Perlahan Aksel membuka pintu perpustakaan, namun karena Ara yang sudah terlarut dalam bacaannya dia sama sekali tidak menyadari ada buaya yang mendekat ke arahnya.

Stttttt

Tunggu-tunggu.

Aksel tidak berjalan mengganggu waktu belajar Ara, dia melenggang hati-hati menuju seberang rak buku di depan Ara. Aksel duduk dengan menyilangkan kedua tangannya dan memeluk kakinya.

Aksel menatap Ara lekat, sebenarnya beberapa saat lalu dia ingin menggangu Ara namun sekarang melihat Ara yang begitu serius belajar membuat Aksel mengurungkan niatnya. Guratan senyum tertarik di sudut bibirnya.

Drrrrrrttt drrrrrrttt

Dering ponsel Ara terdengar menyadarkan titik fokus Ara. Dia meletakkan bukunya, beralih membuka screen ponselnya. Sesaat setelah melihat pesan yang masuk dari ponselnya, Ara menutup bukunya.

"Uwah, 15 menit gue bisa belajar sebanyak ini?" Ara menggelengkan kepalanya melihat tumpukan buku di depannya, ada sekitar 10 buku yang tadi dia baca.

Dia berdiri mengambil buku-buku itu kemudian mengembalikannya ke tempat semula.

Semua buku sudah tertata di tempatnya, Ara berjalan menuju meja untuk mengambil tasnya, namun baru beberapa langkah dia kembali berbalik, matanya tertuju pada satu buku di antara rentetan buku lainnya.

Buku itu berada pada barisan paling atas dan membuat Ara sulit untuk menjangkaunya. Dia berjinjit namun tetap susah untuk mengambilnya, akhirnya Ara memutar otaknya dia menyeret kursi dan menaikinya, tangannya sampai sekarang.

"Gue baru tau ada buku kaya gini di Perpus." Ara menarik buku berwarna merah muda nan mencolok itu. Karena rentetan buku yang rapat membuatnya susah untuk mengambilnya buku itu, dia menariknya dengan dua tangan namun karena tumpuan kaki Ara tidak kuat, kursi yang dia naiki bergoyang, tangannya refleks memegang semua buku yang teraih oleh tangannya.

"Aaaa..."

Aksel yang menyadari bahwa buku-buku itu akan terjatuh dia segera berlari dan berjongkok tepat di depan Ara. Buku-buku berjatuhan mengenai punggung Aksel. Tangannya melindungi kepala Ara.

Brukk

Ara terdiam, dia mulai tersadar suara buku-buku yang jatuh terdengar jelas di depannya namun tidak ada satupun yang mengenainya. Dia menurunkan tangannya, membuka matanya perlahan.

Wajahnya menoleh, tepat didepannya dia melihat Aksel dengan sorot mata yang tidak bisa dia tebak, raut muka tanpa ekspresi yang sekarang dia lontarkan tepat di hadapan Ara.

Wajah mereka begitu dekat, bahkan jarak kedua hidungnya mungkin hanya beberapa jengkal saja. Ara masih menatapnya tanpa ekspresi.

"Lo, gak papa?"

Ara terdiam dia stuck tidak bisa memahami situasi ini. Orang itu terus memandang kedua manik mata Ara.

Drrtttt drrttttt

Ponsel Ara berdering, namun Ara tidak tersadar, dia masih membeku di posisinya. Screen ponsel Ara menunjukkan identitas orang yang meneleponnya.

Jomblo, Bodo Amat!Where stories live. Discover now