Couvade Syndrome

1.1K 129 36
                                    

JingYi membuka matanya lagi, lagi dan lagi. Ia melihat SiZhui yang bolak-balik ke kamar mandi, memuntahkan isi dari dalam perutnya. Dengan cemas, JingYi menghampiri suaminya. Ia menepuk-nepuk punggung SiZhui yang kini gelagapan, ia kesulitan mengatur napasnya.

JingYi terpaksa berjaga malam ini, menemani SiZhui yang masih bolak-balik ke kamar mandi. Ah, iya. Mereka juga sudah pindah ke rumah yang telah dibangun SiZhui sejak beberapa tahun terakhir. Kediaman yang mereka tempati sangatlah luas, layaknya tempat tinggal yang wajar di miliki oleh pemuda kebanggaan keluarga Lan.

Masih setia menepuk-nepuk punggung SiZhui, perlahan tangan munggilnya berubah menjadi elusan lembut. SiZhui menoleh kearahnya, “Aku ingin buah pisang, tapi yang pedas!” Pintanya. Lantas JingYi mengerutkan keningnya. “Hah? Kau bercanda?” JingYi menggaruk tengkuknya dengan linglung.

“Ayo kita cari!”

“Hei, tu-tunggu-” Belum sempat JingYi melanjutkan perkataanya, JingYi sudah terseret keluar dengan SiZhui. Rambut mereka terterpa dinginya angin malam, kening polos tanpa pita yang terikat di kepala mereka. 

JingYi menarik lengan SiZhui yang hendak keluar dari Cloud Recesses untuk mencari sesuatu yang ia inginkan. “Ini sudah malam, kita akan cari besok. Oke?” JingYi membawa masuk SiZhui, tapi pemuda itu enggan dan menolak, masih bersikeras mendapatkan apa yang ia inginkan.

“Aku akan mencarinya, jika kau tidak ingin ikut, tunggu saja di rumah!” Tegasnya.

Kata-kata itu begitu mencengkam rahang JingYi, sulit bernapas rasanya. Namun ia kembali menggengam lengan suaminya itu. “Baiklah, ayo kita cari bersama.” JingYi membuang napasnya dengan begitu kasar. Pasrah dan mengikuti langkah kaki suaminya itu.

Dari awal dia sudah tahu, jika mereka tak akan menemukan apa yang SiZhui cari. Sebab orang bodoh pun bisa merasakan semua pisang manis, tidak ada yang pedas.

.
.
.

Sudah tiga hari SiZhui betingkah aneh seperti itu, ia menjadi lebih sensitif dan lebih banyak mengoceh tidak jelas. Emosinya juga tak terkendali, terkadang ia marah-marah namun terkadang seketika sangat lemah lembut.

Wei WuXian nampak cemas pada anak semata wayangnya itu. Berujung memeriksa putranya ke Tabib kenalan dari Lan WangJi. Saat SiZhui di periksa, anehnya JingYi juga ikut di periksa. Mana mungkin JingYi menolaknya.

Denyut nadinya ditekan lembut, JingYi hanya diam menunggu respon dari Tabib itu. “Sebenarnya siapa yang sakit?” Wei WuXian memiringkan kepalanya binggung. Tabib itu lantas melirik Wei WuXian, ia mulai tersenyum.

“Selamat, anda akan segera menimang cucu.” Lalu, Tabib itu melirik JingYi dan SiZhui. “Terlebih mereka telah berusia satu minggu.” Lanjutnya.

JingYi dan SiZhui saling bertatapan. Mengerti apa maksud dari tabib tersebut. “Mereka?” Dengan senyuman lebarnya JingYi bertanya. Tabib itu terkekeh ringan. “Tiga janin.”

Manik Wei WuXian dan JingYi langsung tertuju pada SiZhui yang tak kalah terkejut. “Sebentar, jadi di sini siapa yang mengandung?” Tanyanya.

Tabib itu menunjuk JingYi.

“Lalu kenapa suamiku yang betingkah aneh?” Kali ini JingYi yang bertanya.

Tabib itu memainkan dagunya, nampak sedikit berpikir. “Tak banyak yang mengalami hal seperti ini. Tapi ini masih dianggap wajar, karena siklus ini biasa terjadi pada pasangan yang hendak memiliki keturunan.” Jelas Tabib itu.

Wei WuXian menyikut pelan lengan SiZhui. “Hebat juga kau, bisa menanam tiga benih sekaligus! Apa dulu aku pernah mengajarkan mu cara bercocok tanam seperti ini?” Wei WuXian menaik turunkan alisnya dengan jahil. Sedangkan wajah JingYi sudah semerah tomat.

鲜花盛开  [ZhuiYi]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz