#Track 3: No Right To Love You

670 95 16
                                    

'Cause I have no right to love you
When I chose to walk away
I have no right to miss you
When I didn't wanna stay

I have no right to love you
But I do, I still do

No Right To Love You by Rhys Lewis

Seoul, 2024

Sinar matahari masuk melalui sela-sela gorden dan jendela, membangunkan Jinyoung yang tadinya masih terlelap pulas setelah berjam-jam penerbangan yang melelahkan. Pria berusia dua puluh sembilan tahun itu terbangun, sedikit terkejut seketika mendapati dirinya terbaring di ruangan yang rasanya tidak familiar, tidak dalam empat tahun ini.

Ah, benar. Dia sekarang berada di Seoul.

Jinyoung mengusap mata dan memijat pelipisnya pelan, berharap sakit kepala yang ia dapat dari jet lag yang dialaminya bisa berkurang. Ia menyingkap selimut tebal yang menutupi badannya, kemudian bangkit dari tempat tidur menuju dapur. Mungkin secangkir kopi hangat dapat membuatnya merasa lebih baik.

Sementara berjalan menuju dapur, Jinyoung melihat sekeliling apartemennya dan sadar bahwa rumahnya tidak berubah sedikit pun. Sooyoung—salah satu kakak perempuannya—yang merawat apartemen ini selagi Jinyoung tidak di Seoul. Meskipun tidak pernah ditinggali, Sooyoung pernah berkata bahwa sesekali ia datang untuk membersihkan perabot Jinyoung dan sekedar beristirahat, tidak Jinyoung sangka bahwa kakaknya yang satu itu benar-benar merawat apartemennya untuknya. Semuanya terlihat rapi, semuanya juga persis seperti yang terakhir kali Jinyoung ingat.

Apartemen Jinyoung bisa terbilang mewah. Terdiri dari dua lantai yang cukup luas, dihiasi dengan kombinasi warna putih, hitam dan abu-abu. Lantai bawah terdiri dari ruang tengah yang dilengkapi dengan sofa, coffee table, dan televisi berukuran cukup besar, lemari buku, tidak lupa tanaman hijau yang berada di sudut ruangan sebagai penyegar mata. Di seberang ruang tamu, ada dapur dan pantry bersuasana minimalis yang dilengkapi dengan berbagai peralatan masak. Kamar Jinyoung dan kamar satunya lagi yang berfungsi sebagai kamar tamu berada di lantai dua.

Rasa pahit dan hangat kopi menyegarkan kerongkongan Jinyoung, selagi ia mengamati belasan foto yang terpajang di salah satu dinding apartemennya. Foto bersama keluarganya, bersama anggota GOT7 yang lain, dan fotonya bersama Nayeon. Saat itu juga Jinyoung menyesali keputusannya untuk pulang, paling tidak keputusannya untuk menginap di sini selama kepulangannya. Jinyoung ingin kembali ke New York, ke tempat semuanya terasa asing, dibandingkan perasaan familiar dan nostalgic yang dirasakannya saat ini.

Bagaimana tidak, apartemennya ini menjadi saksi betapa bahagianya Jinyoung saat ia menjalin hubungan dengan Nayeon selama bertahun-tahun, dan juga menjadi saksi bagaimana hancurnya Jinyoung saat hubungan mereka retak. Beberapa hari setelah pertengkaran hebatnya dengan Nayeon dan sebelum ia berangkat ke New York, Jinyoung menghabiskan sisa malamnya dengan berbotol-botol alkohol, lalu akhirnya benar-benar meninggalkan kota yang menjadi rumahnya selama belasan tahun ini.

Jinyoung menjatuhkan badannya di sofa depan televisi, meraih remote dan menyalakan layar yang ada di hadapannya. Seperti biasa, ia tidak benar-benar berniat untuk menonton. Ia hanya perlu suara untuk mengisi kekosongan apartemen yang terasa hampa ini. Dengan asal, Jinyoung memencet tombol di remote kendali, tetapi gerakannya tiba-tiba berhenti saat wajah Nayeon muncul di layar televisi.

"Im Nayeon, aktris dan penyanyi asal grup TWICE dikabarkan akan membintangi film layar lebar garapan sutradara—" Si pembawa acara itu belum menyelesaikan beritanya, tetapi Jinyoung sudah kembali mematikan televisi.

Mixtape of LoveWhere stories live. Discover now