🌻 Chapter sebelas🌻

21 1 3
                                    

*****

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

*****

Senyum Tara meredup mendapati Naila berdiri di depan kamarnya sembari bersidekap. Kemudian cowok itu pamit ke Oma untuk menghampiri Naila yang terlihat menunggunya.

"Kenapa?" tanya Tara.

Naila tak menjawab, tapi mengikuti Tara masuk ke kamar cowok itu dan duduk di ranjang sambil melipat kedua kakinya.

"Gue mau ganti baju," kata Tara. Pasalnya ia baru pulang dari rumah Zee usai mengantar cewek itu.

"Aku enggak keberatan." Naila menjawab pelan tanpa menatap lawan bicaranya.

Satu alis Tara terangkat. "Maksud lo?"

Naila berdecak, menoleh sekilas ke arah Tara. "Aku nggak keberatan kalau kamu ganti baju di depanku. Aku bukan tipe cewek yang bakal terjerit-jerit melihat badan cowok."

Tara menggeleng, tidak percaya dengan jalan pikiran Naila. "Tapi aku yang keberatan," ujar Tara. Tertawa kecil, lalu hilang di balik pintu kamar mandi.

Lima belas menit berlalu, Tara keluar dari kamar mandi dalam keadaan segar. Lelaki itu mengenakan atasan kaos berwarna abu-abu, dipadukan celana training berwarna hitam. Gerakan Tara menggosok rambut basahnya sempat terhenti saat Naila mengelus fotonya dengan Zee. Foto itu diambil saat mereka masih SMP.

Naila membalikkan badan, menatap Tara beberapa saat, lalu mengembuskan napas pelan.

"Ada yang mengganggu pikiran lo?" tanya Tara seraya menaruh handuk ke keranjang baju kotor.

Alih-alih menjawab, Naila malah mengatakan sesuatu yang memancing kerutan di dahi Tara.

"Kamu ganteng."

"Bukan berarti itu, kan, yang ganggu pikiran lo?"

Naila mengulum senyum, sedetik kemudian cewek itu tertawa kecil bersamaan dengan cairan bening jatuh membasahi pipinya.

"Kenapa, Nai?" Tatapan Tara melembut dan menarik Naila agar duduk di ranjangnya, sedangkan dirinya duduk di kursi belajar yang ia tarik mendekati pinggir ranjang.

Mata Naila menangis, tapi tidak dengan bibirnya. Cewek itu tertawa kecil sambil menepuk-nepuk punggung tangan Tara yang mengelus pipinya.

"Nai, ada yang mengganggu pikiran lo?" ulang Tara.

"Banyak."

"Katakan sama gue, ya?"

Naila menghilangkan jejak air mata di pipinya, lalu berkata, "Kamu tahu 'kan, kalau aku cuman punya kamu setelah musibah itu?"

Tara diam, tak langsung menjawab. Otaknya mencoba mencerna pertanyaan Naila, pertanyaan yang sudah sering ia dengar akhir-akhir ini yang alurnya sudah dapat Tara tebak. Meski begitu, Tara tetap mengangguk seraya tersenyum menenangkan.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Nov 29, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Kamu JumantarakuWhere stories live. Discover now