Part 22. Pacaran?

174 55 63
                                    

Jangan lupa follow dan vomment ya, karena itu sangat berarti buat Author. Terima kasih:)

***

Cinta bukan hanya tentang kita yang saling memiliki, tetapi juga saling melengkapi

-Priceless-

***

Setelah kejutan ulang tahun Trisha dari Akas dan semua teman sekelasnya berhasil. Zea mengajak Trisha dan Yara ke kantin untuk mengisi perut mereka yang keroncongan. Namun saat melewati lapangan, mereka melihat banyak murid sedang berkumpul mengelilinginya.

"Eh di lapangan ada apaan tuh rame-rame?" tanya Zea.

"Aku juga nggak tau." jawab Trisha

"Yaudah kita lihat aja yuk!" ajak Yara yang langsung menarik tangan Trisha dan Zea.

"Eh eh Yar nggak usah," ucap Trisha yang tak dihiraukan oleh Yara.

Di sana ia melihat Akas dan ketiga sahabatnya yang duduk di bangku, tepat di tengah-tengah lapangan dengan Akas yang membawa sebuah gitar di pangkuannya.

"Ehh doi nya Akas datang juga." ucap Faza begitu melihat Trisha datang bersama Yara dan Zea.

"Ada apa ini Kak?" tanya Trisha setelahnya.

"Akas punya sesuatu buat lo." ucap Ayres.

"Lihat ya!" ucap Kiano kemudian.

(Kurang lebih nyanyinya kayak gitu, tapi bayangin aja versi pake gitar)

Selesai menyanyikan lagunya, Akas turun dari bangku dan berjalan ke arah Trisha berada.

"Tris, lo tau kan kalo gue bukan cowok yang romantis. Gue nggak tau gimana caranya buat ungkapin perasaan gue sama lo. Dan hanya dengan lagu sederhana tadi yang bisa gue persembahkan buat lo," ucap Akas mengungkapkan.

Trisha dibuat diam mematung, dengan jantung yang berdetak dua kali lebih cepat. Apalagi suasana lapangan yang ramai membuatnya merasa lebih gugup. Namun, semua itu hilang ketika ia mendengar sebuah teriakan.

"AKAS, AYRES, FAZA, KIANO!" teriak Pak Budi.

"Aduh, hukuman udah menanti nih." ucap Faza.

"Sabar ya Kak." ucap Yara prihatin.

"Kalian berempat, ikut ke ruangan Bapak sekarang juga!" perintah Pak Budi.

Dengan patuh, Akas dan ketiga sahabatnya berjalan mengikuti Pak Budi dari belakang. Ketika sampai di ruangan, Pak Budi langsung duduk di kursi kebesarannya, sedangkan Akas dkk tetap berdiri menghadap sang guru.

"Ngapain kalian buat ulah di lapangan?" tanya Pak Budi.

"Itu tadi bukan buat ulah Pak, tapi moment nembak gebetan." jawab Faza.

"Nembak gebetan kok di lapangan, kayak nggak punya modal buat sewa tempat aja." ucap Pak Budi meremehkan.

"Pak Budi kayak nggak pernah muda aja deh. Kalo di lapangan kan banyak orang yang lihat, jadi mereka semua bakal tau, seserius apa Akas." timpal Kiano.

"Heh, zaman saya muda itu nggak kayak kalian ini ya." balas Pak Budi.

"Ya kan zaman Bapak masih kuno." ucap Faza lagi.

PRICELESSWhere stories live. Discover now