ROSE 10 : INITIAL HATRED (2)

213 22 1
                                    

"Putri Kanna, apa yang kau ...." Ratu isabella sedikit tersentak begitu pula dengsn seluruh orang ysng berada di sana termasuk sang raja.

"KUBILANG DIAM KALIAN!!!" Suara lantang Putri Kanna membuat seluruh orang terdiam dan di saat yang bersamaan gelas yang sedari tadi di genggamnya itu pun ikut memecahkan keheningan.

Serpihan kaca dari gelas itu melukai telapak tangan putri Kanna. Darah segar mulai menetes mengaliri telapak tangannya. Sementara maid yang berusaha mencari kotak first aids secepatnya. Ratu Isabella hanya menutup mulutnya dengan kedua tangannya karena tak menyangka Putri Kanna bisa melakukan hal itu.

Raja Antonio yang panik melihat darah mulai mengucur dari tangan putrinya itupun hendak mendekati sang putri. Namun sang putri tak ingin siapapun mendekatinya. Bahkan seorang maid dengan perlengkapan first aids nya, langsung mendatangi Putri Kanna dan hendak mengobati sang putri.

Namun tanpa melakukan apapun, Putri Kanna langsung menepis tangan si maid dan maid itu pun terdorong kebelakang.

"Jangan sentuh aku!" ucap Putri Kanna. Melihat itu sang raja tak sanggup menahan diri. Namun, belum sempat kakinya melangkah. Putri Kanna berdiri dan mengangkat tangan kanannya yang berdarah itu dan langsung menghentikan sang raja. Darah segar itu menetes menghiasi lantai keramik itu.

"Jika kau melangkah satu langkah saja, aku tak akan segan-segan membunuh kalian sekarang!" ucap sang putri yang membuat siapa saja yang mendengarnya bergidik seram.

Atmosfer di sekitar ruangan itu berubah. Aura gelap pekat mulai menyelimuti sang putri. Ratu Isabella yang melihatnya pun tak berani melakukan apapun. Ia bisa melihat aura membunuh yang sangat kuat dari diri Putri Kanna.

Ternyata benar apa yg dikatakan Tuan Darkness, gadis ini sangat berbahaya. Aku tak boleh melakukan kesalahan, jika tidak maka aku bisa mati konyol di sini, gumam ratu dalam hati yang bergidik ngeri dan mencoba menahan raja Antonio.

"Tidak Nona, jangan lakukan itu. Ku mohon," gumam seorang di balik pohon yg sedari tadi memperhatikan percakapan mereka.

Raja tak bergerak dari tempatnya. Begitu pula dengan yang lain. Kanna menurunkan tangan kanannya itu dan melemparkan tatapan dingin namun mematikan kepada sang raja.

"Kau ingin menghukum ku, bukan? Kenapa kau mau mendengarkan perkataan orang lain sebelum kau menghukum ku? Ah ya, itu karena bibi yang berbicara kepadamu. Bodohnya aku." Kanna tertawa hambar dan kini kembali kepada keseriusannya.

"Dan ya, kau bisa menghukum ku sekarang jika kau mau. Bukankah aku telah membuatmu malu dan mencemarkan nama baikmu dan ... kau juga mengatakan aku tidak pantas disebut sebagai putri. Lalu kenapa kau tak menghukumku sekarang, raja Antonio? Bukankah kau ingin menghukumku tadi, maka lakukanlah. Aku akan dengan senang hati dihukum, agar aku bisa merasakan bagaimana rasanya dihukum, bahkan saat kau ternyata tak bersalah," ucapan putri Kanna sedikit ambigu. Raja Antonio tau maksud arah perkataan sang putri.

"Cukup Putri Kanna!" Bentak sang raja. Namun, Putri Kanna tak bergeming sedikitpun. Ia hanya tersenyum sinis.

"Kenapa? Bukankah tadi kau bilang ingin menghukumku? Ayo lakukan! Atau sekalian saja kau bunuh aku agar tidak ada lagi yang membuatmu memikirkan harus memberikan hukuman apa pada putrimu ini," ucap sang putri sembari terkekeh.

"Bunuh aku sekarang, itu yang kau mau bukan," ucap Putri Kanna tanpa ekspresi dan di saat hampir bersamaan. Sebuah pisau mendarat tepat di depan sang raja dan langsung menancap di meja. Membuat semua yang berada di sana membeku. Semua orang memperhatikan pisau itu lalu memperhatikan Putri Kanna.

Bagaimana mungkin? gumam Ratu Isabella dengan ekspresi bingung.

"Kau tak perlu bingung bagaimana aku melakukannya. Tapi yang tadi itu nyaris saja. Jika tidak meleset maka kau yang akan mati, bukan aku." Kanna memasang senyum miring. Iris diamond pinknya redup tak bercahaya. Seluruh atmosfer di sana semakin kelam. Pertengkaran antara ayah dan anak itu sangat mengerikan.

"Putri Kanna, kau sudah melewati batasanmu!" ucap Raja Antonio yang kini telah berdiri tepat di depan Kanna dan berusaha untuk menampar Kanna. Kanna tak sedikit pun merasa ragu. Ia masih setia dengan tatapan dinginnya. Melihat raja ingin menampar Kanna, Ratu Isabella berusaha untuk menahannya.

