Dua: SugarHoneyIceTea

102K 8.1K 241
                                    

Dalam kurang lebih satu jam berada di pesawat, akhirnya sampai juga! Aku cukup senang, walaupun nanti tidak akan melihat Nara lagi yang terpenting i've got his number.

Selama di pesawat dia berperilaku sangat baik dan juga sopan. Selain itu juga, dia memperbolehkan aku memakai bahasa informal. Nilai plus selain dia cakep as hell as dewa yunani, hehe.

Tapi tetap saja, aku harus jaga jarak. Dia udah ada yang punya, ingat? Selama di pesawat aku berpikir begitu. Namun ada satu hal yang mengangguku, aku seperti pernah melihat Nara entah dimana. Aku lupa.

Masa iya muka dewa yunani seperti Nara pasaran? Enggak lah. Gak mungkin. Pasti hanya perasaanku saja. Aku pun akhirnya menyudahi pemikiran tersebut. Sudahlah, lebih baik sekarang aku pulang ke rumah. Siap-siap buat kerja besok.

Semalam Lizzie -bosku- mengirim e-mail, katanya besok ada klien penting. Dan aku disuruh datang cepat. Aku akhirnya masuk ke dalam taxi setelah beberapa menit menunggu dan kemudian aku menyebutkan alamat apartmentku kepada sang supir.

Tiba-tiba iPhone milikku bergetar, padahal baru saja aku aktifkan. Yang ada dipikiranku hanya satu nama. Aku menutup mata sambil ngambil iPhone-ku dari dalam tas. Dia tidak ya? Duh.

Perlahan lahan aku membuka mata sambil menatap siapa yang mengirim pesan kepadaku. Aku mengerucutkan bibir pas ngeliat siapa yang mengirim pesan. Lizzie. Bosku. Sial.

Aku terlalu berharap. Jatuhnya sakit kan. Hih. Aku membuka pesan dari Lizzie, isinya:

"Kinara, besok kamu kerja kan?"

Yang langsung aku balas.

"Yes, ma'am."

Dua menit kemudian dia membalas.

"Good. Lebih baik kamu cari informasi tentang klien kamu. Kamu pasti tau siapa dia. Dia urutan pertama dari 50 most eligible bachelors in Indonesia. Daftar yg dirilis dari majalah Grey-Line."

Aku mengerutkan kening ketika membaca pesan dari Lizzie. Siap-- OH MY GOD! Gak mungkin.

"Siapa?"

Aku mengetik balasan untuk Lizzie dengan gemetaran.

Langsung dibalas!

"Naraka Fajar."

Mati aku mati. Oh tidak.

"Maaf, mbak. Tapi kita sudah sampai." Suara supir taxi berhasil menyentak aku dari lamunan.

"Oke, makasih, pak."

Aku memberi beberapa lembar uang ke pak supir tersebut setelah dia membantuku menurunkan koper -koperku.

Setelah selesai, aku menarik sendiri koper milikku ke dalam gedung apartment. Tepat saat aku baru masuk ke dalam gedung, aku sudah berpapasan dengan tetangga apartmentku. Dylan Mahendra. Dewa yunani yang lainnya. Walaupun masih kalah sama cowok yang-- eh maksudku Nara.

"Hey, Kinara," sapanya dengan ramah seperti biasa.

"Hai," balasku sambil tersenyum.

Dia melirik ke arah koper-koperku. "Need some help?" tawarnya.

Aku segera mengangguk antusias sekaligus menarik nafas lega. "Thanks."

Dia mengambil alih koper yang ada di kedua tanganku. Yang satunya kopernya Lily, yep, dia menitipkan kopernya padaku. Katanya, supaya dia tidak bawa banyak barang saat pulang. Menyebalkan.

"Jadi... How's Bali?" Dylan nyengir.

Aku balas tersenyum."Masih tetap keren."

Dylan mengangguk mengiyakan. Sampai kita masuk ke dalam lift, kita berbicara tentang banyak hal. Aku juga bertanya tentang pekerjaannya.

Gay Back To NormalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang