Bab. 15

375 37 13
                                    


Sudah waktunya Akbar untuk berangkat ke kantor. Sena lebih memilih bergelut manja di pulau kasur.

Sena mengintip sedikit dari balik selimut yang menutupi seluruh tubuhnya tampak Akbar yang sedang bercermin seraya merapikan dasinya. Pagi-pagi Sena tak mau beraktivitas selayaknya istri yang melayani suami sebelum berangkat kerja hanya orang rajinlah yang bisa melakukan itu semua dan Sena adalah wanita pemalas.

Akbar menatap sekilas jam yang berada di pergelangan tangannya sepertinya dirinya terlalu lama mematut di cermin. Tas dan perlengkapan lainnya sudah tertata rapi di tas meja kerjanya semua itu sudah berpindah ke dua tangannya. Saat akan melangkah ke luar sepertinya Akbar lupa sesuatu. Perlahan-lahan dia mencoba mendekat ke arah ranjang dan menatap posisi Sena. Tanpa takut Akbar menarik paksa selimut yang menutupi tubuh Sena.

"Apa!" bentak Sena saat sudah tertangkap basah.

Akbar tersenyum simpul dan merunduk dengan hati-hati dan sepelan mungkin Akbar mencoba melakukan kebiasaan yang dilakukan suami pada umumnya. "Cup!" Sena membeku antara kaget dan syok merasakan sentuhan yang tak pernah Sena rasakan selama ini.

"Aku kerja dulu hati-hati di rumah," lanjutnya seraya menatap Sena dengan jarak yang lumayan dekat. Entah mengapa Sena juga merasakan kenyaman akan sentuhan dan cara bicara Akbar yang dilayangkan untuknya. Sangat sopan dan manis.

Sena hanya bisa mengangguk seraya menatap balik ke arah Akbar yang telah bersiap akan mulai menjauh.

Dah lah! gak usah di masukin ke hati.

                                  *******

Jarum jam terus berputar selama itu juga Sena terus menunggu kedatangan Dian. Entah apa maksud Sena ingin bertemu sahabat sejatinya.

Tak berselang lama yang di tunggupun sampai juga dengan memakai pakaian yang lumayan tertutup dan sopan meskipun masih ada bagian yang menonjol.

"Elo nyuruh gue ke sini mau apa?" Tanya Dian seraya duduk di samping Sena dengan tatapan menyelidik.

Sena hanya acuh dan menatap sekilas ke arah Dian. "Gue bosen."

Dian mengerutkan dahinya antara merasa muak dan ingin menggampar Sena. Dirinya wanita pekerja keras hari-harinya selalu di sibukkan dengan pekerjaan, tapi kali ini sepertinya Sena sedang ingin main-main dengannya. "Gue sibuk mau pulang. Kalau elo bosan lebih baik elo yang temui gue. Bukannya gue yang ke sini. Ganggu orang aja," sembur Dian tak suka seraya akan beranjak berdiri dan akan melangkah pergi.

Sena menarik nafas dalam dan menghembuskannya pelan. Sepelan membuang kegundahan di dalam hatinya.

"Gue lagi hamil."

Sontak Dian kembali lagi duduk di tempat semula dan menoleh ke arah Sena dengan menganga antara salah dengar atau candaan belaka.

"Elo gak salah ngomongkan apa telinga gue yang salah?"

Sena mengangguk cepat."Gue hamil anaknya One Night Stand gue."

"Tunggu-tunggu jangan bilang kalau anak itu anak pria waktu itu,"sela Dian seraya menebak dalang semua ini.

"Gue gak tau kenapa gue hamil dan waktu itu gue juga lupa minum pil,"jelas Sena dengan penyesalan di pelupuk matanya.

Dian merasa kecewa sekaligus meratapi dirinya sendiri. Dian pikir Sena sudah paham betul untuk masalah tersebut tapi nyatanya teman piciknya ini lalai.

"Tapi dia mau tanggung jawab walapun gue harus nikah siri sama dia. Kalau anak ini lahir bakalan gue buang ke tempat asalnya."

"Itu anak loh bukan anak orang. Jahat banget sih lo."

Rasa Yang Tertunda [ On Going  ]Where stories live. Discover now