Valent mencubit pipi ponakannya sebelum berpesan. "Ibadahnya yang bener, ya. Dengerin kalo Pak Pendeta lagi sampein Firman Tuhan, jangan kabur, oke."

Agatha mengangguk mengeri.

Valent kembali menatap Vanya. "Kalian mau gereja di mana?"

"Tiberias, Kelapa gading," jawab Vanya.

Valent mengangguk paham. "Yaudah, berangkat... nanti terlambat."

Akhirnya mereka pergi dengan berbeda mobil. Vanya dengan Agatha, Valent bersama dengan Araxi dan Vanda.

_MAMH_

Valent, Araxi, dan Vanda sampai di gereja GBI Mawar Saron, Kelapa Gading.

Valent, Araxi, dan Vanda sampai di gereja GBI Mawar Saron, Kelapa Gading

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

[Gereja Bethel Indonesia Mawar Saron]

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

[Gereja Bethel Indonesia Mawar Saron]

Memasuki pintu utama ibadah pagi. Mereka yang datang selalu disambut dengan senyuman hangat, kasih, dan suka cita.

Valent, Agatha, Araxi, dan Vanda. Sudah menjadi jemaat tetap GBI Mawar Saron.

"Hallo, selamat datang di rumah Tuhan, selamat hari Minggu. Tuhan Memberkati," ucap seorang wanita sekitar umur tiga pulu tahunan dengan memakai kaca mata kecil, menyambut kedatangan mereka dengan senyuman.

"Terima kasih, selamat hari Minggu juga, Tuhan memberkati," balas Valent disusul oleh Araxi.

Wanita itu tampak mencari seseorang. "Kalian bertiga? Si cantik yang satunya nggak ikut?"

Valent tersenyum. "Iya, dia ibadah sama mamanya di Tiberias, jadi minggu ini nggak gereja di sini dulu."

"Puji Tuhan, yang penting melaksanakan ibadah... mau gereja di mana pun nggak masalah, yang penting niat dan bersih hati." Wanita itu mempersilakan Valent, Araxi, dan Vanda masuk.

Saat sudah masuk, mereka memilih untuk duduk di barisan tengah dengan bangku nomor empat dari depan.

"Hai," sapa seseorang.

Valent terkejut karena itu adalah Heazel, di belakangnya juga ada Dicky.

"Ha-hai, Bapak gereja di sini juga?" tanya Valent.

Heazel mengangguk. "Iya, tapi biasanya ambil jam sore, sekarang saya ingin jam pagi, dan kebetulan sekali ketemu kamu."

Valent hanya tersenyum.

"Boleh gabung?"

Dengan senang hati Valent mempersilakan, karena bangku panjang itu masi cukup kosong.

Araxi tidak memalingkan wajahnya dari depan, dia enggan untuk menatap Dicky. Dalam hati dia mati-matian untuk membuang rasa kesalnya.

Tahan, Araxi. Jangan kesel... inget lo lagi gereja sekarang, batinnya memperingati dirinya sendiri.

"Ar, se–"

"Sstt! Ibadah dulu, abis itu lo mau perang juga nggak apa-apa," bisik Heazel memperingati Dicky.

Dicky mengembuskan napasnya pasrah.

Di layar yang terpasang sangat besar memperlihatkan bentuk jam dan waktu yang semakin berkurang, menandakan waktu ibadah akan segera dimulai.

Dalam hitungan lima detik, ibadah pun dimulai.

_MAMH_

"Mama, kok kita nggak sampe-sampe di gerejanya?" tanya Agatha, karena sejak tadi mereka tidak kunjung sampai.

Vanya melirik Agatha sekilas. "Kita nggak usah gereja dulu, ya. Kita jalan-jalan aja ke mall lagi, gimana?"

Agatha seperti tidak setuju, Valent tidak pernah mengajarinya untuk membolos ibadah apa pun alasannya. "Tapi, Ma. Kita harus ibadah dulu baru jalan-jalan."

"Ibadah bisa minggu depan, Agatha. Sekarang kita jalan-jalan aja, mama beliin kamu mainan yang banyak lagi, ya."

Karena dijanjikan akan dibelikan mainan yang banyak, Agatha mengangguk setuju.

Vanya tersenyum miring menatap ke depan. Dalam hati dia merasa senang karena perlahan dia bisa mempengaruhi Agatha.

 Dalam hati dia merasa senang karena perlahan dia bisa mempengaruhi Agatha

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
My Aunt My Hero [END].Where stories live. Discover now