Tiga: Naraka and D_____

88.5K 6.7K 281
                                    

"Maaf membuat anda menunggu terlalu lama," lanjutku lagi.

"Tidak apa-apa, saya juga tidak terlalu terburu-buru."

"Baiklah kalau begitu, can you give me a minute to talk with my boss?" sahutku sambil tersenyum manis.

Nara mengangguk sedangkan aku menarik nafas lega. Aku berjalan ke arah Lizzie, dia langsung memberiku kode untuk memasuki kantornya.

Lizzie melipat tangannya di depan dada. Siap memuntahkan amarahnya dan ini sama sekali nggak bagus.

"Kamu telat 15 menit you know? Dia sudah nunggu selama 15 menit. Tadi malam kan sudah saya bilang, kamu harus datang pagi kalau benar benar ingin mendapatkan klien ini. And have you checking up on your looks? Kamu keliatan habis di serang badai tornado," kata Lizzie panjang lebar.

"Sorry. I'm so sorry, saya kecapekan semalam. Dan ngomong ngomong, project apa kali ini?" sahutku sambil mengalihkan pembicaraan.

Lizzie menarik nafas panjang. "Cukup besar. Sebuah hotel."

"Okay, wish me luck. I'll get him," kataku dengan senyuman tipis.

Lizzie balas tersenyum, "good luck," katanya.

Aku melangkah keluar dari ruangannya.

Ketika aku keluar dari ruangannya Lizzie ternyata Nara sedang menelpon seseorang, ekspresinya sama seperti yang aku lihat di bandara waktu itu. Frustasi.

"Ehem." Aku sengaja berdehem agar Nara menyadari kehadiranku.

Nara menoleh, "Wait a second."

Aku mengangguk dan aku mendengar saat dia berkata pada lawan bicara di telpon. Yah, katakanlah aku menguping. Biar saja.

"We can't go to the public ... D, i do! Kamu ngerti gak sih?"

Nara menggertakkan giginya, "Talk to you later," katanya.

Aku terdiam, kemudian melirik ke arah lain dan berusaha tidak terlihat memperhatikannya.

Nara mendekat ke arahku. "Shall we?"

Aku ngangguk, kami berdua berjalan ke arah lift dan masuk ke dalamnya. Selama lift bergerak turun, Aku dan Nara tidak berbicara sama sekali. Hening menyelimuti kami berdua.

Aku melirik sekilas kearah dia. "Berantem sama pacar ya?" tanyaku polos.

Nara kelihatan kaget sekali ketika aku menegurnya, dia menoleh ke arahku dan menatapku tajam. Uh oh, apa yang aku katakan salah?

"Bukan urusan lo." katanya pelan.

Pelan tapi menusuk. Sepertinya aku memang telah salah bicara. Sialan. Aku dan mulut cerdasku. Mind your own business, Kinara.

"Maaf," sahutku pelan.

Dia hanya mengangguk kaku. Aku berhasil mendapatkan satu informasi baru yaitu pacarnya Nara berinisial D.

***
Aku sampai di sebuah gedung besar yang kutafsirkan sebagai hotelnya Nara.

"Masih kosong ya?" gumamku.

"Itu alasan gue ketemu sama lo. Menurut lo gimana?"

Nara menatapku datar dan merentangkan tangannya keseluruh ruangan. Sementara aku meringis. Ada benarnya juga.

Aku melihat sekelilingku. Bisa dibilang aku cukup antusias untuk menata hotel ini. Ide-ide sudah mulai bermunculan di otakku.

"Gue bahkan bisa mulai sekarang. Sebentar, target kita untuk hotel ini bagaimana?" sahutku antusias.

Gay Back To NormalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang