Part 25. Dua Pilihan

128 20 45
                                    

Jangan lupa follow dan vomment ya, karena itu sangat berarti buat Author. Terima kasih:)

***

Bukan memilih salah satu diantara dua pilihan yang sulit, tapi memastikan bahwa yang kamu pilih adalah yang terbaik

- Priceless-

***

Sudah menjadi rutinitas Trisha setiap pulang sekolah untuk pergi ke Trifa Bekery membantu sang Bunda berjualan, seperti saat ini. Ketika ia datang, sudah ada Raffa yang duduk manis di ruangan Nina sambil mengerjakan tugas.

"Trisha," panggil Bunda pada Trisha yang baru selesai berganti pakaian.

"Iya Bun, ada apa?" tanya Trisha begitu menghampiri Nina.

"Tolong kamu antarin semua pesanan roti ini ya," jawab Nina.

"Bisa kan?" lanjutnya bertanya.

"Iya Bun, bisa kok." jawab Trisha.

Sejak Trisha dipecat dari Cafe dan memilih membantu Nina, Trifa Bakery memang memberikan pelayanan pesan-antar, namun hanya untuk wilayah tertentu. Karena Trisha hanya mengantarkannya menggunakan sepeda, jadi tidak mungkin ia mengantar jauh-jauh.

Sebenarnya ia juga bisa mengendari motor, Yara pernah nengajarinya. Namun keadaan ekonomi yang serba pas-pasan membuat Trisha tidak bisa membeli ataupun sekedar kredit motor. Lebih baik uangnya ia simpan untuk kebutuhan penting lain di masa depan.

"Alamat sama namanya udah Bunda tulis di setiap kotak ya." ucap Nina memberitahu.

"Iya Bun, Trisha berangkat sekarang ya." pamit Trisha sambil mencium tangan sang Bunda.

"Iya hati-hati." balas Nina.

Disusunlah dengan rapi semua roti yang akan diantarnya ke belakang sepeda dengan sangat hati-hati agar rotinya tidak rusak. Dan begitu memastikan bahwa semua roti sudah tersusun, Trisha mulai mengayuh sepedanya menuju semua alamat yang sudah tertera.

Dengan bersenandung kecil, Trisha sangat menikmati kegiatannya itu. Sesekali ia menyapa anak-anak jalanan yang ia lewati dengan membunyikan bel sepedanya, yang mereka balas dengan lambaian tangan.

Lima menit kemudian, Trisha sampai di alamat pertama yang merupakan alamat terdekat dari Trifa Bakery.

"Benar ini kan alamatnya?" tanya Trisha pada dirinya sendiri begitu berdiri di depan sebuah rumah mewah namun sepi milik salah satu pemesan roti Bundanya.

"Benar ini kan alamatnya?" tanya Trisha pada dirinya sendiri begitu berdiri di depan sebuah rumah mewah namun sepi milik salah satu pemesan roti Bundanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Permisi," ucap Trisha.

"Satpamnya nggak ada ya?" tanya Trisha bermonolog.

"Ehh, pagarnya nggak di kunci." ucapnya saat sadar bahwa pagar di depannya dapat terbuka.

PRICELESSWhere stories live. Discover now