Part 16. Obat Kesedihan

250 136 53
                                    

Jangan lupa follow dan vomment ya, karena itu sangat berarti buat Author. Terima kasih:)

***

Padahal senyummu bukan ganja atau pun sabu. Tapi entah mengapa selalu membuat aku candu

-Priceless-

***

"Papa," panggil Asya pada Saka, Papanya yang sejak dua hari lalu baru pulang dari luar kota.

"Iya, kenapa sayang?" tanya Saka lembut.

"Papa lihat Abang nggak?" tanya Asya balik.

"Di kamar emang nggak ada?" tanya Saka lagi.

"Enggak ada," jawab Asya.

"Mungkin di garasi." ucap Saka mengira-ngira.

"Yaudah, aku coba lihat ke sana dulu ya Pa." izin Asya.

"Iya." balas Saka.

Asya berlari menuju garasi, memanggil Abangnya yang sedari tadi ia cari.

"ABANG," panggil Asya begitu sampai di garasi.

"Kenapa sih teriak-teriak?" tanya Akas.

"Bang, main ke taman yuk." ajak Asya pada Akas yang sedang membetulkan motornya.

"Ngapain?" tanya Akas lagi.

"Nggak ngapa-ngapain sih, tapi pengen aja." jawab Asya.

"Males," ucap Akas.

"Ihh Abang, ayo dong." ajak Asya terus.

"Bang ayolah, Abang kan jarang ajak aku keluar." pinta Asya memelas.

Sejujurnya Akas sedang malas keluar, tapi apa yang dikatakan Asya juga benar. Ia jarang mengajaknya keluar jalan-jalan. Mungkin bisa dihitung berapa kali ia mengajak Asya keluar dari kecil sampai sekarang. Bukannya Akas tidak sayang, hanya saja kepentingan Toxic sangat menyita waktunya bersama keluarga.

"Iya deh," balas Akas luluh.

"Yeee, saaaayang Abang." ucap Asya senang sambil mencium pipi Akas.

"Iya-iya, tapi Abang ganti pakaian dulu." ucap Akas.

"Siap bos, aku tunggu di ruang tamu ya." ucap Asya setelah hormat patuh bak sedang upacara.

"Iya." balas Akas singkat.

Begitu Asya keluar, Akas pun berdiri dan bergegas ke kamar untuk berganti pakaian. Setelah selesai, ia kembali turun ke bawah menghampiri adiknya yang terlihat sedang mengobrol bersama sang Papa.

"Udah siap kan Bang, ayo." ajak Asya begitu melihat Akas sudah rapi.

Sedangkan Akas yang melihat keantusiasan Asya hanya bisa menggelengkan kepalanya pelan sambil tersenyum.

"Pa, aku sama Abang mau ke taman dulu ya." pamit Asya pada Saka.

"Ehh iya satu lagi. Nanti kalo Mama pulang dari rumah Nenek nyariin kita, tolong kasih tau ya Pa," ucap Asya lagi.

"Iya nanti Papa kasih tau." balas Saka.

"Kalian hati-hati. Terutama kamu Akas, bawa motornya pelan-pelan aja." ucapnya menasihati.

"Iya Pa," balas Akas.

"Pulangnya juga jangan sore-sore." ucap Saka mengingatkan.

"Iya-iya Papaku sayang." timpal Asya.

PRICELESSWhere stories live. Discover now