"Kenapa kau berhenti? Tamparlah. Ah bibi, kenapa kau menahannya? Haruskah aku memaksanya?" ucap Kanna sembari menyeringai seram. Raja pun menurunkan tangannya yang sedari tadi dicekal oleh ratu Isabella.

"Kanna apa yang terjadi padamu? Sadarlah Nak!" ucap raja Antonio dengan mata berkaca-kaca. Namun, Kanna menepis kedua tangan raja yang mencengram kedua lengannya.

"Sadar? Ckckck. Aku sadar seratus persen." Putri Kanna terkekeh. "Raja Antonio, kaulah yang seharusnya sadar! Perempuan ini telah melakukan sesuatu kepadamu!" ucap Kanna sembari menunjuk Ratu Isabella yang membuat raja dan ratu tersentak.

"Apa maksudmu?!" Tanya ratu Isabella sedikit membentak.

"Tapi sudahlah. Kita kembali ke topik pembicaraan. Kau masih ingin memberikanku hukuman bukan? Maka lakukan. Aku ingin kau membunuhku sekarang!" ucap Kanna dengan nada dingin sembari menyerahkan pisau berwarna metalic itu ke tangan sang raja. Sang raja pun terkejut, ia bertanya tanya darimana pisau itu dia dapatkan. Kemudian raja pun menoleh ke arah di mana pisau tadi tertancap.

Dan ia mendapati bahwa pisau itu telah hilang dan kini telah berada di tanganya. Seluruh orang pun bertanya tanya. Bagaimana bisa? Sedari tadi tak ada yang melihat putri bergerak dari posisi nya tapi bagaimana pisau itu kini bisa berada di tangannya?

"Bagaimana mungkin?" gumam Raja Antonio tanpa sadar.

"Heeh? Tak ada yang perlu kau ketahui. Sekarang lakukanlah apa yang seharusnya kau lakukan kepada seorang pelanggar aturan," ucap Kanna sembari menuntun tangan raja Antonio yang memegang pisau itu ke arah lehernya. Namun dengan cepat Raja Antonio menepis tangan Kanna dan melempar pisau itu.

Clang.

Suara benda berbahan metal itu saat menyentuh lantai. Kanna hanya terkekeh melihatnya. Namun itu hanya sebentar. Dan kini Putri Kanna berjalan melewati Raja Antonio. Ia berdiri tepat di sampingnya dan melemparkan tatapan dinginnya.

"Kau tak bisa membunuhku yang jelas-jelas telah melakukan kesalahan. Tapi kau bisa dengan mudahnya membunuh orang yang tak bersalah sama sekali bahkan tanpa memberi waktu dia untuk membela diri dan kau hanya mendengarkan perkataan dari satu saksi saja tanpa bertanya kepadaku yang kalian anggap sebagai, korban. Kemudian ...." Raja Antonio membelalakkan matanya dan hanya bisa mengepalkan tangannya.

"Kemudian ... kau juga dengan mudahnya menyalahkan ibuku yang terlalu memanjakan aku. Kau bahkan tak pantas disebut raja yang adil, Raja Antonio Caesarean. Seenaknya saja kau menyalahkan ibuku yg tak bersalah. Tapi itu bahkan tak penting buatmu, yan kau pentingkan hanya Ratu barumu saja," ucap Kanna sembari melirik ratu Isabella.

"Kau bahkan tak pernah bertanya apa yang aku inginkan. Kau hanya terus menerus menyiksaku dengan aturan konyolmu itu. Aku muak dengan semua ini! Ah yaa, sudahlah percuma saja aku berbicara kepada mu. Kau bahkan bukan lagi orang yang sama yang pernah aku sayangi." Kanna mengepalkan kedua tangannya. Darah segar kembali mengucur di tangannya.

Tak ada yang mengatakan apapun. Semuanya membeku. Melihat apa yg baru saja di lakukan Putri Kanna. Maka jika mereka mengatakan satu kata saja maka mereka mungkin bisa mati saat itu juga.

"Kau tak pantas dengan semua kebahagian didunia ini. Kau telah merenggut semua yang aku sayangi," timpal Kanna lagi

"Kanna aku ini ayahmu! Berani beraninya kau!" ucap Raja Antonio. Kanna tersenyum sinis.

"Dan satu hal lagi, kau bukanlah ayahku! Ayah yang aku kenal adalah seeseorang yang berhati lembut. Ia bahkan tak pernah mengangkat tangannya kepada anaknya. Dan ia juga akan bersikap adil untuk dalam setiap permasalahan. Ayahku masih pergi mencari ibu ku dan yang aku lihat saat ini adalah seorang raja yang tak memiliki hati," tegas Kanna kepada Raja Antonio. Raja Antonio tak lagi sanggup bersuara. Derap langkah Kanna yang meninggalkan ruangan pun mengakhiri malam.

Magic Rose : Rose Symbol (Tamat)Onde histórias criam vida. Descubra agora