14 : The Third Person

224 57 8
                                    

Soobin mengerutkan dahinya bingung begitu ia keluar dari kamarnya. Pasalnya, saat ini Sooji tengah merapikan meja makan dengan sumringah. Di sana ia menata beberapa wadah makanan yang sangat asing di mata Soobin.

"Apa itu?"

"Sarapan!" ujar Sooji semangat. Tentu saja, Sooji jarang sekali sarapan bersama Soobin karena lelaki itu selalu berangkat lebih pagi ke tempat kerja. Sekalinya ia dapat shift siang, pasti Soobin bangun setelah Sooji berangkat sekolah. Maka dari itu, hari ini terasa spesial bagi Sooji.

"Aku tahu. Tapi kau dapat makanan sebanyak itu dari mana? Ini masih terlalu pagi untuk beli makanan. Kau juga tidak akan sempat masak sepagi ini."

Sooji menyengir lebar. "Tadi Kak Eunjae datang ke sini. Katanya ia mau mengantar ini untuk sarapan pagiku. Tapi karena Kakak masih di rumah, jadi ayo kita sarapan bersama!"

Ah ... Shin Eunjae. Apa kali ini ia benar-benar serius ingin membantu mengurus keperluan Sooji agar Soobin bisa memikirkan dirinya sendiri? Bukankah ini terlalu berlebihan?

"Cepat duduk, Kak! Tadi Kak Eunjae bilang, kalau aku sudah menghabiskannya, aku harus mengirim bukti foto."

"Jadi sekarang kau punya nomor Eunjae?"

Sooji mengangguk semangat, sedangkan Soobin hanya tersenyum kecil. "Dia hanya bercanda soal foto itu, Choi Sooji. Dia mau kau makan dengan lahap."

Sooji terkekeh pelan. Diam-diam perasaan bahagia menyeruak dalam diri Sooji.

Ia senang dengan fakta bahwa seseorang—selain kakaknya—begitu peduli padanya. Setelah kecelakaan yang merenggut nyawa orang tua mereka, Sooji dan Soonin selalu bergantian untuk memasak sendiri di rumah. Terkadang Sooji memasak  yang bisa ia tiru dari internet atau hanya merebus ramyeon saja rasanya sudah cukup. Tapi hari ini, seseorang memasak banyak makanan rumah untuk Sooji. Dan Soobin yakin sekali kalau Sooji sangat senang.

"Selamat makan!" seru Sooji langsung melahap makanan yang dibawakan Eunjae untuknya. Melihat kecepatan makan Sooji, Soobin langsung berinisiatif untuk menuangkan segelas air.

"Pelan-pelan, Choi Sooji."

"Kak! Enak sekali! Kau harus coba dagingnya! Ayo!"

Soobin terkekeh pelan. "Iya, aku makan."

"Omong-omong, bukannya Kak Eunjae suka padamu ya?"

"Memangnya kenapa?"

"Tadi dia kemari bersama laki-laki. Apa dia pacar Kak Eunjae?"

Soobin terdiam sebentar. Lelaki yang Sooji maksud itu ... apakah lelaki yang menemani Eunjae di cafe tempat Soobin bekerja? Apa dia lelaki yang memesan dua cheesecake itu? Apa dia lelaki yang mengantar Eunjae ke library cafe? Apa dia lelaki yang melempar helm di gerbang sekolah Eunjae?

Benar. Selama ini Soobin tidak tahu apa-apa tentang Eunjae selain tentang Eunjae yang menyukai novel romance tragedy dan Eunjae yang bercita-cita kuliah di Australia. Soobin selalu menjadi pihak yang ditanyai dan Soobin tidak pernah mencoba bertanya pada Eunjae. Di mana gadis itu tinggal? Apa yang ia sukai? Apa yang ia benci? Siapa teman dekatnya? Apa dia memiliki saudara kandung?

Padahal Eunjae sudah melakukan banyak hal untuk Soobin, tapi kenapa Soobin malah terlalu asik menerima dan tidak pernah memberi?

"Aku kurang tahu."

"Sayang sekali. Padahal aku sangat menyukai Kak Eunjae. Apa kau tidak menyukainya, Kak?"

"Aku ...."

"Oh! Tunggu! Aku mau mengambil botol minumku dulu di kamar!" seru Sooji pergi begitu saja. Sementara Soobin kini hanya bisa menghela napasnya pelan. Ia merasa seperti pecundang saat ini. Ia tahu betul kalau ia menyukai Eunjae, tapi kenapa ia ragu untuk mengatakannya? Bahkan ketika Eunjae berterus terang tentang perasaannya, kenapa Soobin tidak bisa?

Meet Me in The Library | Choi SoobinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang