Araxi melihat jam di tangan kirinya. Dia langsung menatap Valent. "Udah mau jam pulang sekolah mereka, ayok kita jemput."

"Kaki lo udah nggak sakit?" tanya Valent.

"Masih dikit, tapi udah bisa kalo buat nyetir mobil," jawab Araxi. Mobilnya sendiri sudah dibenarkan kemarin sore oleh montir yang Araxi panggil ke rumah.

Tidak terasa mereka sampai di sekolah Agatha dan Vanda.

Valent langsung menghampiri Agatha yang sedang duduk di kursi penunggu jemputan bersama Vanda. "Lama nggak nunggunya?" tanya Valent.

Agatha menggeleng sambil tersenyum. "Nggak, Aunty."

Tin!

Bunyi klakson mobil membuat semua menoleh ke belakang, ternyata itu Vanya yang turun dari mobil tersebut.

"Agatha maaf, ya tadi mama isi bensin dulu jadi lama deh," ujar Vanya sambil mengelus rambut Agatha.

"Nggak apa-apa, Mama."

Deg!

Entah mengapa, mendengar Agatha memanggil Vanya dengan sebutan 'Mama' membuat hati Valent sedikit sakit.

"Ini mama kamu?" tanya Vanda sambil menunjuk Vanya.

Agatha mengangguk. "Iya, ini mama aku. cantik, kan? Makanya aku cantik karena mama aku juga cantik."

Valent hanya tersenyum mendengar itu, rasanya asing sekali saat ini Agatha memuji Vanya dan seperti mengabaikan Valent, tetapi Valent tidak bisa menyangkal hal tersebut, Agatha memang mewarisi kecantikan kakaknya itu.

"Agatha, kita pulang sekarang, bareng Aunty Araxi sama Vanda." Valent mengulurkan tangannya pada Agatha, tidak seperti biasanya, sekarang Agatha tidak menyambut uluran tangan Valent.

Agatha menatap Vanya sebentar. "Agatha pulang sama mama aja ya, Aunty. Mama mau ajak Agatha jalan-jalan sama beli mainan baru yang banyak."

Lagi, ini pertama kalinya Agatha menolak ajakan Valent. Dengan senyuman sambil mengangguk, Valent mencoba untuk mengerti perasaan Agatha yang mungkin saja ingin melepas rindu dengan ibu kandungnya sendiri. "Oke, tapi inget ya jangan malam-malam pulangnya, besok sekolah. Aunty tunggu di rumah ya, Sayang." Valent mengecup sebentar kening Agatha, kemudian dia pergi bersama dengan Vanda dan Araxi, sedangkan Agatha bersama Vanya tampak sangat gembira.

_MAMH_

Menghabiskan waktunya dengan Michelle, mengabaikan Araxi. Dicky sama sekali tidak merasa bersalah sudah membatalkan janjinya dengan Araxi.

Saat ini pria itu baru saja bangun dari tidur.

Dia mencari Michelle, ternyata baru saja selesai mandi dan sedang sibuk dengan mengeringkan rambutnya.

"Udah bangun?" tanya Michelle.

Dicky hanya mengangguk, langsung memakai bajunya. Semalam saat selesai melewati malam panjang, Dicky yang menggunakan kembali celananya dan tidur dengan bertelanjang dada saja.

Dicky berjalan menghampiri Michelle, memegang pundaknya. "Kamu, kok udah mandi aja."

"Hem, gerah lengket juga badan aku keringetan perang sama kamu semalam," jawabnya.

Dicky terkekeh geli. "Kamu yang minta, Chell."

Wajah Michelle tiba-tiba saja merona, dia ingat betul bagaimana dia memancing Dicky untuk tidak pergi bersama dengan Araxi.

"Aku habis mandi langsung pulang, ya," ujar Dicky.

Michelle yang sedang mengerikan rambutnya seketika berhenti dan menatap Dicky dengan datar. "Pulang apa mau ketemu Araxi?"

"Yah, sekalian mampir ke dia dulu, kemarin aku batalin janji aku ke dia gitu aja, pasti dia marah banget," jawab Dicky jujur.

"Sekhawatir itu kamu kalo Araxi marah?"

"Chell, jangan mulai. Kita udah bahas ini sebelumnya." Raut wajah Dicky berubah menjadi masam, dia tidak suka jika Michelle sudah membahas akan halnya dengan Araxi.

"Sepenting apa Araxi dan senggak penting apa aku, Ky?" Tangan Michelle mengepal, berusaha mengendalikan rasa kesalnya.

Dicky menarik napasnya dan membuangnya kasar. "Yang pasti Araxi lebih penting. Kamu sama dia sama-sama penting buat aku, tapi kalo perbandingan... Araxi pentingnya di atas kamu. Aku nggak mau debat! Aku nggak jadi mandi di sini, aku mandi di rumah." Dicky mengambil kunci mobilnya dan keluar dari kamar apartemen Michelle.

"Satu lagi, Chell. Kamu harus sadar posisi kamu sebagai yang ke dua," celetuk Dicky dan berlalu pergi.

Michelle menatap punggung Dicky yang cepat hilang dari pandangan, dia langsung menghapus kasar air mata yang jatuh di pipinya.

Michelle merasa... baru semalam dia bahagia karena Dicky bersamanya, sekarang dia harus merasa kesal sekaligus sendirian karena Dicky pergi untuk menemui Araxi.

"Fine, kayaknya emang udah nggak bisa pake cara baik-baik. Gue bakal bikin hubungan kalian hancur dan lo Dicky, bakal jadi milik gue seutuhnya, sepenuhnya."

_MAMH_

My Aunt My Hero [END].Where stories live. Discover now