Part 18: Kembali

113 19 0
                                    

Update-!!! Yuhuu, ehe. Pencet tombol bintangnya dulu dong, di pojok kiri. Kasih dukungan penulis dengan pencet tombol bintang yah.

Siap buat baca Psychiatric? Baca di tempat yang nyaman, dan jauh dari keramaian, biar kalian bisa fokus😅

Happy Reading💛

====================

Part 18: Kembali

"Tidak ada kata awal dan akhir, hanya diri kita lah yang membuatnya ada"

***

Pagi ini dengan bagaskara yang bersinar cerah menerangi jiwa-jiwa yang terus bertahan hidup. Gemersik dedaunan yang terkena angin seakan memberi tahu kepada semua orang, bahwa pagi yang cerah telah datang.

Kedua remaja yang masih bergelut dengan selimutnya tenang, tanpa terganggu cerahnya sinar mentari yang menerobos masuk melalui celah pintu balkon di kamar. Kelelahan, mungkin itulah hal yang cocok untuk keadaan mereka berdua. Setelah hampir setengah hari berkeliling seperti turis di Kotanya sendiri, berjalan kesana kemari, menaiki beberapa bus hanya untuk sampai di tempat tujuan. Setidaknya liburan mereka tidak sia-sia, karena Aksa berhasil mengabadikan beberapa foto hasil jepretannya yang tidak kalah keren dengan photografer. Tinggal mencuci foto di pencetakan, lalu jadilah kenangan singkat yang berasal dari satu buah foto.

Lenguhan panjang dari Queen, membuat kamar sedikit hidup dari pada tadi yang terlihat sunyi. Mata tajamnya mengerjap, mengumpulkan nyawa yang masih lima watt, netranya menyipit menyesuaikan cahaya yang masuk, lalu tidak lama kemudia Queen kembali menguap. Sepertinya memang masih benar-benar mengantuk. Dengan ogah-ogahan ia bangun dan duduk dengan wajah lempengnya seraya terus menguap.

"Astaga!" kagetnya, saat melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 10.06 menit. Biasanya Dokter Alatas mengedor-gedor pintu kamarnya dengan brutal, tapi sampai sekarang Queen pun tidak mendengarnya.

Brak ...

Duar ... duar ... duar

Benar bukan, baru saja Queen membatin Dokter kesayanganya tersebut, dan sekarang batang hidungnya sedang mencoba merusak pintu kamar, mungkin.

"Aksa! Queen! Bangun, kalian ini sudah seperti kebo saja, hei!" teriak Alatas. Queen mendengarnya, tapi ia hanya terkekeh geli.

Queen mulai beranjak dari kasur, dan berjalan lunglai persis seperti orang mabuk, lalu ia membuka pintu dan menyembulkan kepala cantiknya dengan rambut yang acak-acakannya. "Berisik banget sih, Dok," gumamnya dengan mata yang tertutup seraya bersandar di pintu.

Alatas menepuk-nepuk pipi Queen, hingga membuat sang empu risih dan membuka matanya. "Hm," gumamnya masih ogah-ogahan.

"Kalian ngelewatin sarapannya, cepet cuci muka terus makan. Itu Aksa di bangunin. Jangan balik tidur lagi," peringat Alatas dan diangguki Queen.

Alatas sebal dengan pasiennya yang satu itu, dengan kesal ia memegang kedua bahu Queen dan mengguncangnya. "Bangun ... bangun ... bangun ...." Queen membuka matanya. "Ini udah bangun, Dok," ujar Queen.

"Cuci muka sana! Biar nyawanya full," decak Alatas seraya mendorong-dorong Queen ke kamar mandi. Apa mungkin hanya Alatas saja, Dokter yang menyebalkan seperti ini? Mengguncang pasiennya, dan mencoba merusak pintu, walaupun niatnya buka merusak. 'Dokter yang langka,' batin Queen seraya mangguk-mangguk.

"Heh, kamu kenapa ngangguk-ngangguk kayak gitu? Nggak ada yang muter musik disini, kayaknya Aku perlu nambahin dosis obat, sama terapi intensif lagi," ujar Alatas yang justru mendapat tatapan bengis dari Queen.

Jiwa Aksa [END]✔Where stories live. Discover now