Lima Belas: Risalah Hati

66.1K 5K 92
                                    

"Ladies and Gentleman, pesawat siap untuk terbang, pasang sabuk pengaman anda," kata Natalia tiba-tiba menengahi percakapan panas aku dan Nara.

Aku memasang sabuk pengaman. Dalam beberapa detik kemudian kami sudah berada di atas.

"Ketinggian pesawat saat ini 3000ribu kaki di atas permukaan laut. Anda boleh bergerak bebas di kabin," kata Natalia lagi.

Aku langsung membuka sabuk pengaman, Nara juga. Kemudian aku berdiri tegak, sudah tidak lemas lagi. Nara juga ikut berdiri.

"Ngapain ngikutin?" Aku menatap Nara dengan heran.

"Kan udah bilang bareng gue."

"Tapi gue udah bisa berdiri tegak," kataku kesal.

"Serius? Sampe lo jatuh, gue ketawa," sahutnya.

"Iya beneran. Lo duduk aja."

Saat aku menelusuri kabin. Aku melewati tempat Lily dan Dave duduk, yang ada aku malah jatuh tengkurap di lantai pesawat.

Aku yakin dengan sangat kalau Dave barusan menjegal aku. Aku berani bersumpah.

"KINARA! Lo gapapa?" pekik Lily.

"Yaampun, Kinara," sambung Dave pura-pura khawatir.

Muka dua banget ya, Dave kurang ajar itu.

Aku meringis saat menggerakkan kakiku. Sepertinya keseleo. Banci kaleng brengsek!

"Ra, jalannya hati-hati dong," kata Claire lembut.

"Ma'am are you okay?" kata Natalia yang muncul dari dapur.

"Ya, gapapa," kataku sambil mengangkat daguku. Membuktikan bahwa aku baik-baik saja. Padahal kakiku rasanya sudah nyut-nyutan.

"Kan udah aku bilang tadi, sayang." Nara tiba-tiba menyahut.

Sejak kapan Nara memakai aku-kamu?

"Engg.. Iya iya," kataku setengah hati.

"Bisa berdiri gak?" tanya Nara dengan lembut. Atau dia hanya berpura-pura lembut?

"Kayaknya..." Aku mencoba berdiri dan akibatnya kaki gue malah sakit. Shit. "Gak bisa," kataku putus asa.

Nara menghela nafas, yang aku tau selanjutnya aku sudah ada di gendongannya.

"Makanya hati hati, bego," bisik Nara di telingaku.

Naraka tetaplah Naraka. Menyebalkan.

Aku mengalungkan tanganku di lehernya Nara. Sedikit mengintip dari bahunya Nara ke arah Dave yang wajahnya merah, dia marah!

Dengan sengaja aku menjulurkan lidah dan sengaja ngejulingin mataku untuk mengejek Dave. Sekarang aku puas. Aku membenamkan wajahku di lehernya Nara.

"Makanya kalau dibilangin itu di dengerin," omel Nara saat kita sampai di depan toilet.

"Gue dengerin," bantahku.

"Tapi gak lo turutin," lanjutnya sinis.

Aku nyengir polos pada Nara. Sementara Nara memutar bola matanya.

"Ayo cepat masuk sana." Nara menurunkan aku tepat di depan pintu toilet.

"Mau gue temenin sampe ke dalem?" tanya Nara. Matanya mengerling nakal.

Aku menatap Nara dengan sangar. "Coba aja kalo berani." Aku menunjukkan kepalan tanganku tepat di depan wajahnya Nara.

Nara mengangkat sebelah alisnya. "Lagian gue gak nafsu liat body tepos lo."

Gay Back To NormalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang