Canistopia - XVII

Mulai dari awal
                                    

“Ku pikir Sean masih beristirahat karena perjalanan kemarin. Aku gagal melarangnya masuk tadi,” ucap Iden.

Daves mengedik kecil menatap keduanya bergantian. “Dia keras kepala, sama seperti Ken. Tidak ada gunanya kau melarang.”

“Siapa Ken?” tanya Damien.

“Kakaknya. Kau tidak menyimak tadi?” heran Daves.

Damien tersenyum lebar. “Hanya meyakinkan.”

“Ck, ck. Ken temanku, kami seusia. Begitu pun Kevin yang seusia dengan Sean dan Matt.” Daves menggeleng-geleng gemas seraya berkacak pinggang sementara matanya memperhatikan penampilan Damien. “Pagi sekali kau sudah bersiap untuk sarapan rupanya? Tetapi sarapan biasa dilakukan pukul 8 dan itu masih satu jam lagi.”

“Ah, tidak juga,” jawab Damien. “Aku ingin bertanya. Di mana perpustakaan?”

Refleks kening Daves mengernyit. “Kau ingin menjadi Victor Matthew-II?”

“Maksudmu?”

“Sarapan buku sebelum sarapan secara nyata.”

Penjelasan Daves membuat Iden tertawa konyol. “Apa itu? Ada apa dengan kata-katamu itu, Daves? Apakah akhir-akhir ini kau memang suka bercanda?”

Daves menatap Iden kesal kemudian berdeham kecil. “Yah, ikuti saja koridor di sana,” tunjuknya ke arah kiri. “Sebelum teras belakang, kau akan melihat pintu berganda di sebelah kiri. Itulah perpustakaan.”

“Terimakasih!” senang Damien seraya bersiap pergi.

“Tapi ingat! Jam 8 tepat kau harus berada di ruang makan!” Daves berteriak kecil memperingatkan.

“Jika terlambat, aku yang akan menyusulnya nanti,” ucap Iden.

“Baiklah, kalau begitu aku akan kembali ke kamar.”

Iden menahan bahu Daves yang kembali menoleh. “Bagaimana bisa kau tahu bahwa seseorang datang kemari?”

“Aku?” tunjuk Daves pada dirinya sendiri.

“Kau pikir siapa lagi?” kesal Iden. “Merasakan bahaya di sekitar istana? Kevin bukanlah bahaya yang kau maksud, bukan?”

Daves menggeleng. “Aku mengenal Ken dan keluarganya dengan baik. Jangan gila.”

Iden melepaskan tangannya kemudian mengangguk. “Baiklah. Aku akan segera melihat keadaan di dapur,” pamitnya sementara Daves terdiam sesaat.

Jarak beberapa meter dari sana, Damien sudah tiba di ruangan yang diarahkan oleh Daves tadi. Ia mendorong pintu di hadapannya kemudian kembali ternganga seperti awal ia tiba di Canistopia.

“Apa ini?” gumam Damien seraya menutup kembali pintunya dari dalam.

Perpustakaan besar yang lebih mirip seperti perpustakaan kota dengan lemari-lemari buku yang berjajar di sisi dinding hingga ke atas langit-langit membuatnya terkagum. Beberapa meja dan kursi panjang dengan lampu khusus untuk membaca berada di tengah ruangan, sementara di sepanjang kanan dinding dibiarkan kosong memperlihatkan keindahan stained glass yang berwarna-warni efek dari sinar matahari yang menembus. Ya, jendela khas Eropa ada di dalam sini. Cantik sekali.

“Aku harus mencarinya di mana?” bingungnya menatap buku-buku yang berderet rapi.

“Apa yang kau cari?” tanya seseorang dari ambang pintu lain yang tidak Damien sadari keberadaannya.

“Kak Matt? Ada pintu lain ternyata.”

“Terhubung ke ruang pribadiku,” angguk Matt kemudian masuk menghampiri rak sementara tangannya sibuk membawa setumpuk buku.

CanistopiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang