Part 15: Teman Baru

116 18 0
                                    

Psychiatric hadir lagi, semoga kalian nggak bosen ya, siapin cemilan dan song fav kalian, karena part ini sedikit panjang. Udah gitu aja hehe

Happy Reading💛

====================

Part 15: Teman Baru


"Kita hidup di dunia yang sama, yang membedakan hanyalah cara kita mengatasi masalah didalamnya"

***


08.15 a.m in Hamburg Airport

Hawa dingin langsung menusuk kulit Aksa hingga tulang, ia langsung merapatkan mantel berbulunya dengan erat, telapak kakinya terbalut sepatu bot yang menghangatkan. Tangan kanannya menyeret koper berwarna biru laut. Beberapa orang berlalu lalang untuk bertemu sanak saudara atau bahkan mencari taksi untuk pulang.

Suasana berbeda dengan orang-orang yang berbeda pula. Tidak mudah beradaptasi, apa lagi jauh dari negara asal. Hal itulah yang sedang di alami oleh Aksa. Tidak ada teman, tidak ada yang ia kenal di negara ini. Semuanya sunyi, sama seperti jiwanya.

Aksa mulai menarik kopernya, lalu mencari taksi yang berlalu lalang di depan bandara. Berita baiknya Aksa fasih berbahasa inggris, tapi jika warga disini ada yang tidak bisa inggris, tamatlah sudah dirinya. Ia menunjukkan alamat kepada Sopir taksi, lalu mobil mereka berlalu menuju ke alamat tersebut. Membelah jalanan kota Hamburg dengan tenangnya.

"Where do you come from?" tanya Sopir tersebut.

"Indonesia," sahut Aksa sekenanya.

Sopir tersebut mangguk-mangguk. "Nice," ujarnya, dan Aksa hanya tersenyum tipis menanggapi.

Setelah menempuh perjalanan beberapa jam, akhirnya Aksa sampai di sebuah bangunan berwarna putih gading dengan aksen modern, tidak terlalu buruk. Aksa menyeret kopernya menuju ke gerbang yang menjulang tinggi, di pencetnya bel tersebut. Lalu muncul lah lelaki tua dengan seragam seperti satpam. Kepalanya yang plontos tertutup oleh topi yang lebar, seperti sherif.

Aksa bingung harus mulai berbicara seperti apa, mulutnya dari tadi komat-kamit ingin mengeluarkan suaranya, tapi selalu tertahan. Sungguh ia merasa aneh dengan semua kehidupan barunya.

"Mas Aksara to? ujarnya dengan aksen jawa. Aksa menganga tidak percaya. Kalau tahu gini, mending dari tadi pakai Bahasa Indo, pikir Aksa.

"Eh, iya Pak. Dari Indonesia juga ya?" 

"Iya mas, mari masuk udah di tunggu sama Dokter Alatas di dalam," ujar satpam tersebut dan Aksa mengangguk lalu kaki jenjangnya mulai melangkah masuk.

Rumah ini berada di salah satu jalan kota Hamburg bernama Rathausmark, tempatnya yang teduh, membuat siapa saja betah tinggal di daerah ini. Juga tidak terlalu ramai bagi yang suka dengan keheningan.

Aksa mulai mengetuk rumah berwarna putih gading tersebut, luarnya memang seperti rumah tapi ia tidak tahu di dalamnya. Alamat inilah yang di berikan oleh kedua orang tuanya. Aksa berulang kali menghembuskan napasnya, hingga ia tidak sadar ada seseorang yang menatapnya dengan pandangan aneh.

"Hei." Aksa terlonjak kaget, saat mendengar suara dari seseorang di depannya.

"Ngagetin aja," gumam Aksa, seseorang yang berada di balik pintu tersebut memiringkan kepalanya sedikit.

"Nyari Dokter Alatas, yah?" Aksa mengangguk, segera Aksa dituntun untuk masuk kedalam rumah dan menemui Dokter Alatas.

Benar bukan, saat Aksa sudah mulai menginjakkan kakinya di dalam rumah, sebuah halaman outdoor langsung terpampang jelas di matanya. Jangan tanyakan jika tempat ini sepi, itu salah besar tempat ini ramai banyak orang-orang sedang melakukan aktivitasnya, mungkin karena hari masih pagi.

Jiwa Aksa [END]✔Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt