30 - the task

1K 122 129
                                    

Draco membuka matanya yang terasa berat. Lelaki itu menatap kesekelilingnya dan sadar kalau ini sudah malam hari. Draco mencoba menggerakkan tubuhnya dan meringis pelan. Ketika dia menunduk, Draco terkejut melihat tubuh atasnya hanya dibalut oleh perban putih saja dan selimut sebatas dada. Draco pun menghela nafasnya begitu mengingat apa yang sudah terjadi.

Potter sialan.

Draco mencoba menggerakkan tangannya dan dia bingung begitu merasakan sesuatu yang berat menimpa tangannya. Ketika Draco menolehkan kepalanya kesamping, dia terkejut melihat gadis yang akhir-akhir ini selalu ada dalam fikirannya tengah tertidur sambil terduduk di samping ranjang tidurnya. Rosie menjadikan kedua tangannya sebagai bantalan kepala dan terlihat tertidur dengan nyenyak. Draco menatap lama gadis itu lalu kemudian dengan sisa kekuatannya lelaki itu mendudukkan tubuhnya dan menyandarkannya di kepala ranjang. Rosie yang merasakan pergerakan di sisinya tiba-tiba saja terbangun.

"Dre, udah bangun? Gimana keadaan lu? Ada yang sakit ga?" tanya Rosie panik. Gadis itu sadar kalau penampilannya mungkin acak-acakan. Dia pun membenarkan rambutnya dan memutar tubuhnya sesaat untuk memastikan tidak ada air liur yang tertinggal di sudut bibirnya. Setelah memastikan aman, Rosie pun Kembali membalikkan tubuhnya.

"Lu tidur di sini semaleman?" tanya Draco tak percaya. Rosie menganggukkan kepalanya. "Ngapain lu tidur disini? Klo lu sampe sakit gimana?" tanya Draco kesal.

"Lu fikir gue bisa ninggalin elu sendirian disini dengan kondisi lu yg sekarang?!" sahut Rosie membuat Draco langsung terdiam. Apakah sebegitu pedulinya gadis itu padanya? Tapi kenapa? Kenapa Rosie terlihat begitu peduli padanya? Padahal Draco sadar kalau dia selalu membuat gadis itu kecewa dan kesal padanya.

"Maaf," ucap Draco cepat. Rosie menatapnya bingung, "Kenapa minta maaf?"

"Maaf karena gue selalu ngecewain elu," Draco menatap gadis itu dengan rasa bersalah.

"Gapapa," balas Rosie sambil tersenyum canggung. Mereka berdua pun Kembali terdiam. "Lu harus tidur lagi, dre. Luka lu pasti belum sembuh total," ujar Rosie dan mulai mendorong bahu lelaki itu agar berbaring kembali. Tapi Draco menahan tangannya----membuat selimut lelaki itu merosot sampai batas pinggang.

Rosie terkesiap begitu Draco tiba-tiba saja menyimpan tangannya di pipi gadis itu dan mengelusnya pelan.

"Kenapa?" tanya Draco sambil tersenyum begitu gadis itu terlihat gugup. "Gapapa," balas Rosie ikut tersenyum juga.

"Maaf karena gue gapernah ada waktu buat lu lagi," ujar Draco dan menurunkan tangannya ke bawah dagu gadis itu. Draco menarik dagu Rosie keatas agar gadis itu lebih menatapnya dan tiba-tiba saja Draco memajukan wajahnya----mencium Rosie dengan lembut. Rosie memejamkan matanya dan membalas ciuman Draco. Jujur keduanya benar-benar rindu satu sama lain dan ciuman ini seolah-olah menyalurkan rasa rindu mereka.

Setelah beberapa menit, Draco pun melepaskan ciumannya. Draco menatap wajah gadis itu yang memerah dan dengan perlahan mengusap bibir gadis itu dengan ibu jarinya.

"Tumben minta maaf, biasanya juga ngga," goda Rosie sambil terkekeh. "Gue serius tau," balas Draco sambil mencubit pipi gadis itu.

"Sakit!!" protes Rosie sambil mengusap pipinya.

"Ga minta maaf juga ga ngaruh, gue udah terlalu kebal sama elu," Rosie menjulurkan lidahnya kearah Draco. Kedua nya pun tertawa Bersama.

Setelahnya tiba-tiba saja suasana Kembali hening.

"Dre.."

"Hm?"

"Gue----mau tanya sesuatu ke elu," perkataan Rosie membuat Draco gugup.

Hogwarts Social Media  (DracoxReader) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang