GOL 6

7.9K 588 18
                                    

Sudah dua hari berlalu dari kejadian dimana Sabila berdebat hebat dengan ayahnya, berarti sudah dua hari juga Ia tidak pulang ke apartemen nya dan menginap di tempat Kayla sementara. Sebenarnya jauh dari lubuk hatinya Ia mau pulang ke apartemen dan minta maaf pada ayahnya, namun ego menahan dirinya untuk melakukan itu.

Alasan Sabila tidak pulang sebenarnya takut jika sang ayah kembali mengungkit masalah perjodohan itu. Ya walaupun ayahnya juga sudah membiarkan Sabila menolak perjodohan yang telah dirancang tersebut.

Sabila telah bercerita semua nya pada Kayla dan meminta saran pada manajernya itu. cerita punya cerita, Kayla ternyata berada di pihak ayah Sabila yang artinya perempuan rambut pink fanta itu mendukung Sabila untuk mencoba dan berkenalan dulu dengan calon suami nya itu, ya mana tahu cocok. Toh Sabila juga tidak punya pacar.

Sebenarnya Sabila berubah pikiran setelah mendengar nasehat Kayla, tapi lagi-lagi gengsi dan ego menahannya. Sabila malu mengatakan pada ayahnya kalau dia mau mencoba kenal dengan Irsyad, lelaki yang direkomendasikan oleh ayahnya menjadi suaminya di masa depan.

Ah, Sabila frustasi.

"Bangun Bil." Kayla masuk ke kamar nya dengan wajah panik, "Gue mau pulang ke Semarang sekarang, Bunda gue opname."

"Ha, serius?" Sabila yang hanya leyeh-leyeh malas sambil tiduran bangun dari posisinya, "sakit apa Kay?"

"Belum tahu Bil. Gue buru-buru nih." Jawab sang manajer cepat.

"Yasudah, gue bantuin lo beres-beres deh," kata nya pada Kayla.

"Nggak!" tolak Kayla menghadang Sabila sambil berkacak pinggang, "Gue gampang, pakai ransel aja nggak berkemas koper. Sekarang lo yang harus pulang, lihat bokap lo di apartemen. Kalau beliau kenapa-napa gimana, orang udah tua gitu."

Perkataan Kayla memukul telak Sabila. Benar. Gimana kalau ayahnya sakit di apartemen dan tidak ada yang melihat, atau bagaimana kalau ada kemungkinan lebih buruk dari itu. Sumpah Sabila merasa jadi anak paling jahat sedunia.

Sabila langsung keluar dari apartemen Kayla setelah mengambil tas dan juga kantong kresek yang berisi baju kotornya. Ia turun ke parkiran dan langsung menuju mobilnya. Tidak lagi menunggu Kayla yang bisa lebih panjang mengomelinya karena sikap childish-nya itu.

Mobil Sabila harus dipanaskan sejenak sebelum dikendarai, sudah dua hari Honda Civic putih itu tidak di hidupkan. Baik Sabila dan Kayla dalam dua hari ini tidak keluar kemana-mana, hanya terus menetap di apartemen dan malas-malasan.

Ponsel Sabila berbunyi dan satu nomor asing masuk ke ponselnya. Ia memutuskan untuk mengangkatnya karena Ia sendiri parno dengan kemungkinan terburuk kondisi ayahnya saat ini. Anak macam apa dirinya, sudah dua hari tidak menghubungi ayahnya. Padahal kalau mereka sedang LDR, tiap hari pasti bertukar kabar. Namun, saat ayahnya berada di Jakarta bersama nya, Ia malah kabur-kaburan. Ck.

"Halo! Assalamualaikum." Sapa sebuah suara dari sambungan telepon itu. Suara bass becek-becek basah dari seornag lelaki yang sangat asing di telinganya.

"Halo, dengan siapa ini?" tanya Sabila was-was.

"Irsyad, ini Sabila kan?" tanya Irsyad balik.

"Iya, Sabila nih. Kenapa ya?"

"Lo dimana sik?" Irsyad kembali bertanya dengan nada suara yang terkesan jengkel.

"Kenapa emangnya?" balas Sabila sewot setelah mendengar suara Irsyad yang tidak santai. Dalam hati Ia bergumam, apa sih nih orang nggak jelas banget.

"Lo tahu nggak sih, Om David udah 2 malam ini nginap di hotel gue. Nanti sore mau balik ke London."

"A—apa?" tanya Sabila tak yakin, "Lo serius?" jantung Sabila berdegup kencang karena panik. Ia tak menyangka kalau sudah dua hari berlalu ayahnya minggat dari hotel, bisa ditebak berarti setelah Ia berangkat pemotretan ayahnya pergi dari apartemen.

Glory of Love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang