Rose 33

1.8K 113 3
                                    

Tepat setelah kepergian sosok cantik itu. Kanna menggenggam erat gagang pedangnya. Ditutup nya rapat mata indahnya.

Bahkan Kanna diam tak bergerak seinci pun dari tempatnya. Seolah mendapatkan kesempatan, Raja Zeluen menyinggung kan senyum kemenangan.

"Aku akan mengakhiri ini disini!" Ucapnya lantang.

Raja Zeluen mengayunkan pedang hitam nya tepat kearah Kanna. Kontan saja, semua memekik panik.

"Kanna?!"

"Putri?!"

Ucap Kanato, Raja Antonio, Niel, Aven, Arnold, Lyra, Rio dan semua yang ada disana bersamaan. Namun, Kanna masih diam seolah menerima eksekusi akan dirinya.

Tak ada yang mampu bergerak mencapai tubuh Kanna. Tepat disaat pedang hitam penuh sihir itu nyaris menyentuh Kanna, semua yang ada disana menutup rapat mata mereka dan memekakan telinga mereka.

Namun, tak ada tanda-tanda akan keberhasilan Raja Zeluen menyakiti Kanna. Semua hening, yang ada hanya bunyi gesekan antar benda besi saja, yang langsung membuat mereka semua membuka mata mereka.

Gesekan antar pedang itu membuat hembusan angin yang cukup besar, membuat siapa saja sulit melihat apa-apa yang terjadi. Yang mereka semua tau, ada kekuatan sihir besar dihadapan mereka.

Begitu angin tadi hilang, perlahan apa yang terjadi didepan sana mulai terlihat. Bukan hanya Raja Zeluen yang terkejut melihat sosok dihadapan nya, melainkan Kanato dan yang lainnya pun sama.

Dengan tatapan tajamnya, Kanna menatap raja Zeluen dengan tatapan menantang. Senyum miring tercetak diwajah cantiknya.

Baik Kanato, Niel atau bahkan Raja Antonio sekalipun benar-benar tak percaya dengan apa yang mereka lihat.

Bukan hanya penampilan Kanna yang 100% berubah, melainkan dengan pedang yang berada ditangan Kanna.

Pedang yang menjadi incaran Raja Zeluen. Pedang yang ntah benar adanya atau hanya sekedar dongeng semata. Pedang yang tak seorang pun tau dimana keberadaannya. Pedang yang seolah hilang bersama jejak sang pemilik beribu tahun lamanya. Pedang yang hanya bisa dimiliki oleh orang-orang terpilih. Pedang yang memiliki kekuatan sangat besar yang mampu menghancurkan satu kerajaan terkuat.

Moonraker

"Itu--" ucap Lyra kagum.

"Moonraker!" Gumam Raja Antonio tak percaya.

"Kau?! Darimana kau mendapatkannya?!" Teriak Raja Zeluen. Kanna masih dengan posisi menahan pedang Raja Zeluen, hanya tersenyum miring.

Dengan ringan, tangannya mengayunkan pedangnya hingga membuat Raja Zeluen terpental. Dan Kanna, dia tak bergerak seinci pun dari posisinya.

Raja Zeluen murka. Dengan dibantu kekuatan sihir nya dan juga pasukannya, Raja Zeluen memerintahkan Valinca untuk menyerang Kanna.

Namun, Kanna seolah tak tersentuh sedikitpun. Malah, mereka yang menyerang Kanna lah yang terpental hanya dengan sekali tebasan pedang Kanna.

"Bagaimana mung..kin?!" Ucap Valinca yang terluka cukup parah akibat terkena serangan telak dari Kanna.

"Mungkin saja. Karena aku telah mendapatkan seluruh kekuatan ku" ucap Kanna enteng. Valinca terbatuk. Raja Zeluen menggeram.

"Menyerahlah sekarang Raja Zeluen! Atau kau akan melihat kematiannya" ancam Kanna kepada raja Zeluen yang hanya ditanggapi dengan tawa menyeramkan nya.

"Kau pikir aku akan mudah menyerah hanya dengan ancaman itu? Jangan bodoh"

"Aku tidak main-main dengan ancaman ku. Menyerah sekarang atau--"

"Atau apa?!" Ucap Raja Zeluen meremehkan.

Kanna membulatkan matanya tak percaya. Begitupun dengan Raja Antonio dan Kanato. Tersirat kepanikan diwajah mereka begitu melihat siapa yang ada dihadapan mereka.

"Ibu" gumam Kanna.

"Ibu?!" Pekik Kanato. Suara lantang Kanato membuat Kanna tersadar. Kilatan amarah tercetak jelas di mata Kanna. Membuat Raja Zeluen menyungging kan senyum kemenangan.

"Jangan berani menyentuh ibu ku?!" Pekik Kanna begitu melihat pedang Raja Zeluen terarah pada leher Ratu Claris.

"Sungguh? Ayolah, bukankah kau tadi mengancam ku? Dimana kini keberanian mu itu Tuan Putri Kanna?"

Kanna berdecih tidak suka. Kanna begitu menyayangi Ratu Claris. Dan Raja Zeluen tau apa kelemahan lawannya itu. Menggunakan Ratu Claris sebagai ancaman merupakan jalan yang terbaik untuk mendapatkan moonraker dan menghancurkan kerajaan ini.

"Apa mau mu?!"

"Serahkan moonraker dan kau akan melihat ibu mu dalam keadaan hidup"

Semua orang tercekat dengan penawaran Raja Zeluen. Menyerahkan moonraker berarti sama saja dengan kekalahan telak. Namun, menyaksikan kematian Ratu Claris juga membuat kekalahan secara perlahan bagi mereka.

Kanna menatap moonraker dan ibunya bergantian. Banyak orang yang takut akan pilihan Kanna.

"Jangan serahkan moonraker padanya nak"

"Kematian ibumu ada ditangan mu"

"Menyerahkan moonraker sama saja seperti bunuh diri"

"Ratu claris dan moonraker sama-sama berarti!"

Kanna dapat mendengar semua suara itu. Kanna memejamkan matanya rapat. Berbicara pada dirinya sendiri. Pilihannya sangat sulit baginya.

Apa yang harus aku lakukan!

"Serahkan aku dan selamat kan ibu mu"

"Tapi-- kalian sama-sama berharga! Aku tak bisa--"

"Kau percaya padaku kan?"

"Tapi--"

"Percayalah, putri! Kau hanya perlu ikuti kata-kata ku!"

Kanna membuka matanya perlahan. Ditatapnya dingin Raja Zeluen yang masih menatapnya remeh.

"Siap?"

Kanna hanya mengangguk samar. Matanya masih terfokus pada sosok ibunda tercintanya dan pikiran terfokus pada instruksi moonraker yang hanya dapat didengar oleh Kanna.

***
Sejauh ini gimana tanggapan kalian atas cerita ini?
Aku nggak tau pasti, yang pasti cerita ini rasanya belum cukup untuk membangun imajinasi kalian terhadap seorang Kanna..
But, aku harap cerita ini masih tetep di tunggu, dan jika berkenan, boleh lah vote, Comment, and share cerita ini ☺️

Magic Rose : Rose Symbol (Tamat)Where stories live. Discover now