Three Twins [1]

Mulai dari awal
                                    

Saat ia membuka pintu kamarnya, ia dikejutkan dengan JingYi yang meringis namun tertahan, mulutnya terbuka lebar kedua matanya terpejam dengan alisnya yang mengkerut gelisah. Ia ingin berteriak namun seperti ada yang menahanya. Melihat hal itu, langsung saja SiZhui mendekatinya, mengurung niatan awalnya untuk beristirahat.

Telapak tanganya menyentuh dengan lembut kulit istri tercintanya, basah. Ya, itu yang pertama kali ia rasakan saat memegang kening JingYi. “JingYi, kau baik-baik saja?” Ah, SiZhui menanyakan pertanyaan yang salah. Tentu saja JingYi tidak dalam kondisi yang baik.

Perlahan JingYi memeperlihatkan netra nya yang kian menyipit sayu. “Si-SiZhui..” Lenguhnya pelan. 

“Ya. Aku disini A-Yi!” SiZhui menggengam erat tangan JingYi. Sedetik kemudian JingYi kembali mengeluarkan suaranya, “Ini,” JingYi membawa tangan SiZhui untuk memegang perutnya. “ingin keluar.” Lanjutnya sebelum kembali menutup matanya sembari meringgis.

Manik SiZhui terbelak, panik menjajah pikiranya. JingYi meremas lengan SiZhui dengan sangat kuat, memaksa pemuda itu tetap berada di sisinya. Keringat dingin terus keluar dari tubuh JingYi, sampai-sampai pakaian tipisnya basah. 

SiZhui ingin meminta pertolongan, ia ingin menemui ibu dan ayahnya untuk meminta bantuan. Tapi ia tidak bisa. Secara tidak langsung, JingYi memintanya untuk tetap berada disini. Dengan terpaksa SiZhui mulai menarik napasnya sebelum ia mengeluarkan suara nyaringnya. “A-Niang, A-Die! Tolong bantu aku!” Teriaknya, memang ini terdengar begitu tidak sopan. Tapi hanya ini yang bisa dia lakukan sekarang.

Dengan secepat kilat, Wei WuXian dan juga Lan WangJi menghampiri putranya. Lan WangJi langsung paham dengan situasi ini. Ia langsung bergegas untuk menjemput Tabib sementara itu, Wei WuXian langsung bergegas ke dapur untuk menyiapkan air hangat. SiZhui masih tak berkutik dari posisinya, begitupun dengan JingYi yang masih meringis sekali-kali ia megeluh rasa mulas yang tak kunjung usai itu.

Beberapa menit kemudian Lan WangJi kembali bersama Tabib, ia juga membawa Lan XiChen dan juga Lan QiRen yang memaksa untuk ikut. Tabib itu langsung masuk kedalam kamar SiZhui dan juga JingYi setelah dapat izin dari Lan WangJi. Sementara itu, yang lainya tetap menunggu di depan.

SiZhui membuang napasnya, ia merasa sangat lega setelah melihat Tabib yang mulai mendekat kearah mereka. Tabib itu tersenyum saat SiZhui meminta untuk membantunya. Lengannya semakin sakit, saat remasan JingYi mulai berubah menjadi cakaran.

Tabib itu memulai persalinan, JingYi menjerit sedangkan SiZhui meringis karena nyeri di lengannya semakin menjadi. Tabib itu menyuruh JingYi untuk tetap tenang dan jangan panik, dimulai dengan pengambilan napas, lalu membuangnya kembali. Berulang-ulang.

Sebelah tangan JingYi meraba punggung SiZhui, dan tangan yang lainya mencengkram kuat bahu SiZhui. Tabib itu mengurut pelan perut JingYi, JingYi merasa sesuatu akan segera keluar dari perutnya. Ia menekanya dengan kuat seperti sedang membuang air besar, semakin kuat ia menekanya, semakin sakit rasanya.

JingYi semakin menjerit saat ia berhasil mengeluarkan si kecil yang kini bermandi darah. Tangisan bayi kecil kini memenuhi kediamanya, SiZhui sangat senang saat melihat anak pertamanya itu. Ia langsung bergerak untuk sekedar menyentuh anaknya, namun cengraman JingYi terlalu kuat. SiZhui bahkan sampai lupa jika JingYi masih berjuang keras untuk mengeluarkan dua bayi lagi.

Berkat suara tangisan bayi itu, Wei WuXian langsung masuk ke dalam. Melihat cucu pertamanya, ia meneteskan air mata bahagianya saat Tabib itu menyerahkan bayi kecil itu ke dekapan Wei WuXian. SiZhui kembali fokus kepada istrinya yang kini mengerutkan alisnya, bibirnya terbuka sembari terengah-engah.

“A-Yi, berjuanglah! Aku akan tetap di sini, bersama mu!” Kata SiZhui dengan lantang. JingYi terlalu sulit untuk menjawab perkataan SiZhui, ia hanya menatap dengan tatapan sayunya. Setelah itu ia kembali melakukan hal yang sama saat sesuatu di perutnya memaksa keluar.

“Arg!” Erangan yang begitu kencang membuahkan hasil. JingYi berhasil melahirkan anak keduanya. Tanpa diberi jeda, anak ketiganya sangat tidak sabar ingin keluar. JingYi mencengkram kuat tubuh SiZhui saat anak ketiga mereka lahir.

Seketika kediamanya menjadi sangat ramai dengan tiga tanggisn bayi sekaligus. JingYi langsung terkulai lemas, dengan cepat SiZhui menangkapnya dan membawanya ke dekapanya. “A-Yi..” SiZhui tak bisa menyembunyikan tangisan harunya, sehinga air matanya jatuh mengenai wajah JingYi.

Manik JingYi sedikit terbuka hanya untuk melihat wajah SiZhui. Tangannya yang masih sangat lemas mengelus pelan pipi suaminya. “Jangan menangis, bodoh!” Di saat seperti ini, sempat-sempatnya JingYi tertawa dengan bodohnya. Namun bedanya, tawanya yang kali ini sangatlah lemah.

Disaat JingYi menenangkan SiZhui, Tabib itu mengobati luka akibat persalinan itu. Sehingga JingYi akan baik-baik saja dan cepat pulih.

Seharusnya JingYi menenangkan anak-anaknya yang masih menangis kencang, tapi ia malah berdahapan dengan suaminya yang kini masih saja menangis. “SiZhui, tangisan mu bisa-bisa mengalahkan tangisan bayi-bayi manis disana.” JingYi merentangkan tangan nya untuk meraih bayi-bayi mungilnya.

Memeluk ketiga anaknya dan juga suaminya. “Lihat SiZhui, mereka sangat berisik. Jadi kau jangan ikut menangis.” JingYi terkekeh.

Manik JingYi teralih kepada Tabib yang membantunya. Ia sangat berterimakasih kepada Tabib itu. Di ikuti dengan SiZhui yang menunduk hormat. Lepas itu sang Tabib keluar dan mengizinkan Keluarga besar Lan itu melihat keturunan mereka. Dan sang Tabib pamit untuk pulang setelah mendapatkan banyak terimakasih dari keluarga terhormat itu.

鲜花盛开  [ZhuiYi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang