#Track 13: Us

317 48 15
                                    

Tell me how to be in this world
Tell me how to breathe in and feel no hurt
Tell me how 'cause I believe in something
I believe in us

Tell me when the light goes out
That even in the dark we will find a way out
Tell me now 'cause I believe in something
I believe in us

Us by James Bay

Sesuai perkiraan Tendo, bandara dipenuhi oleh orang-orang yang sudah menantikan kedatangan Nayeon. Para wartawan dari berbagai macam media, penggemar Nayeon sendiri, bahkan penggemar Minhyuk yang berteriak-teriak dengan sumpah serapah yang ditujukan untuk Nayeon. Semuanya berdesakan, berlomba-lomba untuk berdiri lebih dekat dengan Nayeon, menjepret Nayeon dengan kamera masing-masing, menyodorkan alat perekam suara dan berharap Nayeon akan menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka. Nayeon harus berlindung di balik tubuh manager dan bodyguard yang mengelilinginya, kalau tidak, mungkin ia tidak akan berbentuk lagi begitu sampai di mobil.

Berkat perlindungan dari mereka, Nayeon akhirnya bisa naik ke atas mobil dengan selamat. Ia mendudukkan dirinya di atas jok, bersandar dan menarik napas dalam-dalam setelah merasa sesak di sepanjang perjalanan. Nayeon menutup kedua matanya, mencoba menemukan ketenangan untuk dirinya sendiri, walaupun orang-orang di luar sana masih saja memanggil-manggil namanya, mengetuk kaca jendela mobil, dan tidak henti-hentinya mengambil foto.

Nayeon paling tidak suka keramaian. Profesinya memang mengharuskan ia menjadi pusat perhatian, tetapi saat perhatian yang didapatnya sebanyak ini dan cenderung bermakna negatif—Nayeon tidak bisa menahan dirinya untuk tidak cemas dan panik. Dan bagian terburuk dari semua ini adalah, Jinyoung tidak ada di sini bersamanya.

"Jadi bagaimana keadaanmu?" Tendo menoleh sebentar ke belakang dari kursi pengemudi, lalu kembali menyetir lurus ke depan.

Nayeon mengedikkan bahu, "Entahlah. Aku merasa baik-baik saja, tapi aku juga merasa tidak baik-baik saja."

Tendo terkekeh, walaupun terasa hambar. "Aku malah heran kalau kau baik-baik saja." katanya kemudian, "Oh, ya. Kita akan langsung meeting di perusahaan, tidak apa-apa?"

Nayeon sebenarnya ingin menolak dan menggerutu. Badannya pegal sekali, seolah-olah seluruh anggota tubuhnya sedang ditarik untuk lepas dari satu sama lain. Saat ini yang ingin dilakukannya adalah berendam di bathtub, menyalakan lilin aroma terapi kemudian tidur pulas di kamarnya untuk menyembuhkan jet lag yang dialaminya sekarang. Tapi apa boleh buat, yang bisa dilakukannya adalah menghela napas, "Sepertinya aku tidak punya pilihan lain."

Kali ini Tendo tersenyum tanpa berkata-kata lagi, dan Nayeon berterima kasih untuk itu. Paling tidak ia bisa memejamkan mata, mecoba tertidur, meskipun ia tahu otaknya sedang tidak bisa diajak istirahat sekarang.

"Sudah tidur?" tanya suara Jinyoung di seberang sana.

"Belum," Nayeon menjawab sambil menatap pemandangan sungai Han dari jendela apartemennya. Langit sudah gelap, jam sudah menunjukkan lewat tengah malam, tapi matanya tidak juga terasa berat. Perbedaan waktu antara New York dan Seoul benar-benar mengacaukan jam tidurnya.

"Aku baru selesai unpack," tambah Nayeon lagi, kali ini melemparkan pandangan ke kopernya yang sudah kosong.

"Capek? Bagaimana meeting tadi?" Jinyoung bertanya lagi.

Nayeon memeluk tubuhnya sendiri yang masih terasa sakit, "Hmm. Besok akan ada konferensi pers." jawab Nayeon, kali ini ia menggigit bibir bawahnya. Gugup dan takut memikirkan apa yang akan terjadi besok.

Mixtape of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang