1 : Day One

2.1K 380 83
                                    

In life everything happens for a reason. People meet not by chance but by fate. In meeting however... who cares about reason? I'm just glad we did.

-Unknown

-Unknown

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Pagi itu menjadi pagi yang sangat menyenangkan bagi Eunjae.

Setelah meninggalkan Seoul selama 3 tahun untuk menempuh pendidikannya di Australia, kini gadis itu memiliki kesempatan untuk kembali dan menghabiskan beberapa hari ke depan di kota kelahirannya.

Tentu saja, Eunjae tidak memiliki waktu libur yang banyak untuk ia habiskan di Seoul. Tapi pulang ke kota ini sudah menjadi suntikan energi yang kuat bagi Eunjae.

Demi memulai harinya yang indah itu, Eunjae berniat pergi ke perpustakaan kota yang sering ia datangi semasa sekolah. Perpustakaan itu menjadi saksi bisu perjuangan Eunjae sampai ia bisa berhasil masuk ke universitas ternama di Australia.

Namun yang membuat Eunjae terheran-heran adalah keadaan perpustakaan kota yang begitu ramai pagi ini. Tidak banyak yang berubah, mungkin yang sangat mencolok adalah perpustakaan itu kini memiliki banyak pengunjung.

Tidak. Mungkin Eunjae salah.

Perpustakaan kota hari ini dipenuhi oleh banyak remaja karena sedang diadakan acara bedah buku novel best seller di Korea. Entah apa itu tapi Eunjae jadi penasaran.

"Permisi," ujar Eunjae ke pada salah satu anak remaja yang kini berdiri tak jauh darinya. Wajah gadis itu sangat cantik untuk anak seumurannya.

"Ya?"

"Apa di sini sedang ada event bedah buku? Kalau boleh kutahu, buku apa?"

Anak remaja itu tersenyum sembari mengangkat buku yang tadinya ia rengkuh. "Novel best seller berjudul Meet Me in The Library."

"Wah, judulnya sangat menarik! Apa ceritanya bagus?" tanya Eunjae merasa penasaran.

"Sangat bagus! Novel ini sangat mempermainkan emosi pembacanya. Itu yang membuat novel ini terkenal. Selain itu... penulisnya juga tampan," bisik anak remaja itu dengan wajahnya yang tiba-tiba memerah.

"Tampan?"

"Iya, lihat saja, itu!" tunjuk anak perempuan itu ke arah panggung. Mengikuti arahannya, mata sipit Eunjae tiba-tiba melebar.

"Dia?!"

"Iya. Tampan, kan? Dia punya lesung pipit yang manis, senyumnya juga sangat sempurna. Aku rasa dia sangat beruntung. Kudengar novel ini juga ia tulis berdasarkan pengalaman pribadinya," cerita si anak remaja itu tanpa mendapat respon dari Eunjae.

Perhatian Eunjae seakan-akan sudah tersita oleh lelaki jangkung yang kini tengah duduk di atas panggung. Lelaki itu membuka buku yang ada di tangannya guna memulai cerita. Di samping itu, para peserta bedah buku yang hadir kini jauh lebih fokus menatapi wajah sang penulis dibanding memperhatikan jalannya cerita.

Meet Me in The Library | Choi SoobinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang