[35] Tragedi

33.5K 2.6K 46
                                    

Yang Lea rasakan adalah sakit pada seluruh tubuhnya. Ia sudah tergeletak tidak berdaya diatas lantai koridor yang dingin. Sedangkan Bianca, gadis itu terhenti ditengah-tengah anak tangga, Lea pun bisa melihatnya.

"Ca." panggil Lea serak, nafasnya tercekat.

Mata Bianca sedikit terbuka, ia merasakan pusing, pusing sekali. Pandangannya kabur, berkali-kali Bianca mengerjapkan matanya, namun hasilnya tetap sama.

"Sakit, Ya." ujar Bianca terbata, Lea mendengar itu.

Mereka menangis dalam diam. Ingin bergerak pun rasanya sakit, apakah tidak ada yang menolongnya?

Lea tidak sadar jika darah sudah mengalir melewati pangkal pahanya, lantai pun dibanjiri noda darah miliknya.

Sedangkan Zalik, ia baru melangkah keluar dari kantor guru. Teman kelas sebelahnya minta ditunggui agar bisa berjalan menuju kelas bersama.

Mereka berdua berbincang mengenai kelas. Maklum, mereka sama-sama pengurus kelas. Jadi mereka terbiasa berbagi keluh kesah ketika mereka sedang berdua.

Langkah keduanya harus terhenti ketika hendak menaikki anak tangga. Mata mereka terpaku pada kedua perempuan yang tergeletak tak berdaya diatas lantai.

"Astagfirullah, LEA!!" histeris Zalik saat melihat banyaknya darah disekitar tubuh Lea.

Tanpa aba-aba, mereka berdua menggotong kedua perempuan yang sudah tidak sadarkan diri menuju UKS. Zalik yang menggendong Lea, dan Dafa menggendong Bianca.

Dafa menendang pintu UKS kencang membuat pintu tersebut langsung terbuka lebar, sedangkan guru kesehatan yang bertugas didalam pun terpelonjat kaget.

"Eh ini kenapa?!" tanya guru tersebut kaget saat melihat Bianca dan Lea yang sudah pucat pasi.

Dengan kompak Dafa dan Zalik menggeleng. "Tadi ketemu dibawah tangga udah kayak gini." ujar Zalik.

"Cari Bu Nana! Duh aduh ini Kamal mana pulaaa," panik dokter tersebut seraya mengelap darah yang tidak berhenti mengalir dari pangkal paha Lea.

"Bu Nana? Oke ben---"

"Bu, ada yang pingsan diatas tangga."

Pak Udin, tukang bersih-bersih. Memasuki UKS tergesa, Aqilla pun berada digendongannya. Zalik yang melihat itu pun membelakkak kaget, begitupun Dafa.

Aqilla sudah diletakkan disalah satu brankar UKS. "Saya ketemu Kamal tadi, dia lagi ngambil ambulans di belakang sekolah," ujar pak Udin membuat yang lain bernafas lega.

Dokter tersebut masih mengecek detak jantung ketiganya. Aqilla tidak terlalu parah disini, tetapi Lea dan Bianca benar-benar butuh pertolongan rumah sakit sekarang juga.

Ngiung... Ngiung... Ngiung...

"Itu ambulans nya udah siap! Ayo bawa mereka!" seru guru tersebut.

Dengan cekatan Pak Udin, Dafa dan Zalik langsung menggotong tubuh ketiga perempuan tersebut hingga memasukki mobil ambulans.

Baju seragam Zalik sudah banyak terkena noda darah Lea begitupun lengannya. Memang darah yang dikeluarkan Lea cukup banyak, ia sendri juga bingung. Sepertinya memang separah itu.

Murid-murid dan staff guru SMA Magic pun tidak ada yang tidak penasaran saat mendengar suara sirine ambulans, namun mereka tidak bisa melihat siapa korban tersebut. Sebab mereka hanya menyembulkan kepalanya dijendela kelas masing-masing.

Ambulans sudah beranjak dari halaman sekolah ini. Zalik dan Dafa pun kembali melangkah menuju kelasnya masing-masing dengan langkah lemas.

Diperjalanan menuju kelas, mereka sama-sama diam. Entah apa yang membuat mereka diam, intinya sedang berkutat dengan pikiran masing-masing.

Arranged Marriage [TERBIT]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum