Three Twins [2]

1K 110 13
                                    

JingYi dan SiZhui telah sepakat untuk menamai anak-anak mereka. Dimulai dari anak pertamanya. Yaitu,  Lan Chun sebagai nama kelahiran, dan nama kehormatan Lan XinGuang. Anak kedua mereka yaitu Lan Yaorao sebagai nama kelahiran dan nama kehormatan Lan YeWu. Terakhir, anak bungsunya. Yaitu Lan XuanShi sebagai nama kelahiran dan nama kehormatan Lan YueLiang.

Ketiga anak kembar mereka laki-laki. Padahal awalnya JingYi mengharapkan ada anak perempuan. Ia sempat pundung sebelum melirik kearah SiZhui yang kini mengacungkan ibu jarinya, JingYi bisa mendengar jika suara hati SiZhui berkata. 'Tidak apa, nanti bisa membuatnya lagi.'

Ingin rasanya JingYi menimpuki suaminya itu, namun tenaganya sudah terkuras habis. Ia hanya bisa berbaring sembari memberi asupan untuk anak-anaknya. JingYi melihat kantung mata SiZhui yang kian menghitam. Sepertinya ia belum tidur dari semalam.

“SiZhui, tidurlah. Kau perlu istirahat, aku baik-baik saja jadi jangan khawatir,” JingYi melirik ibu mertuanya. “yakan?” Lanjutnya. Wei WuXian mengangguk sembari mendekati menantu dan cucu-cucunya.

“Mn, A-Yuan.. Tidur.” Lan WangJi menepuk bahu putranya. Bukan mendapat anggukan Lan WangJi mendapatkan penolakan, sepertinya baru kali ini SiZhui menolak perintahnya. “Aku ingin menjaga keluargaku, mana bisa aku bersantai dan tidur disaat JingYi masih sangat lemah.” Begitu balasnya. Lan WangJi sedikit tersenyum sembari mengelus surai putranya yang tanpa ia sadari sudah memiliki tiga orang anak.

“A-Yuan, kau cepat sekali tumbuh ya. Rasanya dulu aku baru menguburmu di tumpukan tanah, dan sekarang kau sudah menjadi seorang ayah.” Wei WuXian tertawa dengan sangat kencang, dan itu membuat tangan Lan QiRen gatal untuk segera memukul Wei WuXian.

“Ah! Atau mungkin, ini efek aku menguburmu waktu itu? Jadinya kau cepat sekali tumbuh!” Wei WuXian berasumsi jika SiZhui cepat tumbuh karena dirinya, padahal tidak. Lagi pula siapa yang akan percaya jika SiZhui tumbuh karena di kubur oleh Wei WuXian layaknya sebuah tanaman.

Senior Wei, ah maksudku A-Niang, lawakan mu benar-benar lucu. Tapi aku sangat lemas untuk tertawa.” JingYi tersenyum tipis, ia ingin tertawa namun tidak bisa.

Tiba-tiba SiZhui menyela, “Tidak, A-Niang benar. Ia dulu menguburku agar aku cepat tumbuh.” Kata SiZhui. JingYi nampak tidak peduli, tapi ia begitu terkejut. 

JingYi menyadari, tatapan Lan QiRen yang penuh cinta kepada cicit-cicitnya itu. Biasanya ia akan dapat omelan gratis dari tertua Lan itu, tapi berbeda untuk hari ini. JingYi menyodorkan putra-putranya dan mengarahkanya kepada Lan QiRen yang berdiri di samping Lan XiChen. “Ingin mengendongnya?” Tawar JingYi disertai senyuman lemah nya.

Perlahan Lan QiRen mendekat dan mulai menggapai si bungsu. Lan XiChen juga ikut mengendong putra keduanya. Ekor mata JingYi melihat suaminya yang rupanya iri, ingin mengendong buah hatinya. JingYi juga menyerahkan si sulung kepada ayahnya. Dengan senang hati SiZhui mengendong dengan lembut putranya itu.

“A-Die, kau bisa mengendong cucu mu nanti setelah SiZhui.” Kata JingYi saat melihat raut wajah cemburu di wajah datar ayah mertuanya. 

“Mn.”

