[66] Jalan-jalan

27.7K 2K 114
                                    

Hening.

"Gini aja, lo tanya baik-baik sama Sean. Selama lo menghindar, Sean nanya apa aja sama lo?" tanya Lea menatap Bianca.

Gadis itu menunduk. "Nggak ada."

"Sinting tuh cowok!" celetuk Aqilla terkekeh sinis.

"Dari sebelum gue ngejauh juga dia kayaknya udah ngejauhin gue, terbukti yang biasanya berangkat pulang bareng tiba-tiba nggak lagi." kata Bianca. Mereka semua mendengarkan. "Emang sepele sih, tapi ada beberapa hal yang gak bisa gue ceritain."

"Awalnya gue positif thinking mungkin dia sibuk sama sekolah, tapi yaudah lah."

"Gue ketipu sama muka dia anjirr. Kirain dia nggak bakal kayak Leo," ujar Aqilla.

Diam-diam Leo berdecak malas. apa sih gue mulu.

"Ihhh kok bawa-bawa Leo? Jangan disangkut pautin lah." protes Lea tidak terima. Bibir Aqilla maju, mencibir Lea.

Tiba-tiba ponsel Dona berdering, ada yang meneleponnya. Lea yang memang sedang memegang ponsel itu pun sontak melihat layar.

Kak Sean is calling...

"Angkat, Ya, angkat," titah Tania.

Dengan ragu Lea mengangkat panggilan itu, lalu memencet speaker agar dapat didengar dengan yang lain. Termasuk Leo.

"Selamat malam, Dona. Gimana tadi? Seru gak? Disana pasti dingin banget tuh. Coba aja ada gue, pasti gue kasih lo susu jahe."

Lea, Aqilla, dan Tania menatap Bianca yang sedang memandang kosong layar ponsel Dona.

Merasa tidak ada respon, disebrang sana Sean mengernyit bingung. Ia menatap layar ponselnya. Ternyata masih terhubung.

"Halo Dona? Nggak ada sinyal? Padahal gue udah bilang sebelum berangkat ganti kartu dulu. Ngeyel sih."

Tania berlari menuju pintu yang menghubungkan kolam renang dengan dapur, lalu berseru,

"Dona? Ini ciu nya sisa sebotol. E-eh lagi berduaan, ya? Maaf ganggu deh." ia terkikik pelan.

"Dona lagi sama siapa?"

Mamam! Nada suara Sean sudah berubah.

"Lo denger gak Dona? Halo halo, test. Gue ganggu? Atau lo ada disitu gak sih?"

Bianca berdehem pelan, menetralkan suaranya yang sudah dipastikan serak.

"Gak ada Dona, adanya Bianca."

Disebrang sana, Sean duduk terdiam. Apakah dirinya tidak salah dengar?

"Don?"

"Gak ada Dona, adanya Bianca." ulang Bianca.

Hening. Tidak ada sahutan dari Sean.

"Bisa jelasin ke gue, Yan?" tanya Bianca, mengambil alih ponsel Dona dari genggaman tangan Lea.

"Setidaknya pas kita putus, nanti nggak perlu repot-repot ketemu buat ngejelasin semuanya." tambah Bianca ketika Sean masih bungkam.

Helaan nafas Sean terdengar, kemudian disusul deheman pemuda itu. "Aku tau kamu cewek baik, Ca. Aku suka sama kamu juga tanpa paksaan siapa-siapa,"

Arranged Marriage [TERBIT]Where stories live. Discover now