Part 8: Jati Diri

180 26 2
                                    

Lanjutt lagi ^^ siap buat baca Psychiatric? Jangan lupa cemilannya disiapin yah

Happy Reading💛

====================

Part 8: Jati Diri

"Mental health is real, please take care of yourself"


***

Brak

"Buka! Gue bukan hewan yang selalu dikurung, gue manusia," teriak Aksa seraya mendobrak pintu kamar Asrama milik Sye.

Beberapa hari ini Aksa dikurung di dalam kamar serba putih. Bukan kamar, lebih tepatnya penjara, tidak ada jendela, dan hanya ada ventilasi kecil di tembok-tembok. Warnanya yang serba putih gading membuat halusinasi Aksa semakin kuat, terkdang ia berbicara sendiri dengan tembok, dan bahkan ia memberontak, bahkan petugas asrama harus membius Aksa agar dirinya tenang.

Setelah dirinya dikurung Aksa tidak pernah lagi merasakan hangatnya pagi dan dinginnya malam. Ia hanya bisa melihat jam dinding yang menunjukkan waktu pagi dan malam hari. "Ngak bisa nih, gue lama-lama disini terus," gumam Aksa.

"Lakukan sesuatu"

"Kabur mungkin?"

"Ayolah, gunakan otak kancilmu, Sa"

"Mintalah baik-baik untuk keluar"

"Percuma saja. Cepatlah berpikir"

"Diem dulu bisa ngak sih? Gue pusing denger suara kalian," sentak Aksa, sambil mengacak rambutnya.

"Itu sih derita lo"

"Lebay deh kamu,"

"Udah, biarin dia mikir sendiri. Ini tubuhnya, dia yang nentuin"

"Haha, mana bisa Aksa nentuin?"

"Diem bisa? Kita juga ikut mikir!"

"Gue marah, marah sama Aksa, sama keadaan,"

"Jangan gitu kasian tubuh Aksa"

"Cih, bocah"

"Bacot!"

Sebuah suara terakhir menghentikan perdebatan. Nadanya yang tegas dan membunuh, membuat Aksa juga ikut tersentak takut dan kaget. "Siapa sih dia?" gumamnya heran.

Tiba-tiba pintu kamar terbuka. "Silahkan di makan," seorang pelayan pria masuk di kamar Aksa dengan membawa nampan makanan.

"Saatnya, Aksa!" Seperti meminum ramuan cerdas, otak Aksa langsung berpikir cepat.

Aksa berjalan tenang, mengambil balok kayu yang ada di lemari bajunya. Ia memposisikan diri di belakang pelayan tersebut.

"Arghh," jerit pelayan tersebut, lalu tidak lama kemudian tubuhnya ambruk. Aksa tersenyum lebar, lalu ia melemparkan balok kayu kesembarang arah dan mendekati pelayan tersebut.

Jiwa Aksa [END]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang