11.

8.8K 940 82
                                    

Araxi sedari tadi mengecek ponselnya, tetapi tidak ada notif chat atau panggilan dari seseorang yang berhasil membuatnya tidak enak sejak kemarin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Araxi sedari tadi mengecek ponselnya, tetapi tidak ada notif chat atau panggilan dari seseorang yang berhasil membuatnya tidak enak sejak kemarin.

Dicky, tidak memberi kabar sama sekali, sejak setelah dia membantalkan tanpa alasan yang jelas pada Araxi.

"Bagus! Ngebatalin gitu aja, nggak ada kabar selanjutnya. Cowok emang gitu, ya kalo udah ngelakuin kesalahan gampang minta maaf, dan ngelakuin kesalahan yang lainnya, haha...." gerutu Araxi.

Valent yang mendengar itu hanya tersenyum kecil sambil menggelengkan kepalanya, tangan Valent membawa secangkir kopi. "Nih ngopi dulu, daripada ngedumel mulu."

Araxi menatap Valent sebentar, kemudian mengambil kopi tersebut dari tangan Valent, dan menyeruputnya untuk menetralkan rasa kesal saat ini. "Thanks, Val."

"Sama-sama, kenapa, sih lo? Dicky lagi?" tanya Valent.

Araxi menarik napas dan membuangnya perlahan. "Makin lama Dicky makin aneh, Val. Liat, kan kemarin. Dia batalin gitu aja alasannya nggak jelas, sekarang dia nggak ngasih kabar apa-apa."

"Kenapa nggak lo aja yang ngehubungin dia duluan?" tawar Valent.

Araxi menggeleng. "Gengsi tetep nomor satu. Lagian, dia yang harusnya hubungin gue duluan dong, kan dia yang seenaknya ngebatalin gitu aja."

Valent terkekeh pelan, dia sudah tahu bagaimana sifat sahabatnya ini. Gengsi akan mengalahkan apa pun. "Yaudah, mending lo minum lagi kopinya biar lebih tenang."

Cukup lama mereka saling diam, sibuk dengan pikirannya masing-masing, saat ini Valent sedang memikirkan Agatha, sejak kemarin Agatha lebih sering menghabiskan waktunya dengan Vanya daripada dengan Valent.

"Val, gimana sama kakak lo? Dia macem-macem?" tanya Araxi.

Valent meminum kopi milik Araxi terlebih dahulu sebelum menjawab. "Yah, Vanya nggak macem-macem, sih. Cuma... Agatha dari kemarin lebih banyak waktu sama Vanya dibanding sama gue."

Araxi menyipitkan matanya. "Are you jealous?"

"Maybe... yes, gue nggak terbiasa aja mungkin," jawab Valent.

Araxi mengikat rambutnya menjadi satu dan menjempitnya menggunakan jedai. "Sampe kapan lo mau ngurusin anak kakak lo? Mamanya aja enak-enakan di luar, dateng tiba-tiba kayak orang nggak punya dosa."

Valent tersenyum, membayangkan wajah Agatha. "Sampe Tuhan panggil gue dan Tuhan bilang tugas gue udah selesai, di situ gue bakal berhenti." Valent menatap lurus ke depan. "Agatha itu alasan kedua gue tetep kuat selama ini, yang pertama itu Tuhan, yang ke dua Agatha. Dia nggak punya siapa-siapa, Ar. Harapan dia cuma Tuhan dan gue." Valent tersenyum lagi di akhir kalimatnya.

Araxi menggeleng tidak percaya, dia sangat salut dengan Valent. "Jarang-jarang ada tante yang kayak lo, Val. Serius, lo baik banget. Agatha beruntung punya lo."

My Aunt My Hero [END].Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang