11 : Hopeless

208 71 15
                                    

"Kau baik-baik saja? Kantung matamu tebal sekali." Hyunjin menatap Eunjae yang baru saja memasuki kelas dengan keadaan lesu. Setelah gadis itu menyimpan tasnya, ia segera duduk menghadap Hyunjin dan meletakkan kepalanya di meja lelaki itu.

"Aku belajar terlalu keras," ujarnya membuat Hyunjin terkekeh pelan.

"Aku tidak salah dengar?"

"Kali ini aku serius. Aku menghabiskan waktuku berjam-jam untuk mengerjakan soal latihan bahasa inggris. Lalu aku mencari tahu tentang program bisnis dan manajemen-nya di sana. Wah ... setelah itu aku baru sadar kalau mimpiku mungkin terlalu tinggi."

"Lalu kau mau menyerah?" tanya Hyunjin langsung mendapat tatapan tajam dari Eunjae. Enak saja! Sudah berjuang mati-matian begini masa harus menyerah di tengah jalan?

"Kapan pendaftarannya?"

Eunjae terdiam sejenak sebelum akhirnya menjawab, "Dua minggu setelah ujian sekolah. Aku akan mengikuti dua tes, ujian masuk Universitas Korea dan seleksi masuk New South Wales."

"Baguslah. Berarti kau masih punya sedikit waktu untuk belajar. Ingat tujuanmu, jangan menghabiskan waktu untuk memikirkan hal yang tidak bermanfaat."

Ah, tentang itu, Eunjae jadi teringat Soobin lagi. Sejujurnya, Eunjae sendiri tidak yakin apakah alasannya belajar mati-matian adalah untuk ujian masuk universitas atau untuk mengalihkan pikirannya dari Soobin.

Lelaki itu benar-benar menghilang. Bahkan penjaga perpustakaan bersaksi bahwa ia tidak pernah melihat Soobin selama dua bulan ini.

Iya, sudah dua bulan ia menghilang tanpa kabar. Gila, kan? Eunjae bersyukur kalau sampai saat ini ia masih memiliki kesadaran dan kendali atas dirinya sendiri. Walaupun memang, setiap mengingat Soobin, Eunjae pasti berkaca-kaca.

Pernyataan rindu itu membunuh secara perlahanEunjae pikir itu benar.

"Kau mau ikut aku ke Australia?" tanya Eunjae tiba-tiba membuat lelaki di hadapannya mengernyit bingung.

"Kau gila? Kau pikir aku pandai dalam belajar?"

"Aku kan hanya mengajakmu saja, bukan menyuruhmu kuliah di sana."

"Akan kupikirkan."

"Ha-ha-ha! Aku bercanda, Hwang Hyunjin! Jangan ikut aku! Aku sudah merasa kenyang melihat wajahmu selama beberapa tahun ini."

Hyunjin berdecak kesal, "Dasar sialan."

"Ayo, antar aku ke kantin! Aku belum makan apapun," sahut Eunjae bangkit dari tempatnya dan meninggalkan Hyunjin lebih dulu.

--

Jemari lentik Eunjae menelusuri deretan buku latihan IELTS yang ada di perpustakaan kota. Setelah menemukan yang cocok, ia lantas membawa buku itu ke mejanya.

Tempat belajar Eunjae di perpustakaan kota masih sama, masih di samping kursi milik Soobin. Sementara kursi itu juga masih sama seperti sebelumnya. Masih tetap kosong.

Sejak hari di mana Hyunjin memarahinya di rooftop sekolah, Eunjae benar-benar tidak pernah mengirim pesan lagi pada Soobin. Mungkin Hyunjin benar, kalau Soobin tidak tertarik pada Eunjae, makanya lelaki itu mengabaikan Eunjae.

Tapi bukankah itu keterlaluan? Maksudnya ... setelah semua hal baik yang mereka alami, Soobin menolaknya mentah-mentah tanpa berpamitan?

"Apa aku harus datang ke rumahnya? Setidaknya aku tidak akan berasumsi lagi dan aku bisa belajar dengan fokus tanpa memikirkan Soobin. Iya, kan? Bagaimana kalau seperti itu?"

Meet Me in The Library | Choi SoobinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang