Ini masih tentang kelas XII IPA 7 yang sudah melepas gelar Silvernya dan menyandang gelar Diamond, suatu gelar paling tinggi yang pernah SMA Gemilang berikan.
Ini bukan lagi masalah besar, melainkan pertikaian antaranggota yang tak bisa dihindarkan...
Pak Gerald menghentikan langkah beliau yang hendak melintas. Pak Gerald pun menegakkan punggungnya dan menatap rendah—satu-satunya mantannya.
"Ada perlu apa ya Pak?" balas Bu Renata dengan nada datar—khasnya.
Sayup-sayup percakapan kedua insan itu terdeteksi oleh anggota kelas XII IPA 7. Mereka yang merasa penasaran langsung mengintip dari jendela diam-diam. Terutama mereka yang duduk di dekat jendela.
"Eh-eh, Bu Renata ngobrol sama Pak Gerald."
"Mana-mana? Nonton cuy!"
Lalu akhirnya, mereka memutuskan mengintip. Bahkan Athilia, Chlora, Rika, Stella, dan juga Aliza! Mereka begitu penasaran. Namun tidak untuk Agista yang sibuk memakan rotinya.
"Saya hanya menyerahkan ini."
Bu Renata menerima dengan mengernyit. Namun tangannya terulur menerima sebuah anting dan menyadari sesuatu.
"Eh, ini anting saya?" beliau langsung menggapai telinganya. "Bapak mengambil dari saya ya?"
Pak Gerald mengerjapkan matanya. "Saya? Mengambilnya? Untuk apa?"
"Lha terus? Kenapa bisa ada sama Bapak?"
Pak Gerald menyeringai. Jeritan tertahan pun dialami oleh siswi IPA tujuh yang terpukau dengan senyuman miring Pak Gerald itu.
"Saya hanya diberi amanat oleh Bu Letty. Beliau yang mrnemukan anting itu tertinggal di toilet perempuan." ujar Pak Gerald menjelaskan. Bu Renata tidak serta merta percaya.
"Jangan mengelabuhi saya Pak Gerald. Saya bukan remaja tujuh belas tahun. Pak Gerald sengaja ya?"
"Bu, saya juga bukan anak labil delapan tahun yang lalu. Buat apa saya mencuri anting Ibu?"
Bu Renata masih enggan percaya. Mengeratkan pegangan bukunya, Bu Renata berkata. "Ya bisa saja Pak Gerald ingin mengguna-gunai saya?"
Pak Gerald mengulas senyum yang manis. Memperlihatkan lesung pipinya. "Kenapa saya harus susah payah mencuri anting sebagai bahan guna-guna kalau saya bisa mencuri hati anda sekarang juga?"
"WAWW! PAK GERALD!!"
"SUIT SUIT! GAS KEN PAK GURU!"
"KITA MUSTI BELAJAR SAMA SUHU!"
"HEY PAK GERALD NGGAK BOLEH ROMANTIS GITU YA!"
"ADUH PAK ANGKAT AKU JADI PENDAMPING HIDUP DONG!!"
Agista bingung saat teman-temannya bersikap dramatisir. Di matanya itu terlalu alay dan lebay. Mengindahkan itu semua, ia beranjak ingin membuang sampah. Berjalan dengan melompat kecil, ia kembali diterpa kebingungan saat sadar teman-temannya mengintip dari jendela.
"Lha kenapa pada lihat dari jendela di saat ada pintu yang gini lebarnya? Kenapa nggak keluar aja coba?" ujar Agista tak paham dengan jalan pemikiran teman-temannya.
Menggidikkan bahunya, Agista berjalan dan membuang sampah. Selepas membuang sampah, ia malah menghampiri tanpa segan kepada dua guru yang sangat serius itu.
"Eh, Bu Renata sama Pak Gerald kok betah sih?"
"Maksud Mbak Agista apa ya?" ujar Bu Renata tegas. Agista menunjuk ke belakang mereka.
"Itu, teman-teman saya pada mengintip lho, masa Bapak sama Ibu nggak merasa?"
Ucapan Agista membuat kedua insan itu berbalik cepat. Mereka memendam malu dalam benak masing-masing saat melihat anak didik mereka sangat histeria. Bahkan keduanya sampai tidak sadar saking seriusnya pembicaraan mereka.
"Ya sudah, saya pergi dahulu."
Pak Gerald dan Bu Renata mengambil jalan yang berlawanan. Namun mereka sempat bingung karena saat yang satunya ke kanan, malah ikut menghadang. Begitu sebaliknya. Sampai-sampai Agista menegur mereka.
"Pak, Bu, jangan mengambil jalur yang sama. Nanti nggak bakalan ketemu ujungnya. Mending, Pak Gerald ambil lajur kanan dan Bu Renata lajur kiri."
"Oh ya."
Mereka sampai salting karena diingatkan oleh anak didik mereka. Mereka menggelengkan kepala. Malu? Jelas. Apalagi Agista menatap mereka polos tanpa dosa.
"Haish dasar aneh, mereka itu hubungannya kek gimana sih?" ujar Agista bermonolog. Ia memasuki kelas lagi. Namun langkahnya terhadang oleh seseorang yang sengaja berdiri di depannya.
Duk!
Ia menabrak orang itu dan memundurkan badannya.
"Hubungan mereka itu kayak hubungan kita."
"Aish, emang hubungan kita kayak gimana?" ujar Agista mengusap dahinya. Ia menunduk, namun saat orang itu berkata lagi, ia mendongakkan kepalanya. Ia terkejut melihat postur tubuh lelaki jangkung yang berkata dengan percaya diri dan amat lantang.
"Kayak sepasang merpati, mungkin?"
Duk, boom!
~Science 7~
Mari kita awali dengan orang yang nabrak Agista.
Halo apa kabar kalian? Melta harap masih sehat ya.
Serta, jangan lupa bersyukur 🌻
Hmm masih mau lanjut cerita ini nggak?
Kalo iya boleh ngasih komennya? Wkwk.
Speak your ship. Melta greget banget pengen buat hal romantis. Udah cukup Pak-Gerald dan Bu Renata, kini giliran muridnya 🔥
Apalagi ya? Oh iya, rate sampai sini? 1-5?
Tinggalkan jejak dan jangan lupa menekan vote.
Sangkuyyy.
Jangan lupa baca spin-offnya ya!
MY TOXIC BOYFRIEND MY UNKNOWN BOYFRIEND MY ANNOYING GIRLFRIEND MY FIERCE GIRLFRIEND MY PERFECT BOYFRIEND
Follow juga instagram : prinxzcess Untuk lebih banyak info
Rabu, 2 Desember 2020.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.