DELAPAN

7 2 15
                                    

Pagi ini, Lavina sedikit terlambat sampai di sekolah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pagi ini, Lavina sedikit terlambat sampai di sekolah. Ia buru-buru turun dari motornya dan melepaskan helm lalu berlari keluar area parkir. Bunyi bel sekolah yang menandakan bahwa pelajaran akan di mulai sudah menggema di seluruh antero sekolah, Lavina mempercepat larinya. Ia sedikit kesulitan karena totebag yang berada di tangan kanannya, kemudian memutuskan untuk mendekapnya di depan dada. Jantungnya berdetak kencang, ia takut ada guru yang sudah memasuki kelasnya. Ketika sampai di depan kelas, Lavina mengintip sebentar melalui daun pintu. Ia bernapas lega dan langsung melangkahkan kakinya masuk dengan napas yang terengah-engah.

Dania yang melihat Lavina seperti itu pun bertanya, "tumben siang banget datengnya, Lav?"

Setelah duduk dan melepaskan tasnya, Lavina berbalik untuk mengambil buku di dalam tasnya sembari menjawab pertanyaan Dania, "iya, gue kesiangan."

Sejurus kemudian, wanita paruh baya berparas cantik, dengan tubuh sedikit kurus dan agak pendek, mengenakan jilbab dengan model kekinian datang. Beliau adalah guru matematika wajib kelas XII MIPA 1. Kelas Lavina dan Dania berada. Kelas dimana siswa-siswi dengan ranking paralel tertinggi di gabung menjadi satu.

Guru yang di kenal sebagai Bu Anggrek itu mengucapkan salam dan menyapa semua muridnya. Begitu pula dengan siswa-siswi yang berada dalam kelas tersebut menjawab salam beliau. Bu Anggrek terkenal killer akan tugas dan penilaian harian, tetapi meskipun begitu beliau adalah guru yang baik, menyayangi murid, dan ceria. Terbukti dengan sapaannya yang selalu menyebutkan 'selamat pagi, siang, sore, dan malam guys.'

Percaya saja, Bu Anggrek beneran selalu bilang kayak gitu tiap pelajaran akan di mulai.

Setelahnya, mereka semua memasuki materi statistika. Semua murid diam menyimak penjelasan dari Bu Anggrek. Raut wajah mereka terlihat serius, namun tetap ada yang diam-diam tidak memperhatikan. Ada juga yang tertidur, namun tidak lama karena Bu Anggrek segera menegurnya.

Pelajaran berlangsung selama sembilan puluh menit, dan kini bel pergantian pelajaran pun berbunyi. Bu Anggrek menyudahi pelajarannya dengan menutup dengan salam khas-nya, dan tak lupa memberi pekerjaan rumah. Lavina dan Dania menghela napasnya, sangat muak dengan tugas-tugas yang jumlahnya sangat banyak.

Setelah Bu Anggrek keluar, jeda beberapa menit karena guru pengampu mata pelajaran selanjutnya belum juga masuk. Lavina mengeluarkan benda pipih ber-casing tempered glass hitam dengan gambar BT21 dari kolong laci mejanya yang tadi pagi sempat ia pindahkan dari tas. Ia membuka ponselnya menggunakan sidik jari telunjuk kirinya, lalu masuk ke dalam aplikasi chat WhatsApp.

Ada beberapa pesan dari grup bidang olimpiade yang ia tekuni dan juga grup kelasnya. Ada juga sebuah chat dari nomor yang tak dikenalnya. Sebenarnya Lavina agak penasaran, tapi Ia biarkan saja pesan tersebut. Matanya teralihkan ketika melihat pesan dari pemuda yang akhir-akhir ini dekat dengannya. Ia segera membuka pesan tersebut dan membacanya.

DiaforάWhere stories live. Discover now