Part 5: Jangan!

204 31 0
                                    

Part 5: Jangan!

"Kalian tidak akan pernah tau jika kalian tidak menanyakannya"

×××××

Aksa berjalan dalam koridor rumah sakit yang hening dan dingin, matanya menatap tajam lorong rumah sakit. Suara sepatunya terdengar mendengung di antara dinding-dinding rumah sakit. Suara petir di luar sana saling bersahutan, angin berembus kencang hingga masuk dari celah-celah ventilasi rumah sakit. Membuat suasana semakin mencekam dalam sore yang kelam.

Aksa mulai berbelok menuju ke ruangan perawat milik Kakaknya. Yah Niken merupakan kepala perawat di Rumah sakit ini. Aksa mendorong pintu kaca di depannya, ia melihat Kakaknya yang sedang berkutat di depan komputernya, tangannya juga bergerak lincah menulis disebuah buku. Senyum tipis terukir di wajahnya saat menyadari Aksa datang sambil membawa plastik putih yang di yakini oleh Niken, pasti itu nasi bungkus.

"Duduk, Sa" suruh Niken lembut. Aksa mengangguk seraya berjalan mendekat ke meja Niken dan menaruh plastik putihnya.

"Widih bawa apa ini?" Tanya Niken, matannya berbinar melihat bungkusan tersebut.

"Nasi bungkus kesukaan kakak. Orek tempe, dengan sambal terasi jangan lupa di kasih sayur cap cay nya juga hehehe," ujar Aksa ringan seakan sudah tau apa yang di inginkan Kakaknya.

"Duh duh sampe hapal," kekeh Niken.

"Iya dong, kalau di rumah ngak ada makanan, Kakak sering beli nasi bungkus itu," sahut Aksa seraya tersenyum lebar.

"Hahaha, yuk makan," pekik Niken senang.

Niken mulai membuka nasi bungkus tersebut, ia tersenyum sumringah. Aksa menggelangkan kepalanya geli. "Oh iya, Kakak cuci tangan dulu," ujar Niken seraya berjalan menuju ke pojok ruanga untuk cuci tangan.

"Heh, cuci tangan dulu!" Tegur Niken saat mendapati Aksa yang sudah mencomot nasi dan lauknya.

"Males lah, udah terlanjur juga. Skuy makan, nanti Aksa habisin loh hehehe," canda Aksa, hingga Niken melotot tidak terima.

Setelah beberapa lama mereka makan, Niken membersihkana sisa-sisa makanan yang sedikit berserakan dimeja, dan menyuruh Aksa membuangnya ke tempat sampah di luar ruangannya.

"Mana lagi yang harus dibuang? Biar sekalian," ujar Aksa.

Niken menggelang. "Udah itu aja," ujarnya. Aksa mengangguk lalu bergegas membuang ke tempat sampah yang tidak jauh dari ruangan Niken.

Sesaat setelah Aksa keluar ruangan, Niken mendapat panggilan untuk memeriksa pasiennya yang ada di lantai atas. Dirinya sedikit menggerutu, bukan karena tidak ingin bekerja, tetapi ia tidak ingin Aksa sendirian di ruangannya yang terbilang sedikit sepi.

"Loh mau nugas Kak?" Tanya Aksa heran.

"Eh, iya nih, kamu Kakak tinggal disini sendiri ngak pa-pa kan?" Tanya Niken yang justru mendapat kekehan dari Aksa.

"Aksa udah besar Kak, kalau Kakak lupa itu," kekeh Aksa, Niken tersenyum tenang.

"Ngak lupa kok, di sekitaran ruang Kakak kan agak sepi. Em, apa Kakak telponin Deren sama Vico? Biar mereka nemenin kamu," saran Niken. Aksa menggeleng sambil tersenyum.

"Udah, Kakak fokus nugas aja, itu pasiennya udah nunggu Kakak loh," ujar Aksa.

"Okay deh, Kakak tinggal dulu ya. Jangan berulah kamu," peringat Niken lembut.

Jiwa Aksa [END]✔Where stories live. Discover now