Penyesalan

6 3 0
                                    


"Jam kerja, pacaran aja!" kata Michael, melewati mereka dengan acuh tak acuh. Membuat Aira kaget dan terpaku di tempatnya, masih dalam genggaman tangan Enrico.

"Loh kak Michael masuk kerja? Bukannya libur?" tanya Nona yang sedang wara-wiri mengantarkan minuman ke meja-meja pelanggan.

"Ada yang ketinggalan, Non. Jadi mampir sebentar!" seru Michael sambil masuk ke dalam dapur.

"Lepas!!" Aira menarik tangannya dari Enrico dengan emosi, setelah sadar dari kagetnya akan kedatangan Michael.

Dirinya mendapati melihat perempuan sama dengan yang dilihatnya di jalanan berdua dengan Michael waktu itu. Gadis manis berambut sebahu, yang sekarang memakai bandana pink dan blus berwarna senada. Penampakannya sangat feminin. Aira tidak tahu kenapa, tapi hatinya jadi sangat pilu.

"Cantik nih kak....ceweknya ya?" bisik Nona saat Michael kembali dari dapur.

Suara bisikannya terdengar ke Aira. Sementara Enrico di situ masih berdiri sambil memandangnya. Michael sekilas menatap Enrico, lalu wajahnya berubah menjadi keruh.

"Iya, itu cewekku....." jawab Michael dengan nada datar. 

Dia melewati Aira seakan dirinya tak ada di situ. Dipanggilnya perempuan itu yang sedang duduk menunggu di bangku, lalu mereka berdua berjalan keluar dari kafe.

Aira masih berdiri terpaku, seakan tak tahu apa yang mau dikerjakan. Wajahnya sudah sangat merah dan dia menahan air matanya yang akan merebak.

"Aira?" tanya Enrico heran, hendak memegang Aira lagi. Yang kemudian langsung ditepis dengan kasar oleh perempuan itu.

"Pergi!! Jangan pernah kembali lagi!" desis Aira, wajahnya menatap lantai menahan semua emosi yang membuncah.

Kepalanya pusing menahan segala perasaan yang ditahannya semenjak beberapa hari ini. Bertubi-tubi hal menyakitkan menimpa dirinya. Saat Enrico memunculkan diri lagi di hadapannya seperti membuka luka masa lalunya dan saat mendapati Michael yang ternyata hanya mempermainkan dirinya dengan menyatakan perasaannya tapi hanya untuk menyakiti hatinya. Bahkan sekarang dia terang-terangan datang berdua perempuan itu ke kafe tempat mereka bekerja!

"Tapi, Aira....aku masih...." bantah Enrico.

Dia sangat ingin berada di samping Aira dan bertekad ingin merebut hatinya kembali. Seperti waktu itu. Waktu mereka bersama, hanya delapan bulan. Dan dia yang merusak semuanya. Dia ingin memperbaikinya lagi mulai dari awal. Seandainya ada kesempatan kedua....

"Pergiiiii!!!" bentak Aira dengan mata merah dan sembap.

Lalu dia membuang muka, menghindari tatapan orang-orang yang melihat ke arah mereka. Kakinya segera melangkah masuk ke dapur yang sedang kosong. Dia duduk di meja dan menangkupkan wajah dengan kedua tangannya. Air matanya yang menetes langsung dia bersihkan cepat dengan tissue.

"Kak.... kakak ngga apa-apa?" tanya Nona yang ternyata ikut masuk ke dapur. Dia sangat khawatir dengan keadaan seniornya di cafe ini. "Orang itu jahat ya kak? Nanti kalau dia datang lagi, Nona bilang agar tidak ganggu-ganggu kak Aira lagi...."

Aira mendongakkan wajahnya dan menggelengkan kepala. "Masalahnya rumit, Non. Ngga apa, aku bisa mengatasinya sendiri."

"Kalau butuh bantuan kasihtau Nona ya, kak Aira. Nona balik dulu ke depan."

"Iya, aku juga kok. Makasih ya, Nona." Aira menatap Nona dan tersenyum. Dia duduk tegak dan merapikan celemek seragamnya. Siap-siap untuk bekerja lagi walaupun hatinya masih sakit!

Tapi bukannya salah kamu, Aira? Kamu bilang nggak suka sama Michael 'kan? Kamu bilang jangan ganggu kamu lagi 'kan? batinnya berperang di dalam hati. Jadi memang salah kalau dia dengan perempuan lain?

Nggak juga sih, dia ngga salah. Tapi kan? Masak cepet banget dia udah sama perempuan lain.... dan dia juga udah jalan sama perempuan itu tepat setelah dia 'nyatain perasaannya ke kamu kan?

Aira masih sibuk dengan pikiran-pikirannya sepanjang sore dan malam. Tanpa menyadari kalau hari semakin larut dan dia sudah menapaki jalan pulang ke rumahnya. Tanpa sadar juga, dia mengingat jalanan saat dia tersesat ketakutan, dan tanpa sengaja bertemu Michael di rumahnya sendiri.

Dia mengingat senyum pria itu, matanya yang berbinar-binar dan setiap godaannya. Saat Michael memaksa mengantar pulang Aira ke rumahnya, setiap saat. Pria yang tak pernah menyerah akan dirinya selama setahun.... Bertahan setiap saat dia menolaknya.

Air mata Aira mulai merebak lagi, saat perasaan itu semakin nyata di dalamnya. Tepat saat pria itu sudah memiliki perempuan lain. Apa Michael sengaja ingin menyakiti hatinya, karena Aira yang tak pernah memedulikan dirinya cukup lama?

Semilir angin menambah dinginnya malam itu, Aira merapatkan jaketnya dan berjalan terus. Sinar lampu yang temaram dari penerangan pinggir jalan menerangi setiap langkahnya yang meninggalkan jejak bayangan. Hanya sedih dan sepi yang menemaninya di kepekatan malam.

Perjuangan Tiga Bersaudara (OnGoing)Kde žijí příběhy. Začni objevovat