GOL 27

5.1K 468 21
                                    

Hari Minggu pagi, Sabila merealisasikan niatnya untuk mengunjungi rumah sang calon suami sekaligus untuk menyapa calon mertuanya disana. Sebelum berangkat, Ia sudah mencoba menghubungi Irsyad berulang kali namun tak ada satupun panggilan dari nya yang diangkat. Entah lelaki itu sibuk dengan pekerjaannnya atau malah hal lain, Sabila benar-benar have no clue.

Akhirnya, bermodal alamat rumah dari Fardi, Sabila mendatangi rumah calon keluarganya itu sendiri. Tak lupa Ia membawa sedikit bingkisan berupa Bolu Meranti varian rasa coklat keju.

Omong-omong tentang Fardi, lelaki sudah sembuh dan tak jadi opname. Sakit yang di derita Fardi memang bersumber dari stress yang ditanggungnya. Untung saat ini, lelaki lemah gemulai itu sudah mendapatkan pekerjaan baru di sebuah salon kecantikan di Jakarta Pusat.

Memang sebelumnya, Fardi, Kayla dan dirinya ingin membangun bisnis bersama yang mengarah ke dunia kecantikan. Mereka ingin mendirikan sebuah salon dan juga outlet kosmetik. Namun, menyangkut modal dan juga tempat yang belum matang, mereka ingin menundanya sementara.

Kembali ke Sabila, Ia memarkirkan mobil di depan sebuah rumah mewah yang berada di salah satu komplek perumahan mewah di Kemang, Jakarta Selatan. Walau Sabila bukan asli Jakarta dan baru menetap disini sekitar tiga tahunan, namun dia tahu bahwa komplek perumahan yang Ia masuki ini bukan lah komplek perumahan biasa. Hanya kaum elit yang bisa menepati rumah-rumah disini.

Dalam hati, Ia jadi bertanya-tanya. Siapa gerangan yang sedang menjadi pasangannya ini? Perasaan insecure menggrogotinya perlahan, Ia merasa tak pantas dengan Irsyad jika lelaki itu anak konglomerat sedangkan Sabila sendiri adalah seorang anak budah korporat yang tak punya banyak harta benda.

"Assalamualaikum." Sapa Sabila pada pak satpam rumah besar nomor 21 itu.

"Waalaikum salam, cari siapa Non?"

"Ini rumahnya Pak Ikram dan Ibu Cindy?"

"Ah, iya benar sekali. Mbak siapa, ya?"

"Saya Sabila, Pak. Temannya Irsyad."

"Oh iya iya. Sebentar saya bukakan gerbang."

Sabila memasukkan mobilnya di parkiran rumah tersebut kemudian turun dari mobilnya. Ia memperhatikan sekitar rumah tersebut yang memiliki halaman luas, ditengah-tengahnya ada rumah mewah megah yang berdiri kokoh. Kepalanya sontak pening memikirkan semuanya.

"Masuk nggak ya?" Sabila bermonolog sambil menggigit bibir bawahnya. Ia mengambil ponselnya dan mencoba menghubungi Irsyad sekali lagi. Dan jika tidak diangkat juga, lebih baik Ia pulang.

Panggilannya berkahir sia-sia karena tak ada diangkat sama sekali. Ah, ini pertanda baik untuk dirinya. Lebih baik Ia pulang saja.

"Lho, lho..." pekikkan heboh dari belakang tubuhnya terdengar. Lelaki berambut sedikit keriting panjang sebahu menghampirinya dengan wajah sumringah. Tampaknya baru pulang dari kegiatan olah raga, tampak dari kakinya yang terbalut dengan celana pendek sporty beserta kaos maroon yang agak basah, tampaknya berasal dari keringat. "Ngapain bengong di luar?" tegurnya lalu menghampiri Sabila dengan riang.

"Ibuuuuuuu....ada pacar Angah nih diluar!" Lelaki yang Sabila kenali sebagai adik Irsyad berteriak lantang dari luar memanggil ibunya. Suaranya yang agak cempreng dan berisik itu langsung membuat heboh.

Pak satpam yang tadi duduk di pos jaga kini melongokkan kepalanya melihat kearah Sabila. Tukang kebun yang sedang bersih-bersih di halaman pun ikut melongokkan kepalanya memperhatikannya. Disusul oleh suara pintu terbuka dari depan yang disambut oleh asisten rumah tangga lainnya.

"Astagaaa, Irvan!" Sabila menutup mulutnya tak percaya dengan kelakukan brobok adiknya kekasihnya itu.

Oh betapa sebuah perbedaan.

Glory of Love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang