Part 02. Dikeluarkan

505 215 80
                                    

Jangan lupa follow dan vomment ya, karena itu sangat berarti buat Author. Terima kasih:)

***

Nakal boleh, tapi yang sewajarnya saja, jangan berlebihan

-Priceless-

***

Seperti biasa, tempat parkir SMA Insky selalu penuh dengan para siswi ketika Akas dan ketiga sahabatnya datang. Suara bisik-bisik selalu terdengar di telinga mereka saat sampai di tempat parkir sekolah, juga saat mereka berjalan melewati koridor menuju kelasnya.

"Wah, Akas ganteng banget sih,"

"Itu Ayres juga ganteng kok,"

"Faza juga,"

"Kiano juga ganteng,"

"Ya ampun mereka semua ganteng parah,"

"Akas mau dong di jadiin pacar,"

"Waa mereka cool banget,"

Dan masih banyak lagi perkataan para siswi lainnya, bahkan ketika mereka hampir sampai di kelas.

"Wahh, nasib orang ganteng emang gini ya." bangga Faza pada dirinya sendiri begitu berhenti di depan kelas bertuliskan 12 IPS 4.

"Heleh, muka lo sama Akas juga masih jauh banget, kayak langit sama bumi." timpal Kiano yang merasa risih dengan tingkat kepercayaan diri Faza.

"Ngiri aja lo," balas Faza tidak terima.

"Ngapain juga gue ngiri sama lo?" tanya Kiano.

"Ya karena muka gue lebih ganteng daripada lo," jawab Faza percaya diri.

"Wlek pengen muntah gue dengernya," balas Kiano sambil bergaya ingin muntah.

"Udah-udah, ayo kita masuk kelas!" lerai Ayres yang mulai jengah.

"Ehh jangan lah, mending kita bolos aja ke rooftop." usul Faza.

"Iya, kita ke rooftop aja. Lagian gue baru inget kalo pelajaran pertama waktunya Pak Buncit, males banget gue kalo udah berhadapan sama tuh guru." ucap Kiano menyetujui usul Faza.

Pak Buncit adalah nama panggilan dari Akas dkk untuk guru matematika mereka, nama sebenarnya adalah Pak Broto. Akas dkk memanggilnya demikian karena beliau mempunyai perut yang sangat buncit, hampir seperti ibu-ibu hamil.

"Iya juga sih, gimana Kas?" tanya Ayres.

"Hmm, gue setuju." jawab Akas.

Mereka meninggalkan area depan kelasnya menuju rooftop SMA Insky sambil melihat sekeliling untuk memastikan bahwa tidak ada guru yang melihat. Dan begitu sampai rooftop, mereka pun duduk pada bangku-bangku bekas di sana.

"Huh, gini kan enak nggak perlu merhatiin angka-angkanya pak Buncit." ucap Faza lega.

"Betul banget tuh," balas Kiano setuju.

"Pasti tambah enak lagi kalo ada makanan di sini." lanjut Faza lagi.

"Yee, pikiran lo emang cuma cewek sama makanan doang." balas Kiano.

"Eh denger ya, makan itu penting. Kalo gue nggak makan, nanti gue laper. Kalo laper gue udah tingkat akut, nanti gue mati. Nah, kalo gue udah mati, nggak bakalan ada cewek yang mau sama gue." ucap Faza panjang lebar.

"Terserah Za, terserah." balas Kiano yang sudah malas meladeni ucapan Faza.

"Sabar aja No," ucap Ayres menimpali.

PRICELESSWhere stories live. Discover now