prolog!!!!

1.1K 109 3
                                    

"Kamu suka yang mana?"

Sena mencium pelan pipi dan bibir pria penyendiri ini dengan gaya yang seksual mungkin. Dengan seseksi dan semenarik mungkin Sena menggoda pria berumur yang baru dia kenal.

Baru pertama kali ini Sena mempraktekkan menjadi seorang pelacur yang sangat menjiwai dan berbakat.

"Gak ada pelanggan?" tanyanya dengan senyuman kecil.

"Aku suka kamu." Sena tidak malu dan duduk di pangkuan pria asing ini. Tanganya tak mau kalah mengelus elus pelan dada bidang pria ini dan jemarinya mencoba menyusup masuk dan bersentuhan langsung kulit nan hangat itu.

"Kamu tau, semua wanita seperti kamu tidak ada yang mendekat dan menyentuhku. Sebenarnya kamu mau apa?" Tangan Akbar mencengkram tangan Sena yang mencoba mengelus dada bidangnya.

Gerak-gerik Sena sudah tercium dan pria ini sangat tau sifat dan kelakuan pelacur itu seperti apa.

Sena masih melamun seraya membayangkan gepokan uang itu di tangannya.

"Dui... emm aku mau main sama kamu, tapi tidak di kamar." Sena mengalungkan tangannya ke leher Akbar seraya menggoda Akbar.

Hampir saja keceplosan.

"Kerja kamu melayani di kamar."

"Kalau main kuda-kudaan aku tidak melayani."

"Kenapa?" Akbar sangat penasaran.

Sena mendekatkan bibirnya di telinga Akbar. "Karena aku masih perawan."

"Saya tidak percaya."

Sena berpikir sebentar dan bibirnya terangkat ke atas simbol kemenangan. "Kamu mau mengeceknya langsung." Alis Sena naik ke atas dan seringai khasnya tercetak di sana.

"Kamu berani bayar berapa?

"5, 10, 20 juta atau lebih, tapi..." Akbar memberi sedikit teka-teki.

"Tapi Apa?" Sena sangat penasaran dan menatap mata Akbar sangat dalam.

"Harus menemani saya semalam. Apa kamu mau?" tawar Akbar dengan menantangnya.

"Cuman menemanikan?"

"Saya mau kamu." Akbar menggigit pelan telinga Sena.

Sena menelan ludah dengan kasar dan tubuhnya merasa berkeringat dingin, tapi di sisi lain Sena menginginkan uang itu, tapi harus mengorbankan harga dirinya. Tanpa berpikir panjang Sena akan mengambil kesempatan ini yang tidak akan datang untuk ke dua kalinya.
 
"Gimana, berani?"

Sena berpikir sebentar dan pada akhirnya dia akan mengorbankan harga dirinya sebagai seorang wanita. "Jika kamu bisa seperti Jin dalam film Aladin yang bisa mengabulkan semua keinginanku. Aku mau."

"Apa pun yang kamu mau, tapi hanya 3 permintaan yang dapat saya kabulkan."

"Deal." Sena mengulurkan tangannya sebagai bentuk persetujuan dan Akbar menyambutnya dengan riang gembira.

"Di mulai dari sekarang." Akbar melumat bibir Sena bagaikan gulali sedangkan, Sena merasa terkejut bukan main, baru pertama kali ini pria menciumnya seagresif ini dan tangan Akbar tak mau kalah dengan bibirnya, merayap mempermainkan gunung kembar milik pelacur cilik ini.

Rasa Yang Tertunda [ On Going  ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang