chapter 20

2.1K 231 23
                                    

Jaemin sedang berada di kantor agensi tempat dirinya memulai semua mimpinya bersama dengan rekan satu grubnya. 

Hanya ada dirinya disini bersama dengan Manager, tidak ada para member lainnya. Ini bukanlah rapat atau apalah itu. 

Alasan kenapa Jaemin bisa berada di sini karena pria itu sedang berada dalam masalah, dirinya sedang diberikan beberapa peringatan dan pengertian yang harus dia ingat. 

Dan ini menyangkut apa yang terjadi dengan Rani tempo lalu, entah bagaimana agensi bisa tahu soal ini padahal dirinya tidak pernah memberitahu. 

"Apakah kau tidak mengerti betapa berbahayanya yang kau lakukan itu Jaemin-ah. Itu akan mempengaruhi karirmu." ujar Manager Hyung yang sudah hampir 30 menit ini terus berbicara tentang segala hal yang tidak pernah mau Jaemin dengar sebenarnya.

"Aku tidak melakukan tindak kriminal, atau melibatkan diriku di posisi yang berbahaya bukan?."

"Kata berbahaya bisa mengandung banyak makna Jaemin-ah. Kau tahu jika masalah ini sampai di tangan publik, bukan hanya nama dan karirmu saja yang mungkin terancam, tetapi begitu juga dengan gadis itu."

Jaemin menautkan alisnya bingung. Kenapa harus membawa-bawa Rani?. 

"Kenapa harus membawa-bawa Rani?." tanya Jaemin tidak mengerti. 

"Tentu saja gadis itu juga akan kena imbasnya. Mulai sekarang jaga sikapmu apalagi jika kau berada di sana. Dunia tidak akan berjalan sesuai dengan apa yang kau inginkan."

Manager keluar dari ruangan, bertepatan dengan itu para member masuk ke dalam ruangan. 

"Emangnya bener Rani kemarin di keroyok?" tanya Renjun yang kemarin tidak bisa ikut ke Indonesia. 

"Hmm" jawab Jeno mewakili. 

"Kok bisa?" kali ini Chenle yang bertanya. 

Jeno dan Haechan mengangkat kedua bahu mereka tanda mereka tidak tahu bagaimana cerita pastinya. Sedangkan Jaemin sedari tadi hanya diam, memikirkan apa yang baru saja dikatakan oleh Manager Hyung tadi. 

*** 

Rani, Shamila dan Nadinda sedang berada di salah satu Mall. Sudah lama mereka tidak menghabiskan waktu bersama-sama. 

Rasanya baru kemarin mereka berada di kelas yang sama, pergi ke kantin bersama dan sekarang untuk sekedar berkumpul bertiga saja sangat sulit. 

Kesibukan mereka memang beragam, seolah satu hari tidak akan cukup untuk mereka bertemu dan menghabiskan waktu. 

"Terus kak Taeyong ngomong apa soal ini?." tanya Shamila pada Rani yang masih asik dengan makanan dihadapannya. 

"Gak ngomong apa-apa." jawab Rani santai, bahkan tanpa menatap orang yang bertanya padanya. Dasar tidak sopan. 

"Hmm Mencurigakan." ujar Nadinda yang merasa aneh saja jika Taeyong tidak mengatakan apapun atau melakukan sesuatu tentang ini. 

"Mencurigakan kenapa?"

"Ya emang lo gak ngerasa aneh gitu? Seorang Taeyong Baskara yang bucinnya udah level Max gak berbuat apa-apa? atau minimal tanya apa kek, biasanya dia bawel banget kalau lo lecet dikit doang" ujar Shamila yang mendapati anggukan kepala dari Nadinda. 

Rani terlihat sedikit berfikir lalu menggelengkan kepalanya, merasa tidak ada yang aneh dengan itu. Memangnya Taeyong harus bersikap seperti apa?.

Shamila menepuk dahinya pelan, memang kelemotan Rani sepertinya sudah mendarah  daging pada gadis itu. 

Mr. BaskaraWhere stories live. Discover now