GOL 16

7K 587 35
                                    

Ceklek...

Suara pintu terbuka dari kamar sebelah terdengar, bersamaan juga dengan derap langkah kaki yang mendekat ke arah pintu kamar lainnya. Gadis berambut coklat terang itu menebak pelakunya adalah Irsyad. Lelaki yang menjadi tamu di apartemennya pagi ini.

Disusul dengan suara ketukan pintu kamarnya, suara Irsyad terdengar. "Bil, kamu udah siap mandi?"

"Udah," sahut Sabila dengan suara yang sedikit dinaikkan. Ia membuka pintu kamarnya dan menyambut Irsyad yang kini berdiri di depan pintu. Pria tampan rupawan itu sudah mengganti pakaian nya dengan setelan yang baru. Kaos hitam polos dipadu dengan celana jeans hitam yang melekat indah di tubuhnya. Aroma parfum yang di semprotkan ke tubuh lelaki itu terhidu Sabila, wangi dan segar seperti biasa.

"Kamu buru-buru nggak?" tanya Sabila kemudian beranjak menuju dapur. Ia sudah berjanji akan membuat sarapan untuk lelaki itu pagi ini. Sebagai ganti Ia tak menemani lelaki itu olahraga. "Aku udah janji buatin kamu sarapan loh tadi"

"Nggak buru-buru, Cuma aku nggak bisa lama-lama juga." Sahut Irsyad.

Sabila memalingkan wajahnya ke arah Irsyad, tangannya berhenti membuka pintu kulkas. Tadi nya Ia akan melihat stock bahan makanan yang akan diolah menjadi sarapan mereka berdua pagi ini. "Kenapa, mau kemana? Weekend loh. Nggak mau main sama aku?" tanya Sabila dengan nada suara sedikit kecewa.

Telinga Irsyad secara spontan berubah warna merah. Entah kenapa ditanya seperti itu membuatnya malu dan sedikit salah tingkah. "Nggak gitu, aku mau ngecek kerjaan di kafe."

"Oohh..." cicitnya ber oh ria. Sabila tak lagi bertanya. Ia lanjut membuka kulkasnya dan terdiam sejenak melihat isinya.

Biasanya, Sabila sarapan dengan pancake yang disiram madu atau menggunakan toping pilihan lain. Tak jarang juga Ia akan delivery makanan atau makan diluar sekali lalu perjalanan menuju lokasi photo shoot-nya atau studio. Sabila bisa dibilang buruk dalam hal memasak tapi bukan berarti Ia tidak bisa memasak sama sekali.

"Irsyad biasa sarapan pakai apa?"

"Eeuhh.." Irsyad duduk di kursi meja makan sambil berpikir sejenak. Keningnya yang berkerut menambah kesan sexy pada lelaki itu. Wajahnya kecut dan itu daya tariknya. "I would say pakai nasi."

Sabila menutup kulkas nya dengan cengiran lebar di bibirnya. Mendengar jawaban Irsyad yang tidak mendukung isi kulkasnya membuat Sabila rada malu juga. "Aku nggak punya stok beras di apartemen, di kulkas juga adanya buah-buah segar sama nugget, telur dan sosis."

Kening Irsyad berkedut kecil, merasa heran dengan jawaban Sabila. Apa perempuan itu tidak pernah masak di apartemennya?

"Pancake deh, aku buatin pancake aja. Boleh'kan?" tanya Sabila mencari solusi.

"Pancake? OK."

"Sorry ya," kata Sabila penuh sesal. "Aku nggak nge-stock bahan makanan di kulkas, jarang juga di apartemen. Kalau mau makan biasa nya juga diluar." Ceritanya. "Lagian, makan sendiri itu nggak enak. Aku juga nggak bisa masak yang enak-enak." Tambahnya lagi.

"Hhmm.."

"Dulu, saat masih tinggal sama daddy, kita juga jarang masak. Daddy tidak pandai memasak, hanya makanan simpel-simpel saja kayak Scrambled egg, nasi goreng atau bubur labu. Sarapan, makan siang dan dinner almost selalu beli diluar." Sabila memecahkan dua butir telur dan mengocoknya hingga mengembang. "Waktu masih Jogja, aku sering sarapan pakai nasi uduk sama nasi kremes juga. Terus pindah ke Singapura dan London semuanya berubah. Saparan jadi nggak jelas." Keluhnya sedikit. Sabila suka makanan Indonesia.

"Sorry, but where is your mom?" tanya Irsyad yang dari tadi menyimak cerita Sabila tentang pola makan nya sehari-hari. Ia hanya bercerita tentang dirinya dan sang ayah.

Glory of Love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang