Sebelas: Start of Something Good?

102K 5.2K 307
                                    

"Kinara, wake up," bisik Nara.

Perlahan lahan aku membuka mata.

"Sebentar lagi kita mendarat, lebih baik lo pake sabuk pengaman lo sekarang," kata Nara tenang.

"Emang kapan gue lepas?" ujarku heran.

"Gue yang lepasin soalnya gue lihat lo risih banget pas tidur," jawab Nara santai.

Aku hanya ber-oh ria saat dia menjawab. Saat aku melirik Lily, ia sedang memandang keluar jendela dengan earpod yang masih terpasang di telinganya.

"Oke, ladies and gentleman. Sekarang gunakanlah sabuk pengaman anda karna pesawat sebentar lagi akan mendarat di Makassar. Hassanudin International Airport," kata Natalia.

Aku duduk dengan tegak. Damn it, aku benci mendarat. Aku memejamkan mataku erat-erat sambil menggenggam pegangan pada seat dengan kencang.

"Nara, lo mesti genggam tangannya Kinara. Dia benci mendarat." Lily berseru tiba tiba.

Tangannya Nara langsung menyelinap masuk ke dalam tanganku sedangkan aku memejamkan mata.

There you go. Pesawat mendarat dengan mulus tapi tetep saja seperti neraka bagiku. Beberapa menit kemudian pesawat berhenti.

Finally, kita sampai!

Aku tersenyum lebar. Setelah beberapa menit bercuap-cuap, Natalia, Daniel dan wanita berambut coklat yang menjadi opsir berpamitan ke kita.

"Good night and have a nice day, Sir and Ma'am. Sampai jumpa di penerbangan selanjutnya," kata Natalia.

Aku melepaskan sabuk pengaman, Nara menunggu dengan sabar di sampingku. Lalu aku mengambil tas dan meletakkan tanganku diatas telapak tangannya Nara yang terulur.

Setelah itu aku dan Nara berjalan duluan sedangkan Lily jalan dibelakang.

"Duh, yang lagi latihan acting berasa seriusan deh." Lily berbisik meledek.

Aku menggigit bibir bawahku. "Oh diem deh," balasku berbisik ke Lily.

"Apa?" Malah Nara yang menyahut.

"Gak ngomong sama lo."

Nara memutar bola matanya, tampak dongkol. Aku menuruni tangga duluan dan Nara di belakangku. Dia tetap menggenggam tanganku.

Serasa tidak ingin dilepaskan.

Saat turun ternyata kami sudah ditunggu oleh salah satu orang-nya Nara, aku tahu karna mereka berpakaian sama seperti Jason.

Jason itu bodyguard-tangan kanan-sekaligus asistennya Nara yang kemarin tidak sengaja bertemu denganku di bandara Soekarno-hatta.

"Maddox."

"Sir."

"Maddox?" Aku mengangkat sebelah alisku. Nama yang cukup unik, mungkin dia orang luar negri kali ya?

"Sukirman Maddox," kata Nara datar.

"Saya, Ma'am." Sukitman berkata sambil tersenyum tipis.

Aku menahan tawaku mati-matian. Oke, mungkin orang tuanya tidak ingin menghilangkan ciri khas indonesia-nya.

"Orang lo juga?" tanyaku masih sambil menahan tawaku.

"Ya. Kamu kenapa? Mukanya merah gitu." Nara berkata dengan datar sambil menepuk pipiku pelan.

"Gapapa," sahutku setelah berhasil menghilangkan keinginanku untuk tertawa.

"Oh?"

"Oh iya, tadi ngomongnya pake 'kamu' ya?"

Gay Back To NormalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang