dari nada suara Anne.

Anne langsung melompat saja dan membuat dua pria dengan tubuh yang lebih besar darinya terjatuh ke ranjang.

"Kalian benar benar meminta untuk dijadikan ferret..." Anne masi dengan muka muka gelap ala ala anime, sambil mengeluarkan tongkatnya.

"Kita harus kabur Fred." George berkata.

"Ayo!" Fred berkata.

Mereka hilang dari hadapan Anne. Untungnya Anne orang penyabar jadi dia tidak marah ataupun sebal, eitss anda bohong ini apa?

"FRED!!!!!GEORGE!!!!!!!"

.

.

biasa ngaco nii authornya, bisa aja akhiranya begitu :p

I am Weasley ✅Where stories live. Discover now