SiZhui menjauh dari ayahnya saat Lan WangJi mendekat kearahnya untuk sekedar menegok wajah cucunya. “Gantian.” Kata Lan WangJi seraya merentangkan tangannya, ia siap untuk mengendong cucunya. 

“Aku baru saja mengendongnya A-Die.” Tolak SiZhui, Lan WangJi pundung saat tidak dapan bagian untuk merasakan tubuh munggil cucunya. Melihat hal itu, Lan XiChen langsung menyerahkan putra kedua SiZhui kepada adiknya. Dengan senang hati Lan WangJi mengendong cucunya itu. Terlihat wajah bahagia di mimik wajahnya. “Nama?” Lan WangJi menanyakan nama dari cucu-cucunya itu.

SiZhui dan JingYi saling berpandangan sebelum SiZhui membuka suaranya. “Si sulung Lan Chun sebagai nama kelahiran, Lan XinGuang sebagai nama kehormatan.” Kata SiZhui seraya melirik putra pertamanya, setelah itu ia melirik putra keduanya. “Lan Yaorao sebagai nama kelahiran, Lan YeWu sebagai nama kehormatan.”

 SiZhui melirik putra bungsunya yang kini tertidur dipelukan Lan QiRen. “Yang terakhir, Lan XuanShi sebagai nama kelahiran, Lan YueLiang sebagai nama kehormatan.”

“Mn, indah.” Lan WangJi mengomentari nama-nama yang telah diputuskan anaknya itu. Cucu-cucunya sangatlah pantas mendapatkan nama-nama itu. Lan QiRen menyerahkan cicitnya kepada JingYi, ia berpamitan karna ini sudah sangat larut. Mereka semua harus kembali dan tidur.

SiZhui menaruh bayi-bayi munggilnya di sebelah JingYi disaat Wei WuXian dan juga Lan WangJi keluar dari kamarnya. “Tidurlah, aku akan menemanimu.” Kata SiZhui sembari mengecup pucuk kepala JingYi.

“Kau juga harus tidur, Bagaimana jika kau sakit?” JingYi menatap suaminya itu dengan manik sayu nya.

“Tidak, aku-”

“A-Yuan, aku akan marah padamu jika kau tidak tidur sekarang!” Ancam JingYi, maniknya masih memandang wajah tampan milik suaminya.

“Dengarkan aku, untuk malam ini kita bisa tenang, tapi besok malam dan berikutnya mungkin kita harus terjaga untuk menenangkan tangisan mereka nantinya. Jadi kau tidurlah.”

“Maka karena itu, cepat tidur!” JingYi mengeluarkan suara tertingginya sekarang, walau terdengar seperti ucapan biasa karena ia sangat lemas sekarang. sedetik kemudian JingYi mulai meneteskan air matanya. “Apa kau ingin mereka kehilangan ayahnya?”

SiZhui mengerutkan keningnya. “Apa maksudmu A-Yi?”

“Aku tahu, kau tidak tidur seminggu terakhir ini. Aku takut kau sakit dan..”

“Berhenti berpikir yang tidak-tidak A-Yi!” SiZhui membawa tangan JingYi untuk menyentuh pipinya. “Lihat, aku masih sehat!” Lanjutnya, namun ia tetap tak bisa menghentikan air mata yang keluar di pelupuk mata istrinya.

“Itu sekarang, bagaimana besok atau lusa?”

Kata-kata itu begitu menusuk hati SiZhui. Ia memang tak bisa berbohong kepada istrinya ini. Sejujurnya kesehatanya memang menurun akhir-akhir ini. Akibat pikiran yang bercampur aduk tak kunjung usai. 

Perlahan SiZhui menempatkan dirinya di samping putra-putranya, ia menghela nafasnya. “Baiklah A-Yi, aku akan tidur. Tapi kau juga harus tidur!” Ujar SiZhui.

Jingyi menutup matanya, ia mulai tersenyum. “Tanpa kau suruh, aku akan tidur.”

SiZhui tersenyum, ia juga memejamkan kedua matanya. Alam mimpi telah menanti dirinya setelah sekian lama. Tubuhnya menjadi ringan saat ia mulai terlelap. 

鲜花盛开  [ZhuiYi]Where stories live. Discover now